Mohon tunggu...
Alfiant Dhifa Ryan Nugraha
Alfiant Dhifa Ryan Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

hobi membaca menulis dan mengarang sesuatu/kepribadian budipekerti luhur serta bertanggung jawab/topik kontem musik dan lifeatye serta kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat dan Takhayul Serta Pengobatan Dukun

24 Desember 2024   10:45 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:42 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Praktik perdukunan sering kali menawarkan solusi sementara yang tidak menyelesaikan masalah secara mendasar. Masyarakat mungkin merasa puas setelah melakukan ritual atau pengobatan alternatif, tetapi masalah yang mereka hadapi sering kali tetap ada. Ini menciptakan ketergantungan pada dukun, di mana individu merasa bahwa mereka harus terus kembali untuk mencari solusi yang sama. Sebagai contoh, dalam kasus masalah kesehatan mental, seseorang mungkin merasa lega setelah berkonsultasi dengan dukun, tetapi jika masalah tersebut tidak ditangani secara mendasar, individu tersebut akan terus mengalami kesulitan. Pendekatan berbasis bukti dalam kesehatan mental, seperti terapi kognitif perilaku atau konseling, menawarkan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Dengan mengadopsi metode ini, individu dapat belajar untuk mengatasi masalah mereka dengan alat yang lebih konstruktif dan mendalam. Praktik perdukunan juga dapat memperkuat stigma dan diskriminasi terhadap individu yang mengalami masalah kesehatan, terutama kesehatan mental. Dalam beberapa budaya, mencari bantuan dari dukun dapat dianggap sebagai pilihan yang lebih "normal" dibandingkan dengan pergi ke profesional kesehatan mental. Hal ini menciptakan lingkungan di mana individu merasa tertekan untuk tidak mencari perawatan yang mereka butuhkan.

Stigma terhadap masalah kesehatan mental sering kali menghalangi orang untuk mendapatkan bantuan yang tepat. Banyak yang merasa malu atau takut dihakimi jika mereka mengakui bahwa mereka mengalami masalah tersebut. Dengan mengandalkan dukun, mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak perlu menghadapi stigma tersebut, tetapi pada saat yang sama, mereka juga mengabaikan perawatan yang lebih efektif. Dengan meninggalkan praktik ini dan mempromosikan pendekatan berbasis bukti, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi mereka yang membutuhkan bantuan. Salah satu langkah penting dalam mengurangi ketergantungan pada praktik perdukunan adalah meningkatkan pendidikan dan kesadaran kesehatan di masyarakat. Ketika individu memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan, mereka cenderung lebih mampu membuat keputusan yang tepat terkait perawatan medis. Pendidikan kesehatan yang baik dapat membantu masyarakat memahami pentingnya mencari bantuan medis yang tepat dan menjauhkan diri dari praktik yang tidak terbukti. Program-program pendidikan yang menekankan pentingnya kesehatan mental, pengobatan, dan pencegahan penyakit dapat sangat membantu dalam membentuk pola pikir yang lebih positif. Dengan mendidik masyarakat tentang risiko yang terkait dengan praktik perdukunan dan manfaat dari pengobatan berbasis bukti, kita dapat membantu mereka membuat pilihan yang lebih baik untuk kesehatan mereka.

Meninggalkan praktik dukun juga merupakan langkah menuju pembangunan sistem kesehatan yang lebih baik dan lebih inklusif. Ketika masyarakat beralih ke pengobatan modern, kita dapat meningkatkan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi semua individu. Ini termasuk meningkatkan infrastruktur medis, pelatihan profesional kesehatan, dan menyediakan informasi yang jelas dan akurat tentang pilihan perawatan yang tersedia. Dengan memberikan dukungan yang tepat dan aksesibilitas ke layanan kesehatan yang berkualitas, kita dapat membantu masyarakat mengatasi masalah kesehatan mereka dengan cara yang lebih efektif. Ini menciptakan kesempatan bagi individu untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan, tanpa merasa terjebak dalam praktik yang tidak terbukti.

Meninggalkan praktik perdukunan juga berkaitan dengan kesadaran sosial dan kultural. Masyarakat modern harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap dukun sering kali dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Oleh karena itu, penting untuk mendekati isu ini dengan sensitivitas dan pemahaman. Meninggalkan praktik ini tidak berarti mengabaikan tradisi, tetapi lebih kepada mengedukasi masyarakat tentang pilihan yang lebih aman dan efektif. Dialog terbuka di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk tokoh masyarakat, pendidik, dan profesional kesehatan, dapat membantu menjembatani kesenjangan antara tradisi dan modernitas. Dengan mengedukasi masyarakat dan menawarkan alternatif yang lebih baik, kita dapat mempromosikan kesehatan yang lebih baik tanpa menghapus nilai-nilai budaya yang ada.

Meninggalkan praktik dukun juga membuka ruang untuk diskusi kritis mengenai kepercayaan dan praktik kesehatan. Masyarakat perlu diajak untuk berpikir kritis tentang pilihan pengobatan yang mereka lakukan. Dengan menciptakan forum untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman, individu dapat belajar dari satu sama lain dan memahami lebih baik tentang apa yang benar-benar efektif. Ini juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada informasi yang tidak akurat atau tidak terbukti. Ketika masyarakat memiliki akses ke informasi yang tepat dan dapat dipercaya, mereka akan lebih mampu membuat keputusan yang lebih baik untuk kesehatan mereka dan mengurangi ketergantungan pada praktik yang tidak terbukti.

 Dalam konteks masyarakat yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional, Dzawin dan Ferry Irwandi muncul sebagai dua tokoh yang berani menantang praktik-praktik yang dianggap kuno dan tidak ilmiah. Melalui pendekatan yang kritis dan berbasis bukti, keduanya berusaha menciptakan kesadaran dan membawa perubahan positif di masyarakat. Seperti yang kita tau dua orang yang berperan aktif untuk mencerdaskan bangsa melalui konten konten dan pembuktian yang dilakukan yakni gila gilaan dilakukan oleh dua orang ini. Pemikiran Kritis terhadap Takhayul.

Dzawin dikenal sebagai seorang pembicara dan aktivis yang mendorong masyarakat untuk berpikir kritis terhadap takhayul dan kepercayaan yang tidak berlandaskan fakta. Ia percaya bahwa banyak kepercayaan yang berkembang di masyarakat hanya berdasarkan mitos dan tradisi yang tidak lagi relevan. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah, Dzawin berusaha membongkar mitos-mitos ini dan menunjukkan bahwa banyak dari fenomena yang dianggap "setan" atau "malapetaka" sebenarnya dapat dijelaskan secara logis. Salah satu cara Dzawin menantang takhayul adalah melalui edukasi. Ia sering mengadakan seminar dan workshop yang membahas pentingnya berpikir kritis dan menggunakan metode ilmiah untuk memahami dunia. Dengan memberikan informasi yang akurat dan berbasis bukti, Dzawin berharap masyarakat dapat mengurangi ketergantungan mereka pada takhayul dan mulai mencari solusi yang lebih rasional untuk masalah yang mereka hadapi. Dzawin juga menekankan pentingnya dialog terbuka dalam masyarakat. Ia percaya bahwa dengan berdiskusi dan berbagi pandangan, masyarakat dapat lebih memahami isu-isu yang berkaitan dengan kepercayaan dan tradisi. Melalui forum-forum diskusi, Dzawin mengajak masyarakat untuk mempertanyakan kepercayaan yang sudah mendarah daging dan mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas yang mereka hadapi.

Ferry Irwandi merupakan tokoh yang secara aktif menantang praktik perdukunan. Ia percaya bahwa kepercayaan terhadap dukun sering kali mengalihkan perhatian masyarakat dari solusi yang lebih efektif dan berbasis bukti. Dengan menyoroti risiko yang terkait dengan praktik perdukunan, Ferry berusaha mendorong masyarakat untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan yang terlatih. Ferry menggelar kampanye untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan dan pentingnya mencari perawatan medis yang tepat. Ia sering memberikan penjelasan tentang bagaimana pengobatan modern dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang sering kali diselesaikan dengan cara yang tidak ilmiah oleh dukun. Melalui seminar dan diskusi publik, Ferry berusaha menjelaskan bahwa pengobatan berbasis bukti adalah pilihan yang lebih aman dan efektif. Selain menantang praktik dukun, Ferry juga berusaha membangun alternatif yang positif bagi masyarakat. Ia mengembangkan program-program yang menawarkan pelatihan keterampilan, pendidikan kesehatan, dan dukungan emosional. Dengan memberikan sumber daya yang berguna, Ferry berharap masyarakat dapat menemukan solusi yang lebih baik tanpa harus mengandalkan dukun.

Dzawin dan Ferry Irwandi merupakan dua tokoh yang berani menantang setan, takhayul, dan dukun dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Melalui pendekatan yang berbasis bukti dan edukasi, mereka berusaha mengubah cara pandang masyarakat terhadap kepercayaan yang tidak ilmiah. Dengan mempromosikan pemikiran kritis dan solusi yang lebih rasional, keduanya memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya. Keberanian mereka untuk menantang norma-norma tradisional menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk berpikir lebih kritis dan mencari kebenaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun