Mohon tunggu...
alfia rl
alfia rl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hello-!!

Snap back to reality, ope there goes gravity.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kegagalan dalam Goresan Karya Budi Darma, Sang Maestro Sastra

20 September 2021   11:32 Diperbarui: 20 September 2021   11:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nama Budi Darma terasa tidak asing dalam kancah dunia sastra Indonesia. Budi Darma merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang terkenal di era setelah Republik Indonesia merdeka. 

Sastrawan sekaligus pendidik ini menutup usia pada Sabtu (21/8/2021). Sosoknya yang ramah dan senang membantu orang lain membawanya lebih dekat dan disegani oleh para anak didiknya. Walaupun kini raganya telah tiada namun segudang karyanya patut untuk kita apresiasi. 

Sepanjang hidupnya Budi Darma telah melahirkan berbagai macam karya berupa novel, cerita pendek, dan esai yang mendunia. Novel yang dihasilkan oleh beliau diantaranya ialah, Olenka (1983), Rafilus (1988) dan Ny. Talis (1996). Adapula kumpulan cerita pendek yang diberi judul Orang-Orang Bloomington (1980) serta beberapa karyanya berupa essai, seperti Solilokui (1983), Harmonium (1996), dan Fofo da Senggring (2005).

Rentetan prestasi yang telah diraih oleh Budi Darma salah satunya adalah juara pertama dalam Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Novel Olenka (1983) adalah novel pertama yang ia tulis dan berhasil membawa namanya dikenal oleh khalayak luas. 

Terlepas dari prestasi yang telah berhasil diraihnya, karya yang dihasilkan oleh Budi Darma selalu memiliki ciri khas yang melekat. Keresahannya akan kondisi perkembangan sastra di masa itu, juga ia tuangkan dalam karyanya.

Mengulas dari karya yang telah Budi Darma hasilkan. Budi Darma selalu mengangkat persoalan manusia yang diawali dengan kesendirian, kegagalan, kesia-sian dan kembali pada kesendirian pula. Sehingga kegagalan tergambar dengan jelas dalam ceritanya.

Budi Darma juga menggambarkan tokoh dalam cerita menggunakan ‘saya’. Tokoh ‘saya’ Ia buat sebagai sosok yang tidak pernah mengalami kebahagiaan dan didominasi oleh konflik dalam hidupnya. Digambarkan dengan seseorang yang ingin berinteraksi dengan orang lain namun orang lain tidak menerima kehadirannya. 

Sehingga tokoh ‘saya’ selalu mengalami pergejolakan batin yang berakibat pada sebuah kegagalan yang dialaminya. Gagal dalam mencintai, gagal dalam bersosialisasi, bahkan gagal dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

Kegagalan itulah yang menjadi salah satu ciri khas dalam karya yang Budi Darma buat. 

Akhir yang membahagiakan bukanlah sebuah akhir yang akan pembaca temukan dalam karyanya. Justru Budi Darma akan membawa pembaca untuk merasakan bagaimana jungkir balik yang dialami oleh karakter. Pikiran, cara berinteraksi, dan cara bersikap adalah poin yang tampak dijungkir balikkan oleh Budi Darma. 

Sang maestro ingin menonjolkan bagaimana usaha dan evaluasi diri yang dilakukan oleh karakter untuk memperbaiki kegagalan beruntun yang dia alami. 

Melalui karya yang Ia tulis, Budi Darma ingin menyuarakan sebuah pengingat, bahwa manusia harus melalui serentetan jatuh bangun dalam mencapai sebuah keberhasilan tetapi, manusia tidak boleh menyerah walaupun kegagalan datang silih berganti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun