Mohon tunggu...
Alfi Basiroh
Alfi Basiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Akuntansi Dosen Prof. Dr. Apollo M. Si. Ak NIM 43220010121 ALFI BASIROH Universitas Mercubuana Jakarta

Mahasiswi S1 Akuntansi Dosen Prof. Dr. Apollo M. Si. Ak NIM 43220010121 ALFI BASIROH Universitas Mercubuana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB2_Teori Akuntansi Pendekatan Semiotika Roland Barthes

20 Mei 2022   21:08 Diperbarui: 20 Mei 2022   22:21 2701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda dan bagaimana mereka bekerja (Fiske, 2007). Preminger (Sobur, 2009) berpendapat bahwa ilmu mempelajari tanda-tanda disebut semiotika. Fenomena sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat dapat dievaluasi sebagai tanda-tanda. Semiotika belajar tentang sistem, aturan, dan aturan yang membuat tanda bermakna.

Sebagai disiplin ilmu, Semiotika secara resmi memiliki Academic Society, yaitu Asosiasi Internasional untuk Studi Semiotika (IAAS), yang didirikan pada tahun 1969. Pada tahun 1988, didirikan Institut Semiotika Internasional Semiotika, Institut Teknologi Semiotika Internasional, Universitas Teknologi Kaunas, yang berbasis di Lithuania. Tujuan didirikannya lembaga ini adalah untuk mempelajari dan mengembangkan lebih lanjut semiotika di berbagai bidang.

Semiotika telah memiliki pengaruh yang sangat penting selama 40 tahun (Piliang, 2003). Sebagai metode pembelajaran (decoding) dan metode pembuatan (encoding). Semiotika berevolusi dengan disiplin ilmu lainnya, menciptakan cabang-cabang semiotika seperti semiotika medis, semiotika hewan (semiotika hewan), semiotika sastra, semiotika arsitektur, semiotika film, dan semiotika mode. Dikenal sebagai salah satu pendiri semiotika, Charles Sanders Peirce mengatakan bahwa semiotika akan berpengaruh dan akan membantu mengembangkan disiplin ilmu lainnya.

Semiotika awalnya lebih terkenal di dunia sastra, sejak itu berkembang menjadi kontak dengan disiplin ilmu lainnya. Semiotika tidak hanya digunakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan di bidang sastra dan linguistik (Budiman, 1999). Namun, fenomena lain selain sastra dan linguistik juga dapat diselidiki dengan menggunakannya. Di beberapa negara seperti Perancis, Amerika Serikat dan Jepang, semiotika digunakan untuk mempelajari disiplin ilmu lain seperti arkeologi, antropologi, geografi, arsitektur, politik, komunikasi dan pendidikan seni, bisnis dan ekonomi, dll.

Kemudian, semiotika tumbuh dan berkembang menjadi dua tradisi yang berbeda: semiotika yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure dan semiotika yang diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce. Dalam teori Semiotika Charles Sanders Peirce, penelitian ini adalah analisis fungsi kognitif tanda-tanda dan perbedaan antara berbagai jenis tanda-tanda seperti ikon, indeks, dan tanda-tanda. Sebaliknya, dalam teori Ferdinand de Saussure tentang semiotika, penelitian adalah analisis struktur sistematis bahasa dan sistem semiotik lainnya sebagai fenomena sosial. Salah satu ahli yang dengan jelas mengejar dan menerapkan teori semiotika Ferdinand de Saussure adalah Roland Barthes.

Salah satu pemikir strukturalis yang mempraktikan model linguistic dan semiotika adalah Roland Barthes. Roland Barthes merupakan seorang filsuf Prancis dan kritikus sastra dan semiotika. Roland Barthes (rolang bart) lahir pada tanggal 12 November 1915 dan meninggal pada tanggal 25 Maret 1980. Dia adalah seorang pria yang menerapkan semiotika Ferdinand de Saussure ke ilmu sosial. 

Semiotika atau ilmu tanda, muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Namun, ilmu ini tidak berkembang sampai pertengahan abad ke-20. Pada akhir abad ke-20, teori dan metode semiotika perlu dianjurkan di sini, tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dari teori strukturalisme karena semiotika adalah perpanjangan dari strukturalisme.

Pada umunya, semiotika itu didefinisikan sebagai teori filosofis megenai tanda atau symbol yang merupakan bagian dari system kode yang digunakan untuk menyamapikan informasi. Semiotika termasuk tanda-tanda visual dan linguistik, serta taktil dan penciuman [tanda atau sinyal apa pun yang dapat diakses dan dapat diterima oleh semua indera]. Secara sistematis, tanda atau kode tersbut membentuk sebuah kode untuk menulis pesan atau informasi.

Ferdinand de Saussure sangat berperan dalam pencetusan strukturalisme dan ia juga yang memperkenalkan konsep semologi (smiologie; Saussure, 1972: 33). Ferdinand de Saussure melihat makna yang muncul ketika ada hubungan antara 'yang ditandai' (signified) dan 'yang menandai' (signifier). Misalnya, kata "bunga" adalah penanda untuk tanaman konseptual (petanda) yang memiliki kelopak, batang, daun, aroma yang bagus, dan warna yang indah.

Dokpri, Hubungan Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified)
Dokpri, Hubungan Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified)

Simbol adalah kombinasi dari suatu bentuk penanda (signifier) dan ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah "suara yang bermakna". Oleh karena itu, penanda adalah aspek penting dari bahasa. Dengan kata lain, apa yang harus dikatakan dan didengar, apa yang harus ditulis dan dibaca. Sedangkan petanda adalah citra spiritual, pikiran, atau konsep. Oleh karena itu, petanda adalah aspek spiritual bahasa (Bertens, 2001: 180).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun