Mohon tunggu...
Alfiatur Rohmania
Alfiatur Rohmania Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS | PRODI S1 AKUNTANSI | NAMA : ALFIATUR ROHMANIA | NIM : 43223010174

Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Apollo, Prof, Dr, M.Si.AK Universitas Mercu Buana | Pogram studi : S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

24 Oktober 2024   09:19 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:37 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

9. Ketidakmampuan untuk Mendengarkan

Kemampuan untuk mendengarkan adalah kualitas penting dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin yang tidak mampu mendengarkan masukan dan kekhawatiran dari pengikutnya akan kehilangan kesempatan untuk memahami situasi dengan baik. Ketidakmampuan ini dapat menyebabkan keputusan yang buruk dan mengabaikan kebutuhan tim.

10. Ketidakpastian

Seorang pemimpin yang tidak yakin atau ragu-ragu dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan kebingungan di antara anggota tim. Ketidakpastian dapat menghambat kemajuan dan membuat tim merasa tidak aman. Pemimpin harus mampu memberikan arahan yang jelas dan tegas

Bagaimana menerapakan gaya kepemimpinan Aristoteles?

Modul : Prof Apollo
Modul : Prof Apollo
Sebelum masuk di bagaimana menerapkan gaya kepemimpinan menurut Aristoteles, kita harus mengubah diri kita menjadi manusia yang baik. Untuk menjadi manusia yang baik menurut Aristoteles itu melibatkan empat tahap utama yaitu :
  • Imitasi, Replikasi, Meniru

Menurut Aristoteles, imitas adalah tahap awal dalam proses pembelajaran dan pengembangan sebuah kebajikan. Imitasi berarti menitu perilaku seseorang yang dianggap sebagai teladan. Manusia secara alami cenderung meniru tindakan orang-orang yang mereka kagumi [atau hormati. Melalui Imitasi, Seseorang mulai belajar dan menyerap nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang kemudian bisa diterapakan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh: Anak yang melihat orang tuanya selalu jujur dalam setiap situasi akan cenderung meniru perilaku jujur tersebut. Anak tersebut mengamati bagaimana orang tuanya mengatakan kebenaran meskipun dalam situasi sulit dan mulai menirunya dalam kehidupan sehari-hari.

  • Internalisasi

Menurut Aristoteles, internalisasi adalah proses di mana seseorang mulai memahami dan menyerap nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang telah mereka tiru dari orang lain.

Contoh:

Anak yang meniru kejujuran orang tuanya mulai memahami mengapa kejujuran itu penting. Mereka menyadari bahwa kejujuran menciptakan kepercayaan dan hubungan yang baik dengan orang lain. Nilai kejujuran ini kemudian menjadi bagian dari sistem nilai mereka sendiri.

  • Aksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun