Arab Saudi merupakan negara kaya minyak, yang memiliki 25% cadangan minyak dunia, dan saat ini menempati peringkat ke-8 negara terbaik dunia dalam hal menerima investasi langsung asing (FDI). Sekitar tujuh juta orang tenaga kerja dibutuhkan guna menjalankan roda perekonomian Arab Saudi dan 80% diantaranya merupakan tenaga kerja asing.
Selain minyak, Arab Saudi setiap tahunnya mendapat pemasukan besar dari ritual haji. Berdasarkan data statistik Bank Dunia, pemerintah Arab Saudi setiap tahunnya mendapat pemasukan lebih dari 30 miliar dolar dari ritual haji.
Selain peluang kerja di sektor swasta yang terbuka lebar, Arab Saudi menjadi magnet bagi banyak tenaga kerja asing karena kebijakan pemerintah Arab Saudi yang memberlakukan status bebas pajak atas gaji atau upah mereka. Di samping itu, ada pula fasilitas menarik, seperti rumah dinas dan asuransi kesehatan, yang ditawarkan oleh perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja asing. Dengan fasilitas tersebut maka secara otomatis lebih banyak tenaga kerja asing yang tertarik untuk bekerja di Negara arab Saudi.
Perbedaan besaran gaji yang diterima oleh tenaga kerja asing didasarkan atas kewarganegaraan, keterampilan, dan profesionalitas pekerja. Namun begitu, nilai besaran gaji yang diterima oleh tenaga kerja asing umumnya jauh lebih tinggi dan menjanjikan ketimbang standar gaji di negara asal. Besar gaji yang ditawarkan kepada calon tenaga kerja asing menurut data yang dimiliki KJRI Jeddah berada di kisaran SR1.000 hingga SR8.000 tergantung jenis pekerjaan, pengalaman kerja dan bonafiditas perusahaan. Hal tersebut yang juga mempengaruhi tenaga kerja asing memilih untuk bekerja disana karena upah atau gaji yang menjanjikan.
Tenaga kerja asing di Arab Saudi bekerja di berbagai sektor/bidang pekerjaan, seperti perhotelan, konstruksi, petrokimia/industri perminyakan, operator kendaraan alat-alat berat, operator mesin, perawat kesehatan, tehnisi elektronik, pemasaran, plumber/las, pengemudi bus, pengepakan barang, pemeliharaan alat-alat listrik, laboratorium makanan, perikanan, juru masak pada hotel dan restaurant, percetakan, jasa pariwisata, perbankan, pramugari/pramugara, pilot pesawat udara dan pelaut.
      Akibat banyaknya tenaga kerja asing di Arab Saudi maka menyebabkan bertambahnya pengangguran di Negara tersebut baik dikarenakan karakter tenaga kerja yang kurang memuaskan dan pola kerja tenaga kerja asing yang dianggap lebih memuaskan dari tenaga kerja arab Saudi itu sendiri maupun karena kalangan pengusaha setempat lebih senang mempekerjakan tenaga asing yang dinilai lebih mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan peraturan yang dibuat para pemilik usaha baik menyangkut gaji, pelatihan, kemampuan, lingkungan kerja dan mempunyai produktivitas yang tinggi dan lain-lainnya dibandingkan tenaga kerja Arab Saudi.  Â
      Dengan jumlah penduduk lebih dari 27 juta jiwa, Arab Saudi memiliki angkatan kerja mencapai 8,61 juta orang, dengan 7,33 juta orang diantaranya merupakan tenaga kerja laki-laki (85,1% dari total keseluruhan angkatan kerja di Arab Saudi). Jumlah angkatan kerja warga Arab Saudi sebanyak 4,29 juta orang, dengan 3,58 juta orang diantaranya merupakan laki-laki. Sedangkan jumlah tenaga kerja Arab Saudi mencapai 3,84 juta orang. Di sisi lain, angkatan kerja asing mencapai 4,32 juta orang, dengan 3,75 juta orang diantaranya merupakan laki-laki. Adapun jumlah tenaga kerja asing di Arab Saudi mencapai 3,81 juta jiwa.Â
Berdasarkan tingkat pendidikan, para lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama atau yang sederajat (SLTP) masih mendominasi angkatan kerja Arab Saudi dengan jumlah 1,87 juta orang (21,7%), disusul secara berturut-turut para lulusan sekolah lanjutan tingkat atas atau yang sederajat (SLTA) dengan jumlah 1,73 juta orang (20,1%) dan lulusan S1 (Sarjana) sebanyak 1,66 juta orang (19,2%). Di sisi lain, lulusan S3 (Doktor) menyumbang porsi terkecil dari total angkatan kerja Arab Saudi sebesar 30 ribu jiwa (0,4%).
Pemerintah Riyadh menyebut angka pengangguran di Arab Saudi mencapai 10,5 persen, namun pengamat dan media menilai bahwa angka pengangguran di Arab Saudi melampaui angka 36 persen. Sementara di saat angka pengangguran di Arab Saudi semakin meningkat, pekerja asing di negara ini tercatat delapan juta orang dan 90 persennya bekerja di sektor swasta. Hal ini juga didorong oleh minimnya kwalitas pendidikan di Arab Saudi sehingga sektor swasta lebih cenderung menarik pekerja asing yang di anggap lebih berpotensi dalam bidang tersebut ketimbang warga pribumi.
Kwalitas pendidikan di Arab Saudi tergolong minim karena penduduknya tidak terlalu mementingkan pendidikan duniawi melainkan lebih kepada pendidikan agama yang bersifat akhirat, akibatnya banyak perusahaan yang lebih menyerap tenaga kerja asing untuk dipekerjakan dalam sector-sektor pekerjaan dinegara Arab Saudi. Maka dari itu, pendidikan yang minim juga berpengaruh pada tingkat pengangguran di Negara tersebut, karena dalam setiap sector perusahaan akan mencari tenaga kerja yang di anggap mampu dan berpotensi dalam bidangnya.
Pemerintah Arab Saudi senantiasa berusaha menutupi indek sumber daya manusia termasuk angka pengangguran dan kemiskinan atau paling tidak meminimkannnya dari angka sebenarnya. Kondisi ini didukung pula dengan kebijakan keras pemerintah, karena siapa saja yang berani menulis angka pengangguran dan kemiskinan di negara ini dengan benar maka akan ditangkap oleh pasukan keamanan.
Jadi beberapa fator yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Arab Saudi yaitu banyaknya tenaga kerja asing yang berpotensi dan di anggap lebih bertanggung jawab juga cepat untuk beradaptasi. Selanjutnya kwalitas pendidikan yang rendah sehingga lebih memilih tenaga kerja asing.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H