Kebijaksanaan praktis, atau phronesis, menurut Aristoteles, sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif. Berikut adalah lima cara yang dapat digunakan oleh para pemimpin untuk mengembangkan kebajikan ini:
- Musyawarah
Para pemimpin harus terlibat dalam musyawarah yang bijaksana tentang apa yang baik dan menguntungkan dalam konteks tertentu. Menurut Aristoteles, musyawarah adalah elemen penting dalam kepemimpinan karena manusia adalah mahluk sosial. Kepemimpinan yang efektif melibatkan kolaborasi, di mana semua anggota kelompok memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan mengemukakan pendapat mereka. Dengan demikian, Keputusa yang diambil bukan hanya hasil pemikiran satu individu, tetapi hasil dari pertimbangan kolektif yang mempertimbangkan berbagai perspektif.
Contoh: Rapat Tim untuk Pengambilan Keputusan strategis saat sebuah perusahaan menghadapi penurunan penjualan dan membutuhkan strategi baru untuk meningkatkan pendapatan, lalu Pemimpin mengadakan rapat tim dengan semua departemen terkait, seperti pemasaran, penjualan, dan pengembangan produk. Setiap anggota tim diberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan mereka tentang penyebab penurunan penjualan dan ide-ide untuk strategi baru. Dengan menggabungkan berbagai perspektif, tim dapat merumuskan strategi yang lebih efektif dan komprehensif.
- Pengalaman yang mendalam
Mendapatkan kebijaksanaan praktis membutuhkan pembelajaran berdasarkan pengalaman, yang memungkinkan para pemimpin untuk merefleksikan tindakan dan keputusan di masa lalu
Contoh :
Seorang manajer senior dengan pengalaman bertahun-tahun di industri ingin membantu mengembangkan bakat-bakat muda di Perusahaan lalu Manajer ini memberikan mentoring dan pembinaan kepada karyawan yang lebih muda,
berbagi wawasan dan pengalaman mereka. Misalnya, manajer bisa memberikan contoh bagaimana mengatasi konflik tim, membimbing dalam pengambilan keputusan yang etis, dan memberikan saran tentang pengembangan karier
- Kebajikan Moral
Kebijaksanaan praktis terkait dengan kebajikan moral; seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat seperti keadilan dan keberanian untuk membuat keputusan yang bijaksana
- Pemahaman Konsektual
Pemimpin harus menghargai nuansa dari setiap situasi, menyadari bahwa pengetahuan teoritis saja tidak cukup
- Keseimbangan Kebajikan
Dengan merangkul Golden Mean atau jalan tengah, para pemimpin harus menyeimbangkan kebajikan yang saling bersaing untuk menghindari hal-hal ekstrem yang dapat menghalangi pengambilan keputusan yang efektif.
Aristoteles menekankan bahwa karakter seseorang sangat menentukan kualitas kepemimpinannya. Oleh karena itu, ada beberapa karakter yang tidak diperbolehkan dan harus dihindari oleh seorang pemimpin. Dalam artikel ini, kita akan membahas karakter-karakter tersebut dan penyebab dampak negatifnya jika karakter-karakter ini ada dalam diri seorang pemimpin: