Sebelum menutup bulan Desember 2018, malam Minggu, tepatnya tanggal 22 Desember 2018, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni dan Musik (Semu) Universitas Balikpapan mengadakan acara Indieka, akronim dari Indie Kampus, di mana acara tersebut menghadirkan live musik, pembacaan puisi dan teater secara terbuka dan gratis, di halaman parkir Universitas Balikpapan.
Saya sendiri datang dengan bersama Bang Onoy (lengkapnya Agustinus Wahjono), yang kebetulan baru datang dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dia datang membawa oleh-oleh beberapa buku untuk saya dan lagi-lagi tahun ini menerbitkan 5 buku. 2 buku kumpulan cerpen, 1 buku kumpulan artikel utama di Kompasiana, dan 2 buku kumpulan puisi. Hal yang membuat saya Sangat iri. Buku-buku yang dia cetak, edit, dan terbitkan sendiri, dijual di samping panggung dan  diberi harga mahasiswa Rp.30.000,00 -- Rp.40.000,00.
Pukul 20.05 Wita saya tiba di tempat acara. Saya terkesan dengan panggung yang ditata artistik, di mana panggungnya tidak terlalu besar namun nyaman dipandang mata. Ukuran panggung sekitar 2x5 meter, dihiasi lampu kecil warna-warni, di empat sudutnya telah ditancap bambu, atasnya digantung awan-awan buatan terbuat dari kapas dan ada burung origami, serta di belakang panggung ada beberapa tempat duduk kotak dicat warna-warni yang dibentuk segitiga. Penonton yang datang duduk lesehan bersama, sembari menikmati singkong yang telah disediakan panitia. Untung saja malam begitu bersahabat. Sampai acara selesai, tidak turun hujan dan bahkan terang bulan.
Sekitar jam 20.30 Wita, acara baru dimulai dengan penampilan band akustik yang dimainkan oleh anggota baru UKM Semu. Selanjutnya, soloist kawan dari luar kampus yang tampil, menyanyikan lagu Iwan Fals dan Dewa 19. Lagu-lagu kenangan era 90-an memang tidak akan mati ditelan zaman.
Selain acara ini menjadi agenda tahunan UKM Semu, namun acara ini juga menyambut anggota yang baru saja dikaderisasi pada awal Desember 2018, sekaligus mereka menampilkan teater musikalisasi puisi "Sisa Jantung di Tanah Borneo", yang dulunya pernah ditampilkan di halaman Gedung Dome, pada acara Pekan Raya Balikpapan, 22 November 2014.
Dulu, ketika saya masih aktif ber-UKM, UKM Semu mempunyai empat divisi, yakni Divisi Musik, Divisi Teater, Divisi Paduan Suara, dan Divisi Jurnalistik. Jadi, semua divisi mempunyai peran andil dalam pertunjukan. Ada pemain musik, pembaca puisi, tari tradisonal, teater, dan paduan suara.
Tapi saya menyayangkan, dalam penampilan tersebut, tidak ada pemain suling dan sape' (alat musik tradisonal suku Dayak). Padahal, dengan hadirnya suara suling dan sape', yang terdengar akan lebih natural, lebih sugesti, dan mengalir. Namun saya salut dengan konsistensi kawan-kawan dari UKM Semu yang menampilkan "Sisa Jantung di Tanah Borneo", yang intinya mengingatkan kembali bahwa kita, sebagai manusia, harus mencintai dan menghargai alam dan seisinya. Ke depan, saya yakin jika kalian tetap konsisten, kalian pasti dapat tampil lebih baik lagi.
Malam itu juga saya ingat, bagaimana saya adalah anggota UKM Semu angkatan tahun 2012 dan lulus kuliah di tahun 2015. Banyak pelajaran yang saya petik selama ber-UKM. Intinya, yang pasti menjaga persahabatan dan konsistensi, bagaimana mencintai hidup dan bersosial pada sesama, tanpa mesti ada perbedaan yang saling menghalangi.
Tidak hanya kuliah dan menyesal nasib, kenapa saya kuliah di Uniba dan itu-itu saja dilakukan. Datang kuliah dengan wajah yang kurang bersemangat, duduk di kelas, mendengarkan dosen menyampaikan materi perkuliahan, atau di-PHP-in dosen karena tidak masuk kelas, nongkrong di kantin, omong kosong dengan sesama, tertawa dan bercerita seperlunya, melamun di kelas, ikut-ikutan ketawa karena menghargai kelucuan teman bercerita, pulang kuliah dengan keadaan masih gelisah : kenapa hidup seperti ini, tidak ada warna dan sensasi. Huh, sungguh terlalu.
Untung saja ada UKM Semu. Jadi saya tidak hanya kuliah dan kuliah. Lebih tepatnya, di UKM Semu, saya banyak melakukan banyak hal, salah satunya adalah omong kosong, omong kosong dan omong kosong yang bermartabat. Seminggu selalu saja ada rapat, bahas apalah dan bagaiamana. Ada saja masalah di internal, rapat persiapan acara musik, teater, atau remeh-temeh lainnya, yang membuat saya kadang mesti bermalam di sekertariat.
Atau menertawai sahabat saya yang setiap hari selalu mencoba tampil gagah di depan sekertariat, duduk menyilangkan kaki sambil merokok, main gitar, minum kopi hitam, serta memasang muka pembualan. Jika tidak main gitar, sahabat saya itu akan melamun, seakan-akan ada yang dipikirkan, entah apa itu (sepintas  ada mikir jorok), merokok dengan gaya seperti foto eksistensialis Chairil Anwar, menatap pembualan. Dan jika dia ditegur, sahabat saya itu akan membalasnya  dengan senyum seadanya. Asli, hal yang dilakukan itu adalah bukti otentik bahwa mahasiswa itu, di samping banyak-banyak merenung, sok' mikir negara, kritis, eksis, harus tampil cool untuk memikat para mahasiswi. Ya paling tidak ada mahasisiwi yang melirik ke arahnya, hal itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuatnya lebih pembualan.
Di sekertariat, banyak diisi dengan omong kosong dan ha-he, ha-he, menertawakan sesuatu. Kadang juga mikir berat dan menumpahkan ide-ide kreatif, hal apa yang mesti dilakukan dan diperbuat. Mau buat acara apa dan materi apa yang akan ditampilkan.
Ide-ide saya juga lebih dihargai dan apa yang ingin saya lakukan tersalurkan.  Buat grup band (padahal skill saya main gitar  jauh diatas rata-rata), nampil main band, buat bulletin kampus, main teater di depan gedung DPRD, serta kegilaan lainnya, yang mungkin saya ceritakan tidak akan pernah habis untuk dikuras sehari semalam.
Satu lagi yang sangat berkesan adalah, saya mendapatkan persahabatan yang melebihi persahabatan apa pun. Ah, bijaksana sekali. Tapi ya, begitulah. Apa yang saya rasakan, pada kenyataanya memang seperti itu.
Persahabatan kami pun sampai sekarang masih tetap terikat. Ngumpul tanpa ada yang mesti ditutup-tutupi, plos, dan kadang saya banyak merepoti mereka, terutama Vrendy.
Kawan-kawan seperjuangan saya malam itu juga hadir, yaitu Vrendy dan Nur Koiri. Saya satu angkatan dengan mereka berdua. Nur datang dengan istri tercinta. Tak hanya itu, angkatan 2013, Dio Idris yang tidak tahu rimbanya di mana turut hadir, Chairil Anwar datang dengan ceweknya, Gracemen yang belum lulus kuliah, dari balik panggung tetap membantu jalannya acara, orang Penajam Paser Utara Adi Suryadi turut hadir dengan ceweknya. Senior saya sekaligus pengantin baru, Dolvi Arief Dondokambey datang membawa pasangannya.
Terus terang, walau tidak banyak omong-omong, saya senang dapat berkumpul kembali bersama sahabat saya. Sayang sekali Alan tidak hadir, dia sibuk memburu rupiah kerja tambang di Sangatta, Â kehadirannya diwakilkan sang kekasih Kinan. Wahyu Triono, senior saya juga tidak hadir karena disibukkan oleh pekerjaan, sesibuk apapun, tapi Mas Wahyu selalu ada waktu untuk Semu dan sampai sekarang selalu direpoti Semu, tapi saya yakin, Mas Wahyu melakukan hal itu dengan senang hati. Bang Hysan, Bang Jeje, Kontak Person Oky Rizky yang saat ini berada di Tarakan, serta sahabat yang tidak disebut namanya satu persatu, sayang sekali tidak hadir pada malam itu.
Mumpung Masih Muda dan Kawan dari Penajam
Hampir 2 jam kami omong-omong. Omong politik, kekuasaan, dan remeh-temeh lainnya. Kebanyakan omong-omong kami menceritakan pengalaman pribadi masing-masing, mulai dari kota-kota yang pernah disinggahi, kejengkelan salah satu tim sukses yang sudah mengorbakan waktu, pikiran, dan tenaga "apabila pasangan yang dia dukung 'gol' akan diberikan pekerjaan" tahu-tahunya orang yang didukungnya itu menjabat dan dia pun di-PHP-in---sedih sekali.
Sebelum Bang Ady dan Bang Arif pulang, mereka membeli bukunya Bang Onoy. Lain kali dan lain waktu, kami pasti akan berjumpa kembali.
Malam minggu adalah malam yang paling ditunggu-tunggu bagi para pemuda dan pemudi. Tidak terkecuali bagi para jomblo yang mengatur schedule bagaimana menganggap malam minggu adalah malam yang dilalui tidak menyendiri.Â
Maka dari itu, biasa para jomblo akan pergi mencari kesibukan, entah apa itu namanya, bisa dihabiskan semalam di kafe atau warung kopi, omong-omong sampai larut malam sehingga bosan sendiri, atau melamun tidak jelas memikirkan hal-hal yang membuatnya galau sepanjang malam---seperti yang dirasakan malam-malam sebelumnya.
Mumpung masih muda dan apalagi masih sendiri, maka, mestinya masa muda itu dihabiskan dengan hal-hal yang positif. Positif dalam arti, kegiatan yang berguna bagi masyarkat sekitar, yang pasti tidak menyusahkan atau merugikan seseorang. Tidak mencuri atau menipu.Â
Mungkin jadi warga baik-baik sudah lebih dari cukup. Tapi itu hambar sekali, mesti ada sensasinya, dong selama jadi mahasiswa. Mahasiswa itu harus paham politik, provokatif, selalu lantang membela rakyat, berani bertindak, tak diperbudak kekuasaan, gairah muda, dan penuh dengan hasrat cinta. Yah, seperti yang sudah dilakukan aktivis mahasiswa seorang Soe Hok Gie. Nikmatilah masa-masa selama menjadi mahasiswa, wahai para mahasiswa!
Balikpapan, 24 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H