Mohon tunggu...
Alfiansyah_senja
Alfiansyah_senja Mohon Tunggu... Buruh - Penulis artikel, foto, dan traveling

Lahir dan besar di kota Balikpapan. "Setiap Malam adalah Sepi" adalah novel perdana yang berhasil dicetak lewat proyek indiependent. Novel ini bercerita tentang kehidupan urban seorang pekerja yang bekerja di malam hari di Kota Balikpapan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yang Kami Butuhkan Bukan Kecap-kecap, Bung!

12 Juni 2020   23:13 Diperbarui: 12 Juni 2020   23:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ziarah ke Makam Bung Karno

Toh, tonton saja di televisi atau di media sosial, semua tak ada habisnya memperdebatkan siapa benar dan siapa salah. Coba saja semua berpikir, bagaimana semuanya tak mengaku benar, sama-sama saling melindungi untuk mencapai suatu kebenaran dan kesepakatan bersama. Berbhineka Tunggal Ika. Bisa kembali lagi ke butir-butir Pancasila---betapa bersahajanya  negeri ini.

Maka dari itu, yang banyak kecap dengan teori handalnya, saya tak bisa bedakan, mana yang bisa dijadikan untuk patokan pemersatu atau ambisi perebutan kuasa.

Ah, sudahlah, ini waktunya untuk tak berbicara politik. Ada baiknya, Anda mengasingkan diri dahulu agar tahu perjuangan bangsa sesungguhnya, tidak dari 'kecap-kecap' atau omongan besar. Saran saya, mungkin salah satunya dengan cara berziarah. Ziarah adalah suatu cara agar kita-kita ini jangan bertindak melebihi langit. Mesti tahu diri bahwa kita-kita ini akan kembali ke tanah.

Si Bung telah tiada. Namun apa yang ia wariskan terhadap bangsa tak akan dilupa. Bagaimana ia diasingkan dan dikucilkan. Itu semua untuk menghapus dan membebaskan Indonesia dari penjajahan imperalis dan ekonomi kapitalis.

Cobalah untuk merenungi perjuangan si Bung. Bagaimana Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka, serta seluruh pahlawan mulai dari kalangan intelektual atau saudara/i "bambu runcing" itu berjuang mempertahankan tanah Indonesia. Sudah berapa juta rakyat Indonesia gugur di tangan penjajah?

Jaman memang sudah berubah, Bung. Di tengah hiruk-pikuk pergumulan politik yang semakin tak karuan, membuat orang-orang tak percaya lagi dengan namanya wakil rakyat. Percayakah Anda dengan wakil rakyat? Dan, apakah Anda semua ada waktu singkat untuk mendoakan wakil rakyat yang "cari aman" nyaman-sentosa? Masih percayakah! Atau, justru disetiap doa yang Anda panjatkan, terselip doa agar doa rakyat yang selalu dizolimi benar-benar dikabulkan.

Dan lagi-lagi, apakah wakil rakyat perlu didoakan, agar otaknya bisa lurus kembali, agar tak bertindak semena-mena layaknya seorang raja yang mementingkan dirinya pribadi. 

Tak selalu hidup dalam dinamika sosial yang memecah belah umat, cari aman, kejar proyek, tergiur modal investor asing, selalu mencari kesalahan seseorang, atau sekedar mencari empati agar dikasihani atau dibanggakan ketika melakukan aksi sosial lalu meng-upload-nya di media sosial milik pribadi, atau diam-diam menikam dari belakang?

Saya paling ampuh mendengar para mulut besar yang berbicara teori nasionalisme di sebuah seminar atau debat-debat yang dihadiri orang penting---tapi saya biasa menguping, lho. 

Berbicara bagaimana konsep negara, mau di bawa ke mana Indonesia, ngomong selangit sehingga lupa diri bahwa mereka berdiskusi di Star Bucks, KFC, atau bekerja di perusahaan asing di Indonesia, yang memberikan penghasilan berpuluh-puluh kali lipat namun lupa bayar pajak.

Bung, kami tak butuh itu semua. "Kecap-kecap" memang perlu dibutuhkan untuk meyakini bahwa Anda adalah kalangan terdidik---apalagi saat berkampanye. Tapi, cukuplah mengutip apa kata rakyat jelata : Yang kami butuhkan adalah tindakan nyata, bukan maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun