Sejarah sudah mencatat, tak selamanya tim berbaur pemain bintang angkat piala, karena dalam sepak bola selalu tercipta berbagi kejutan dan rahasia yang tak mampu dipecahkan oleh para ilmuwan atau fisikawan. Karena, hakikat sepak bola adalah sepak bola---kecuali  pertandingan itu sudah diatur (perjudian) oleh para mafia, yang membuat kemurnian dan hakikat sepak bola  bukan lagi sepak bola.
Dalam konteks menyatukan dirinya ke sebuah obyek, yakni pesepakbola telah benar-benar menyatu dalam benda mati "si kulit  bundar". Jika ia benar-benar bisa menghayati dan memaknai si kulit  bundar, maka ia akan berproduktif menampilkan kejutan dan keindahan dalam memainkan "si kulit bundar".Â
Kerja yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya dari latihan rutin dan semangat juang yang tinggi, ciptakan, tak gampang puas diri, pasti akan terlihat hasilnya, yakni permainan yang spektakuler nan mahadahsyat. Pesepakbola pun dapat mengusai ruang dan waktu. Ruangnya adalah lapangan sepak bola yang berpasangan dengan "si kulit bundar", lalu waktunya adalah detik-detik yang menegangkan di mana pesepakbola menjadi penentu sejarah.
Masyarakat modern mengkhotbahkan ideal kesetaraan non-individual. Dalam sepak bola semua mesti sama. Harus kerja keras. Kerja keras ini, telah dikontrol oleh pelatih, mengingatkan agar pemain belakang, tengah dan depan bekerja sesuai dengan instruksinya. Tapi setiap pesepakbola kadang meyakini bahwa dia mengikuti keinginannya sendiri. Improvisasi , spontanitas, intelegensi, dan teknik individual adalah senjata utama bagi pesepakbola. Lionel Messi pemain bintang, tapi tanpa otak penyerangan Andreas Inisesta dan Xavi  Hernandez, mungkin Lionel Messi bukanlah siapa-siapa. Begitu juga dengan Paolo Maldini, jika ia tak berduet dengan Alessandro Nesta, maka chemistery membangun tembok pertahanan akan kurang---begitu juga dengan seluruh 11 pemain lainnya, tanpa terkecuali.
Bonus-bonus akan menanti pesepakbola. Bonus yang didapatkannya adalah mendapatkan apresiasi berupa sorak-sorai pujian, tepuk tangan kegembiraan, kontrak tinggi, dan sponsor-sponsor lainnya. Di sinilah keringat seorang pesepakbola berhasil. Sehingga selalu bergairah untuk melakukan sutau hal dan target yang lebih dan lebih. Dengan dilandaskan hasrat yang tinggi, demi prestasi.
Pencipta Keindahan
Pesepakbola adalah seniman lapangan hijau. Walau bagaimanapun, seorang seniman yang tak mematuhi segala macam aturan (bahwa ia harus produktif), tak akan menemukan jalan titik temu bahwa ia adalah pekerja kreatif. Pesepakbola harus mencintai kedisiplinan dan tanggung jawabnya dia sebagai pelaku seni. Ketika ia  harus berpakaian sama di lapangan, pesepakbola harus menyesuaikan pakaiannya sesuai dengan tim yang ia bela. Apalagi soal makan, jam istirahat, serta kapan waktunya untuk liburan dan fokus ke kerjaan. Semua harus diatur dengan kedisiplinan dan komitmen yang tinggi. Karena, ia sudah berani mengambil resiko bahwa ia adalah seorang pesepakbola. Ia mencari nafkah di sepak bola, olahraga yang penuh resiko, kejam, keras dan buta persaingan.  Contih kasus, banyak terjadi pemain muda pensiun dini karena kakinya patah tulang, tunggakan gaji pemain kepada klub, meninggal di atas lapangan, atau berbagai terror dan ancaman lainnya dari para mafia.
Pesepakbola bukanlah seorang karyawan yang selalu terlihat murung, bekerja tak ikhlas dan bahkan dilandaskan tanpa gairah untuk mengerjakan suatu hal. Kerja hanya sebatas kerja, cari makan menyambung hidup. Kalau pesepakbola tak bermain dengan hati dan tak mencintai pekerjaanya, mungkin saja kita tak pernah melihat keindahan Pele ketika membawa bola, aksi individu  Maradona, aksi-aksi akrobatik Zlatan Ibrahimovic, ketangkasan tembok pertahanan Paolo Maldini,  tendangan bebas Andrea Pirlo, kelincahan Lionel Messi, kecepatan  Cristiano Ronaldo, semangat juang Leicester City yang berhasil meraih juara Liga Inggris di musim 2015/2016, atau aksi-aksi heroik dan spektakuler lainnya, yang diciptakan oleh mereka, yang bermental juara---semakin membuktikan bahwa pesepakbola setara dan sama berharganya (bahkan mengalahkan) beberapa penguasa tiran, politikus, negarawan, ilmuwan, seniman dan orang-orang berpengaruh lainnya yang berada di belahan dunia.
Pesepakbola adalah pencipta. Pencipta keindahan dan segala macam kongko-kongko yang tak akan habis dikupas tuntas, di mana pengamat, pelaku sepak bola, orang awam atau kritikus sepak bola akan menyaksikan bagaimana bola itu dimainkan dari kaki ke kaki. Bagaimana sepakbola itu dikaji, dikomentari, dianalisis oleh  para pakar, legenda sepak bola, atau orang-orang pintar yang berlaku, dewasa ini.
Sebagai pekerja, pesepakbola harus menerima kenyataan dan segala macam konsekuensi. Kenyataanya  bahwa ia harus siap dikritik pedas. Ia harus bisa menerima hukum kausalitas (sebab-akibat). Hukum yang mengatur alam semesta, di mana jika ia bermain bagus, mencetak goal, indah, clean sheet, fight, maka ia akan mendapat pujian dan tepuk tangan---bahkan jka kesebelasan itu kalah, ia tetap mendapat pujian karena jerih payah dan fighting spirit yang tiada habisnya itu.
Namun jika ia blunder, loyo, lemah, tak ada semangat juang pertandingan, maka bersiaplah mendapat cacian pedas dan makian yang benar-benar  membuat telinga panas dan bahkan langsung naik pitam. Karena ia bisa membuat manusia menangis, bangga, haru, komedi, tawa, bahkan bikin baper---dimana para seniman bola itu dianugerahi wajah tampan dan tubuh atletis.