Mohon tunggu...
Alfiatur Rohmania
Alfiatur Rohmania Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS | PRODI S1 AKUNTANSI | NAMA : ALFIATUR ROHMANIA | NIM : 43223010174

Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Apollo, Prof, Dr, M.Si.AK Universitas Mercu Buana | Pogram studi : S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu dan Fenomena Korupsi di Indonesia

27 Oktober 2024   13:15 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ranggawarsita, atau Raden Ngabehi Pengawarsita adalah seorang pujangga dan filsuf terkemuka dari Jawa yang lahir pada 14 Maret 1802 di Surakarta, dan meninggal pada 24 Desember 1873. Nama asli Ranggawarsita adalah Bagus Burhan. Ranggawati adalah putra dari Mas Pajangswara dan cucu dari Yasadipura. Ranggawarsita dikenal sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa dan merupakan keturunan dari keluarga Yasadipura yang terkenal sebagai pujangga istana di Surakarta. Keluarganya memiliki latar belakang yang kuat dalam sastra dan budaya, karna ayahnya yang berasal dari kesultanan Pajang dan ibunya dari kesultanan Demak.

Ranggawarsita telah meninggalkan warisan pemikiran yang masih relevan hingga saat ini. Salah satu karya terkenalnya adalah sebuah karya yang mencerminkan perjalanan waktu, yaitu mengenai 3 era, Kalasuba, Kalatida dan Kalabendu.

Setiap era menggambarkan situasi sosial dan moral yang berada dalam Masyarakat

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Apa yang dimaksud tiga era Ranggawarsita ?

Era Kalasuba

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Kala berarti "Masa" atau "Zaman" Sedangkan Suba berarti "Kebaikan" atau "Kemakmuran". Jadi era Kalasuba adalah "Zaman Keemasan" atau "Masa Kejayaan".

Era Kalasuba ini sangat diidamkan atau diinginkan oleh seluruh masyarakat. Dalam keadaan ini, masyarakat tidak hanya memperoleh kesejahteraan materi, namun juga kedamaian dan kebahagiaan dalam  kehidupan sehari-hari. Saat ini, masyarakat hidup dalam kemakmuran, keamanan, dan perdamaian, pemerintahan juga berfungsi dengan baik, para pemimpin memiliki sifat adil dan bijaksana, system pemerintahan dan tata kelola berjalan sesuai dengan prinsip demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas. Era ini identik dengan masa keemasan, atau masa dimana segala sesuatunya dijalankan sesuai dengan nilai moral dan hukum yang benar.

Contoh adannya era Kalasuba ini seperti hujan turun pada waktunya (pertanian makmur),Tidak ada konflik sosial, tidak ada kejahatan, Pemimpin mengutamakan kepentingan rakyat, dan tidak korupsi, hukum ditegakkan dengan adil, rakyat jelata dapat tertawa girang, tiada kekurangan makanan dan pakaian, semua keinginan mereka tercapai.

Untuk mewujudkan Kalasuba memerlukan sinergi antara pemerintah dan masyarakat.

Pemerintah harus melaksanakan tanggung jawabnya secara jujur, adil dan transparan dengan kebijakan yang menjamin kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat. Terlebih lagi, partisipasi aktif masyarakat lokal merupakan proses pembangunan yang sangat penting.

Masyarakat perlu berkontribusi aktif baik dalam bentuk kerja keras, inovasi dan dukungan kebijakan, serta peningkatan kualitas hidup dan penanaman nilai-nilai pendidikan dan moral serta etika yang baik  menjadi kunci mewujudkan Kalasuba. Sebab, hanya  masyarakat terpelajar yang berakhlak baik yang mampu mewujudkan era kesejahteraan dan kebahagiaan ini secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Era Katatidha

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Kala berarti "Masa" atau "Zaman" Sedangkan Tatidha berarti "Kekacauan" atau "Kebingungan". Jadi era Ktlatidha adalah "Zaman Kebingungan" atau "Masa Kekacauan". Kalatidha secara harfiah berarti "zaman edan" atau "zaman yang kacau/rusak". Dalam karya ini, Ranggawarsita menggambarkan keadaan masyarakat Jawa pada masa itu yang sedang mengalami kekacauan moral dan sosial.

Dalam konteks serat kalatidha ini menggambarkan keadaan masyarakat yang bingung dan tidak memiliki prinsip di tengah perubahan zaman yang berkembang dengan pesat.  Pada era Kalatidha masyarakat mengalami kondisi yang tidak menentu dan tidak bisa dikendalikan, berbagai permasalahan muncul di berbagai bidang mulai dari ekonomi, sosial, politik hingga keamanan nilai-nilai moral dan etika yang sebelumnya dipegang teguh mulai terkiki.

Sementara kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin yang menurun. Orang baik dan jujur mudah disingkirkan, sementara mereka yang terlibat dalam korupsi dan ketidakjujuran mendapatkan keuntungan. Dalam era ini kehidupan sosial masyarakat mengalami kemerosotan moral.

Era ini mencerminkan banyaknya kasus korupsi di Indonesia. Korupsi sangat merusak moralitas dan nilai-nilai dalam birokrasi serta pemerintahan. Untuk menghadapi era Kalatidha dibutuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kekacauan tersebut.

Keadaan reformasi dalam sistem pemerintahan menjadi langkah awal yang penting terutama dengan memerangi korupsi dan menciptakan sistem yang lebih adil dan transparan penegakan hukum yang tegas dan merata juga sangat diperlukan agar keadilan dan dapat ditegakkan di setiap lapisan Masyarakat, selain itu revitalisasi nilai-nilai moral dan etika harus ditekankan melalui pendidikan dan kebijakan sosial untuk mengembangkan tatanan moral yang kuat dalam Masyarakat. Masyarakat harus lebih aktif terlibat dalam pengambilan keputusan dan pengawasan kekuasaan. Dengan usaha bersama yang dilandasi para prinsip keadilan moralitas dan reformasi, era Kalatidha dapat dilalui dan kehidupan yang lebih stabil serta harmonis dapat terwujud Kembali.

Menurut G.W.J. Drewes, puisi-puisi dalam Kalatidha, mencerminkan kekecewaan hati Ranggawarsita, lantaran penghargaan atasan dirasa kurang sepadan dengan jasanya.

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof

Era Kalabendu

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Kala yang berarti "masa" atau "waktu", dan Bendu yang berarti "murka" atau "kemarahan". Secara harfiah Kalabendu adalah masa kehancuran dan bencana.

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Pada era ini, masyarakat berada pada kondisi terburuknya dan kekacauan berada pada puncaknya. Konflik, kekerasan dan ketidakpercayaan merupakan ciri kehidupan sehari-hari. Rangawarsita menjelaskan, pada masa ini, orang baik tidak lagi dihargai dan seluruh aspek kehidupan berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Kalabendu menggambarkan situasi dimana kemerosotan moral dan korupsi berada pada puncaknya, hal ini sangat relevan dengan fenomena korupsi di Indonesia yang banyak terjadi di seluruh lapisan masyarakat mulai dari birokrasi hingga sektor swasta. Untuk itu perlu diterapkan cara-cara untuk menghindari adannya era kalabendu yaitu:
  • Dengan cara memilih pemimpin yang mempunyai moral yang kuat, adil dan bijaksana. Pemimpin seperti ini akan memimpin dengan memberi contoh dan memimpin masyarakat menuju kebaikan bersama.
  • Transparansi dan Akuntabilitas: Menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas pada seluruh aspek pemerintahan dan tata kelola. Hal ini akan membantu mengurangi korupsi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
  • Partisipasi aktif masyarakat: Masyarakat harus terlibat aktif dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan.
  • Penegakan hukum yang kuat: Sistem hukum yang adil dan sehat harus diterapkan untuk memastikan bahwa tindakan yang melanggar moral dan etika dapat dikenakan sanksi yang sesuai.
    Modul : Apollo, Prof
    Modul : Apollo, Prof

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Mengapa Korupsi dapat terjadi di Indonesia?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Menurut hukum di Indonesia korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan maupun korporasi yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara.

Faktor-faktor adannya korupsi di Indonesia yaitu:

  • Kelemahan Hukun dan Penegakan

Sistem hukum yang lemah dan penegakan hukum yang tidak konsisten

sering kali membuat pelaku korupsi merasa mereka bisa lolos dari hukuman.

  • Pengawasan yang lemah

Pegawai pemerintah dan pejabat publik dengan penghasilan rendah terkadang merasa terpaksa melakukan korupsi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

  • Kurangnya Transparansi

Kurangnya transparansi dalam birokrasi dan pemerintahan memungkinkan

tindakan korupsi terjadi tanpa mudah terdeteksi.

  • Sifat Serakah

Dorongan untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak sah karna adannya tingginya tuntutan gaya hidup yang mendorong individu untuk mencari jalan pintas termasuk korupsi.

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Bagaimana Meminimalisir Korupsi Melalui Tiga Era Ranggawarsita ?

Meminimalisir korupsi melalui konsep Tiga Era Ranggawarsita dapat dilakukan

dengan mengadopsi nilai-nilai dan prinsip-prinsip dari setiap era.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:

1. Mengembalikan Keadaan Ke Kalasuba (Era Keemasan)

Penguatan Moral dan Etika:

  • Pendidikan Anti Korupsi:

Mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tinggi, pendidikan yang

menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan keadilan perlu

ditingkatkan. Ini termasuk pendidikan anti-korupsi yang mengajarkan

tentang dampak negatif korupsi dan cara-cara pencegahannya.

  • Keteladanan Pemimpin:

Pemimpin harus menjadi teladan dalam hal integritas dan etika.

Kepemimpinan yang berbudi luhur dapat menginspirasi dan membentuk

budaya anti-korupsi dalam organisasi dan masyarakat.

2. Mengatasi Tantangan di Kalatidha (Era Kemunduran)

Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas:

  • Sistem Pelaporan yang Terbuka:

Meningkatkan transparansi dalam pemerintahan dan bisnis melalui sistem

pelaporan yang terbuka dan dapat diakses oleh publik. Ini termasuk

pelaporan keuangan dan pengambilan keputusan.

  • Pemantauan dan Pengawasan:

Memperkuat lembaga-lembaga pengawas internal dan eksternal untuk

memastikan bahwa tidak ada penyalahgunaan wewenang. ini juga

mencakup pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pemantauan kinerja pemerintah dan lembaga publik.

3. Menghindari Kehancuran di Kalabendhu (Era Kehancuran)

Penegakan Hukum yang Tegas:

  • Sanksi yang Kuat dan Tepat:

Penegakan hukum yang tegas dengan memberikan sanksi yang berat bagi

pelaku korupsi dapat menjadi efek jera. Ini termasuk tindakan hukum yang cepat dan efektif terhadap kasus korupsi.

  • Perlindungan Pelapor:

Memberikan perlindungan kepada pelapor korupsi (whistleblowers) agar

mereka merasa aman melaporkan tindakan korupsi tanpa takut akan

balasan negatif.

4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kejujuran

Inovasi Teknologi untuk Pemberantasan Korupsi:

  • Teknologi Digital:

Memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas. Contohnya adalah penggunaan sistem e-procurement untuk

pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih transparan.

  • Big Data dan Analitik:

Menggunakan big data dan analitik untuk mendeteksi pola korupsi dan

mengidentifikasi area yang rentan terhadap penyalahgunaan wewenang.

Modul : Apollo, Prof
Modul : Apollo, Prof
Kesimpulan

Fenomena korupsi di Indonesia dapat dilihat sebagai perjalanan dari kalasuba menuju ke kalabendu, Saat ini Indonesia mungkin berada di era kalatidha di mana korupsi menjadi masalah serius yang mengancam stabilitas sosial dan ekonomi. Untuk mencegah terjadinya kalabendu diperlukan upaya kolektif untuk mengembalikan nilai-nilai keadilan integritas dan moralitas, seperti pada era kalasuba.

Menerapkan prinsip-prinsip tiga era Ranggawarsita dapat menjadikan solusi untuk meminimalisir korupsi di Indonesia. Pendidikan moral dan etika harus diperkuat, pemimpin harus menjadi teladan yang baik, transparansi dan akuntabilitas harus ditingkatkan, serta penegakan hukum harus tegas. Selain itu inovasi teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi korupsi di Indonesia.

Dengan mengembalikan nilai-nilai yang ada pada era kalah subak Indonesia dapat membangun kembali kepercayaan publik dan menciptakan lingkungan yang ada dan Sejahtera.

Daftar Pustaka

Envanto. (2023, 8 3). Ciri-ciri dan Indikator Penyebab Korupsi. Retrieved from ACLC KPK: https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230803-ciri-ciri-dan-indikator-penyebab-korupsi

Wijaya, D. H. (2020). Pembinaan Budi Pekerti Melalui Spiritualitas Jawa. repository.radenfatah.

Yudari, A. S., & Karmini, N. W. (2021). RATU ADIL SATRIA PININGIT DAN ZAMAN EDAN. academia.edu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun