"Berbicara soal pantai jangan ditanya. Di sana adalah surgawinya pantai.Pasirnya putih, airnya jernih dan bagus sekali. Biasa orang snorkling di sana," tuturnya.
Ia mendeskripsikan pantai hampir sama dengan apa yang diceritakan Rizal, sepupu satu kali saya yang tinggal di Pulau Marabatuan, Kalimantan Selatan. Â
Omong-omong  soal pantai, saya selalu membayangkan tentang pasir putih, debur ombak, laut hijau tosca, suara angin, anak-anak bertelanjang kaki yang bermain dan berlari-lari kecil di pasir pantai, kursi malas, air kelapa, rokok, kacamata, lagu santai, kemudian benar-benar santai melihat senja yang bundar dan sayup-sayup hilang ditelan ombak kecil, yang berbentuk berlian akibat dibias sinar senja.Â
Senja hilang tanpa ada yang tersisa seperti sebuah hidup, kita semua akan tenggelam dalam mimpi-mimpi yang kadang tidak masuk akal itu. Uh, pantai yang indah, nyaman sekali.
Ayah saya mengatakan bahwa di Mandar, aksen setiap daerah saat ini sudah jarang ditemukan. Bentuk orisinalnya dimakan zaman akibat adanya globaliasi.Â
Dulu, sekitar tahun 1980-an masih sering dijumpai orang-orang mallagu' (aksen ciri khas daerah). Seperti di dua desa berbeda di pesisir Pamboang, Majene, Sulawesi Barat. Di situ ada namanya Desa Bababulo dan Luwaor.Â
Daerah itu mempunyai aksen yang berbeda dan apalagi yang tinggal di atas gunung, bisa sangat berbeda. Namun jika keduanya bertemu dan berkomunikasi secara langsung, keduanyaakan  saling mengerti karena sama-sama menggunakan bahasa Mandar.
"Seperti di Bababulo, dulu kita biasa dengar. 'Iddi' pole inna mi' ola?' (dari mana?) bahasa seperti itu tidak ada lagi. Mungkin nenek-nenek saja yang pakai bahasa itu. Jadi, menurut saya, jika mau tahu bahasa asli orang Bababulo atau Luwaor, bisa ke pulau di Kalimantan Selatan," cerita ayah saya, yang angat gemar bercerita mengenai masalah Mandar.
Padahal, yang paling jamak jika di Mandar-kan sederhana saja bahasanya "dari mana". Langsung saja "pole inna, Puang?"
"Pak Hamsah mohon maaf, di Pulau Masalembu apakah ada orang Mandar yang bertanya 'dari mana' dengan bahasa seperti ini, ''iddi' pole inna mi' ola?'," tanya saya.
"Iya benar. Apa yang dikatakan Abang, ada itu di Pulau Masalembu," jawabnya.