Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

How to Kill Kabut Asap

22 Oktober 2015   11:48 Diperbarui: 26 Oktober 2015   08:36 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tidak dapat menyandarkan diri, memohon dan meminta kesadaran kepada pemerintah untuk melawan sawit, kita semua sudah tahu bagaimana keadaannya, melawan sawit haruslah menjadi perlawanan rakyat, karena mudaratnya jauh lebih besar dari pada keuntungan yang didapat oleh rakyat banyak, contoh kasus adalah kabut asap yang akan menjadi masalah bagi penghirupnya dalam beberapa tahun mendatang.

Perang terhadap sawit harus dilakukan oleh rakyat, tapi ingat karena ini Negara hukum maka kita tidak bisa sembarangan melakukan kekerasan, kekerasan tidak akan membuat kelapa sawit rugi.

Melawan kepala sawit harus lah sebuah perlawan gerilya yang panjang dan unik, kita bunuh asap ini dengan membunuh kelapa sawit.
Lalu bagaimana cara membunuh kelapa sawit tersebut?

Kelapa sawit sangat rentang terhadap api itu sendiri dan kelapa sawit sangat benci tikus, ulat pemakan daun dan tidak menyukai kumbang tanduk.
Jika disuatu lahan seluas seratus hektar maka di tahun yang akan datang kita beri disana serangan drone yang dapat membom dengan botol-botol api dan dapat membakar beberapa hektar maka itu akan menjadi kerugian luar biasa bagi mereka.

Jika drone-drone itu secara berkala dapat menerjunkan tikus dengan terjun paying dan dalam beberapa bulan akan menjadikan tikus-tikus berkembang biak dengan cepat maka banyak kelapa sawit yang tidak productive, beberapa puluh hektar saja kepala sawit seperti itu, maka itu akan menjadi kerugian luar biasa kepada mereka.

Serangan kumbang tanduk yang bisa kita ternakkan dengan baik akan sangat membantu menghancurkan kelapa sawit, serta ulat yang memakan daun mereka akan membuat biasa produksi membengkang dan menjadikan kerugian besar.

Tentu saja perang ini haruslah menjadi perang berkelanjutan dengan begitu kerakusan manusia bisa dikurangi dan dendam kesumat kita bisa terbanyar serta kabut bisa dihindari.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun