Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gelar Andin dalam Masyarakat Banjar

2 Juli 2015   22:43 Diperbarui: 2 Juli 2015   22:43 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Gelar Andin dalam Masyarakat banjar

Oleh: Andin Alfigenk Ansyarullah Naim

Telah lama saya ingin menuliskan hal ini, namun ketakutan akan subjektivitas dalam diri saya sedikit mengganggu dan membuat saya terus menunda-nunda. Namun suatu hari sebulan yang lalu setelah magrib tiba-tiba ada seorang wanita datang ke Palajau, beliau datang jauh dari kota Medan disumatera utara, beliau sengaja datang ke palajau mencari keluarga datu buyut beliau yang berasal dari palajau, beliau bertanya apakah disini ada keturunan Andin karena datu buyut beliau juga merupakan Andin, Orang-orang yang beliau tanyai ternyata tidak dapat menjawab dan tidak mengetahui sama sekali tentang keturunan Andin.

Wanita dari medan itu ternyata masih keluarga saya, datu beliau masih bersepupu dengan dengan kakek saya, seratus tahun yang lalu datu beliau merupakan salah satu rombongan yang melarikan diri dari palajau dan memutuskan menetap ke tanah Deli.

Tulisan ini akan mencoba memberikan sedikit informasi tentang keturunan Andin barabai, keturunan Andin sangat lah mashur di telinga masyarakat banjar, meskipun saat ini gelar Andin jarang sekali digunakan keturunannya.  

Dalam beberapa tahun terakhir, saya berketetapan hati untuk menambahkan gelar Andin didepan nama saya sebagai gelar keturunan dari garis laki-laki, sebelumnya saya juga menambahkan nama Ayah saya dibelakang nama saya seperti kebiasaan orang banyak disini, setelah itu saya pun menambahkan nama datu buyut saya sebagai nama keluarga setelah melihat paman saya melakukan hal yang sama, kakek saya sendiri dipanggil dengan nama orang tuanya, hanya sedikit orang-orang dipalajau yang tahu nama asli kakek saya, ketika saya menyebut nama asli kakek saya orang-orang malah tidak tahu, namun ketika menyebut nama datu saya maka segera mereka akan tahu, begitu lah.

Datu buyut saya merupakan keturunan Andin, namun anak cucunya tidak ada yang memakai gelar Andin, saya memakai gelar Andin untuk mengetahui apakah ada diluar sana yang seperti saya yang juga keturunan Andin, dan ternyata banyak anak muda seperti saya yang juga ingin mencari tahu silsilah keluarganya yang masih keturunan Andin dan kenyataan ternyata kami masih berkerabat dekat dan satu kampung asal usul di kecamatan Pandawan.

Menurut Wikipedia tertanggal 2 Juli 2015 menjelaskan bahwa:

"Andin adalah suatu gelar kebangsawanan di Kesultanan Banjar dan Kesultanan Paser di Kalimantan, Indonesia. Mula-mula gelar ini dipakai oleh keturunan bangsawan Kerajaan Negara Daha. Kerajaan Negara Daha merupakan pihak yang telah dikalahkan dalam perebutan tahta oleh Sultan Suriansyah pendiri Kesultanan Banjar. Karena kekalahan tersebut penguasa Kerajaan Negara Daha tidak diperkenankan lagi memakai gelar Pangeran dan Gusti, tetapi diturunkan menjadi Andin. Raja Negara Daha terakhir yang merupakan paman Sultan Suriansyah tersebut diperkenankan untuk menyingkir lebih ke hulu dan menguasai suatu daerah di pedalaman yaitu di sungai Batang Alai.[1] Salah satu cabang keluarga Kerajaan Negara Daha (Kuripan-Daha) mendirikan Kerajaan Sadurangas.[2] Menurut Hikayat Banjar, pada masa Sultan Mustain Billah di keraton Banjar telah dilangsungkan perkawinan politik antara Aji Ratna binti Aji Tunggul (adipati Pasir) dengan Dipati Ngganding/Dipati Gendang (adipati Kotawaringin), karena Dipati Ngganding bukanlah seorang Pangeran yang berdarah biru, maka anak-anaknya cukup bergelar Andin (gelar kerajaan bawahan) yaitu Andin Juluk dan Andin Hayu.[3] Jadi jika seorang putri bangsawan menikah dengan pihak luar kerajaan, maka putra putrinya akan bergelar Andin.

Di Martapura Hingga saat ini Gelar Andin masih diberikan kepada seseorang yang apabila ibunya merupakan keturunan bangsawan Banjar dan mempunyai gelar kebangsawan tingkat tinggi seperti ratu,Gusti atau Antung yang menikah dengan seorang lelaki Jaba atau lelaki biasa (tidak mempunyai garis turunan bangsawan Banjar) maka anak mereka baik laki-laki maupun perempuan bisa diberikan gelar Andin,namun gelar Andin tersebut tidak dapat diturunkan lagi kepada keturunannya. berbeda dengan tradisi pada keturunan para Gusti di desa Binjai Pirua dikecamatan Kasarangan, Barabai, Kabupaten hulu Sungai Tengah dimana keturunan mereka yang apabila laki-laki akan diberi gelar Anang dan apabila perempuan akan diberi gelar Galuh, kedua gelar tersebut juga tidak dapat diturunkan.

Keluarga Bangsawan Andin juga merupakan penguasa turun temurun daerah Barabai atau wilayah traditional yang dahulu bernama daerah Alai, dahulu meliputi watas (wilayah) antara sungai Batang Alai, sungai Barabai dan sungai labuan amas di Kabupaten hulu sungai tengah yang berpusat di desa Palajau. keluarga Andin ini dipercaya merupakan keturunan Arab dari Pengislam dari demak yang masih berkerabat dengan para wali songo yang kemudian menjadi penguasa wilayah setempat dan diberi gelar Andin yang dapat diturunkan kepada keturunannya melalui garis laki-laki dan diberikan kepada anak laki-laki dan perempuan. salah satu ciri khas Para Andin ini adalah memanjangkan kuncir bagi anak mereka sampai pada umur tertentu, di kemudian hari seorang anak yang bergelar mempunyai kuncir disebut dengan baandin. dikemudian hari tradisi memanjangkan kuncir atau baandin ini telah diadopsi oleh masyarakat biasa selain dari keturunan Andin"

 

Gelar Andin bukan hanya ada di kerajaan banjar dan kerajaan paser yang merupakan gelar bangsawan rendah, namun juga ada pada kerajaan Bulungan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, disana gelar Andin merupakan gelar bangsawan Tinggi.

gelar Andin juga ditemukan dalam beberapa kerajaan di tenggara Kalimantan seperti beberapa kerajaan yang pernah ada di tenggara pulau Kalimantan di kabupaten kota baru dan batu licin, kerajaan memang berada dibawah kerajaan dan dipimpin oleh keluarga kerajaan banjar yang berhubungan erat dengan kerajaan pasir di utara.

Dalam kamus bahasa banjar disebutkan bahwa Andin adalah “rambut anak-anak yang dipotong dan ditinggal sedikit di bagian depan atau belakang”, kata lain dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan kuncir pada anak-anak.

Memang sebagian anak-anak keturunan Andin di barabai biasanya mempunyai ciri memanjangkan Andin atau kuncir, sebagai salah satu ciri atau tanda keturunan Andin. Tapi tidak semua keturunan Andin dikuncir.

Gelar Andin setara dengan gelar Rama dan Anang, dibarabai khususnya di kecamatan Pandawan biasanya disebut pula dengan nama Andin Rama atau Rama Andin, bisa saja seseorang yang bernama Andin dipanggil dengan Rama atau sebaliknya seorang Rama dipanggil dengan nama Andin. Kadang-kadang juga apabila ada ikatan perkawinan dengan bubuhan Anang amuntai maka akan diberi gelar Anang.

Pada daerah lain, bangsawan yang bergelar Rama banyak ditemukan didaerah margasari atau daerah-daerah dilain diwilayah kabupaten Tapin atau Rantau yang dahulu disebut dengan nama banua empat.

Kecamatan Pandawan adalah asal usul para Andin Rama Barabai, khususnya di kampung palajau dan kampung jatuh, sebagai bangsawan dan penguasa utama para andin ini juga menyebar ke daerah lain di batang alai seperti ke Aluan dan birayang dan Labuan Amas, ketika mereka berkuasa mereka mendapatkan gelar-gelar tersendiri, seperti Lurah, Kiai, Demang, Tumenggung, penghulu, sesuai jabatan masing-masing, biasanya para andin mempunyai tanah khusus yang luas diberikan dan diwariskan diberbagai lokasi diseluruh wilayah kekuasaannya dibatang alai dan Labuan amas.

Dibarabai, setahu saya hanya ada dua keluarga yang masih menggunakan gelar Andin secara resmi yang silsilahnya sampai ke palajau.

Seratus tahun yang lalu setealah ketika colonial belanda melakukan konsolidasi internal dan lebih ingin menghadirkan kekuasaan colonial ke tengah masyarakat serta terbunuhnya sultan Muhammad Seman di Barito maka terjadilah perpecahan dikalangan para andin yang mengakibatkan terjadi eksodusnya sebagian keluarga Andin dari palajau, mereka menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara, keluarga Andin yang masih memakai gelar Andin hingga saat ini banyak ditemukan di berbagai wilayah di Kalimantan Barat.

 Selain itu juga ditemukan keluarga yang mengklaim bahwa mereka keturunan Andin seperti disabah, ,Sarawak, brunei, singapura, Malaysia, disumatera utara seperti di langkat, Kota Binjai, Deli Serdang, serdang bedagai, Asahan, di tembilahan Riau dan Tungkal di Jambi, rata-rata keluarga ini mempunyai sejarah keluarga yang mirip sebagai keluarga pelarian, kebiasaan yang mirip seperti memakai kuncir atau andin dan memakai pakaian kuning ketika hari raya, dan pastinya mempunyai buyut yang mempunyai gelar Andin.

Ada kemungkinan gelar Andin dilarang digunakan oleh belanda sebagai sebuah kebijakan politik mereka, hal itu lah yang menjadikan Gelar Andin menjadi hampir hilang. Hampir seluruh keluarga yang melarikan diri menyembunyikan Gelar Andin-nya agar tidak ditangkap belanda, dan hanya diceritakan kepada anak cucunya sebagai sebuah rahasia keluarga sahaja bahwa mereka merupakan keluarga Andin.

Keluarga yang bertahan di tanah banjarpun sebagian menghilangkan gelar Andinnya, namun sebagian lain tetap menggunakannya hingga saat ini, sebagai contoh dibanjarmasin ada sebuah jalan yang bernama jalan Andin Rama, saya tahu dengan jelas nama itu mengabadikan seorang tokoh merupakan keturuan Andin barabai.

Ketidakpopuleran gelar Andin ini juga disebabkan dengan sebuah kebiasaan dari keluarga Andin tersebut yang jarang sekali meletakkan gelar Andin secara resmi dalam nama keturunannya, hal ini dikarenakan bahwa seorang keturunan Andin otomatis bergelar Andin tanpa perlu diberi gelar Andin secara resmi, seiring waktu dimana hal-hal berbau feodalisme semakin luntur dan orang-orang merasa malu memakai gelar Andin.

Meski gelar Andin jarang digunakan dibarabai, namun silsilah masih bisa ditelusuri karena keturunan masih mengingat keluarga mereka, beberapa keluarga bahkan mencatatnya dengan baik.

Mudah-mudahan tulisan pendek ini bisa memotivasi keluarga lainnya dalam menyusun silsilah kekerabatan mereka agar identitas dan sejarah tidak hilang dibumi banjar ini, agar budaya banjar selalu hidup, agar anak cucu kita bisa tahu asal usul, memang apalah arti sebuah gelar kebangsawanan masa lalu itu bagi kita, tidak ada kuasa disana, tiada guna belaka, namun silsilah kekerabatan adalah sesuatu yang mulia untuk diketahui dan Sunnah dalam Agama.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun