Saya sendiri berboncengan sama Ipung. Tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 Wita. Sebelum sampai, kami melihat truk milik Tentara Republik Indonesia (TNI) Angkatan Laut Balikpapan terparkir di parkiran.
"kita sudah terlambat sekali. Sekitar 500 meter kita akan berjalan kaki ke TKP," kata Ipung.
Saya sendiri baru pertama kali ke Pendopo Teritip. Sebelum ke sana, kami berjalan kaki, menyusuri jalan tambak ikan bandeng setapak, sekitar 150 meter. Lalu, melewati pohon api-api dan mangrove. Angin sepoi-sepoi membuat langkah kaki jadi terasa ringan dan begitu santai menikmati pemandangan alamiah.
Sampainya di ujung tangga, saya mendengar suara ombak yang menggulung pasir pantai. Angin semakin kencang. Saya yang mulai dari wal berjalan kaki sedang merokok, lebih menarik dalam-dalam asap rokok dan mengembuskannya pelan-pelan. Nikmat!
Di samping kiri ada tempat beristirahat. Lumayan besar dan ada penduduk lokal yang berjualan dan beberapa pemuda sedang duduk santai, omong-omong sambil main gitar.
Ipung menunjuk ke arah kiri. Ternyata masih ada tangga yang memanjang. "Oh, itu mereka. Kita ke sana," ujarnya.
Marine Life Volunteer
Kegiatan bersih-bersih sampah sudah lebih dulu di mulai. Kami terlambat. Ada sekitar 15 orang turun memungut sampah. Mayoritas anak muda yang dibantu dengan TNI angkatan laut.
Kami menghampiri Hery yang telah sibuk memunguti sampah yang ada di ranting pohon. Seperti biasa, dia sangat bersahabat, menyapa kami dengan senyum khasnya. Setelah berjabat tangan, Hery menghadiahi kami satu kantung plastik merah.
Kami membersihkannya di sekitar muara Sungai Teritip dan pesisir pantai. Banyak sampah plastik di mana-mana. Terutama kresek hitam atau bening yang terikat di sekitar ranting pohon api-api.
Hery menjelaskan, kresek itu terikat karena sampah dari masyarakat. Jika air pasang, kresek itu hanyut mengikut arus dan tersangkut di ranting. Selain merusak pemandangan, plastik ini pun menghambat pertumbuhan pohon.