Dalam kacamata politis dan etik, gerakan salafis modern ini sesungguhnya juga tak elok pula, orang baru membangun rumah, malah ingin diambil dan direbut, sederhananya adalah seperti itu.
Anehnya adalah banyak pemuka dari gerakan salafi modern ini merupakan orang asli indonesia itu sendiri yang saya tidak tahu apakah mereka memahami sejarah indonesia dengan baik, baik sejarah penyebaran islam, dan juga tentang bahwa tidak mudah memerdekaan sebuah negara dari penjajahan modern atau bahwa negara ini adalah negara yang masih muda.
Namun mengingat salafis modern merupakan gerakan tran nasional hal ini mungkin tidak akan menjadi pertimbangan mereka untuk diteliti atau dipelajari.
Salafis modern adalah kenyataan yang harus kita akui, kita tidak bisa serta merta menuliskan mereka adalah negative, mereka mungkin positive dalam banyak hal, toh kita masih sama-sama muslim ahlus sunnah wal jamaah tapi hanya berbeda sedikit pandangan dalam cara dakwah dan lainnya. Pertarungan meskipun akan tetap ada tapi jangan sampai menjadi rusuh yang akan merugikan kita semua.
Bagi saya pribadi akan lebih baik bagi kita untuk lebih melirik dan meneliti sejarah islam di indonesia dengan lebih komprihensip, agar bisa kita lebih dapat berdiskusi dan melembutkan banyak hati karena pada kenyataannya kita masih bersaudara pula.
Penelitian sejarah mungkin akan memberikan hasil yang lebih adil, para pendakwah salafi modern akan bisa memahami hal ihwal bagaimana susah payahnya nenek moyang mereka menyebarkan islam, mereka saat ini dijaman modern mungkin gampang saja mendapati orang islam yang ingin mereka ceramahi dan mungkin pula mereka ejek segala perilaku tradisi yang tidak sesuai dengan gerakan salafis modern yang mereka pegangi, tapi jaman dulu apakah akan semudah itu menemukan orang islam untuk di dakwahi dan atau untuk mengejek mereka?
Tentu saja kita percaya itu tidak mudah. Tak salah bagi kita untuk mau memahami bagaimana islam tersebar di sebuah kepulauan yang beribu-ribu banyaknya ini.
Dan begitu pula sebaliknya kepada kaum traditionalis agar lebih tidak gegabah dan sabar serta jangan sempoyongan sehingga menghilangkan rasa simpati masyarakat kepada mereka. Dominasi Islam traditionalis yang diwakili oleh NU atau islam jawa dalam berbagai wacana keagamaan baik dalam politik serta akademik bagi saya berpotensi sangat tidak sehat untuk indonesia kedepannya.
Seperti saya jelaskan diatas bahwa mungkin tak tepat jika sebuah tradisi islam di suatu pulau  dijadikan barometer utama bagi islam indonesia mengingat begitu besar dan beragamnya indonesia ini. Dengan kata lain tradisi islam jawa tidak bisa mewakili tradisi islam indonesia itu sendiri secara umum.
Kita punya tradisi islam aceh, tradisi islam kepulauan melayu, tradisi islam batak, tradisi islam minang, tradisi islam banten, tradisi islam sunda, tradisi islam cerbon, tradisi islam jawa, tradisi islam betawi, tradisi islam banjar, tradisi islam bugis, tradisi islam gorontalo, tradisi islam buton, tradisi islam sumbawa, tradisi islam maluku, tradisi islam papua, dan tradisi-tradisi lainnya dan sebagainya yang masing-masing mempunyai sejarahnya masing-masing yang saling berbeda, dengan  tantangan masing-masing yang berbeda pula.
Kegemilangan islam aceh ratusan tahun lalu tak akan bisa dihilangkan perannya dalam membentuk islam indonesia saat ini, kita akan terus berterima kasih kepada mereka selamanya. begitu pula islam melayu yang tak akan lekang dimakan waktu yang mewariskan bahasa serta budayanya kepada indonesia, "melayu adalah islam " adalah sebuah frame politik dan budaya yang melekat ratusan tahun lalu hingga saat ini.Â