Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kepada Bapak Presiden Jokowi, Sepak Bola Kita Sudah Disuap

29 November 2018   20:03 Diperbarui: 29 November 2018   20:10 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik upeti, suap, dan yang lebih kekinian, gratifikasi, masih mengakar kendati sistem politik beralih dari era penjajahan ke era demokrasi serta berapa kali pengurus PSSI mengalami pergantian kepemimpinan dari tahun ke tahun, tetap saja sepak bola di Indonesia tidak mengalami kemajuan karena adanya praktik penyuapan tersebut. Sebenarnya tidak susah mendeteksi para mafia dan bandar judi sepak bola Indonesia. Karena itu, relasi dan yang menjalankan adalah orang-orang itu saja. Ada alasan bahwa mengeksekusi mereka yang sangat ribet dan sulit, karena mereka berlindung di antara tameng petinggi internal.

Bapak adalah presiden yang ketujuh. Tentu saja, ada amanah yang Bapak pegang meneruskan tongkat estafet sistem kepemimpinan. Namun, setiap presiden memiliki agenda dan sudut pandang yang berbeda.  Jika nama Bapak ingin dikenang, apalagi jabatan Bapak sebentar lagi berakhir, selama kepemimpinan Bapak, tolong 'murnikanlah' sepak bola Indonesia kepada hakikatnya. Masih banyak waktu untuk itu, Bapak Presiden.

Memang benar ada badan yang dibangun jauh sebelum Bapak memimpin, yaitu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dan PSSI. Namun tetap saja badan tersebut tidak berbuat banyak. Mungkin  banyak  sekali yang mereka urus, apalagi menjelang pemilu. Sehingga baginya praktik penyuapan di sepak bola bukanlah hal penting.

Bapak Jokowi, masyarakat pencinta sepak bola Tanah Air  sudah "capek" dengan berita-berita miring semacam itu. Benar, politik tidak bisa dipisahkan dalam dunia sepak bola. Benar apa kata pakar, sepak bola ini sama halnya dengan ideologi, bahwa tidak ada yang sempurna dalam pelaksanaanya. Alih-alih ada unsur politis, toh presiden Perancis dan presiden Kroasia pun terbang ke Rusia duduk mahligai di stadion demi mendukung timnya berlaga di final Piala Dunia 2018.  Serta, berapapun skorny,  kedua negara tetap gembira dan bangga.

Kapan kita melihat Bapak hadir secara langsung ke luar negeri menyaksikan Timnas Indonesia bertanding di Piala Dunia 2022? Itu adalah mimpi yang utopis, karena masih banyak masalah-masalah internal yang ada di sepak bola kita, Bapak Presiden.

Saya adalah orang yang mungkin tidak tahu banyak soal sepak bola, politik, atau strategi jitu bagaimana membasmi tindakan yang sangat tercela di pesepakbolaan Tanah Air ini. Namun, jika bisa memberikan saran, ada baiknya Bapak bergerak dulu, membentuk kabinet untuk memperbaiki sistem internal pelaksanaan liga di Indonesia, serta yang lebih penting siapkan tim khusus yang mengawasi, menginvestigasi dan mengambil keputusan demi menangkap dan memenjarakan bos-bos mafia dan bandar judi.

Jadi, ini hanya sekedar saran. Mungkin badan tersebut seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), badan intelejen negara, atau pasukan khusus yang melacak, menangkap dan menjebloskan para bandar judi, penyuap, penerima suap, serta praktik-praktik tercela lainnya ke penjara. Apapun badan itu, yang jelas tujuannya hanya satu : demi 'memurnikan' sepak bola Tanah Air pada hakikatnya.

Saya yakin, pemerhati, pencinta, pengamat, mantan pesepakbola, pelatih, dan masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit tidak akan pesimis dan skeptis lagi terhadap perkembangan sepak bola di Tanah Air, Bapak Presiden.

Bapak Jokowi, percuma diadakan kampanye akbar dengan yel-yel dan baliho "Ayo, Bergerak Demi Kemajuan Sepak Bola Indonesia". Itu semua sia-sia belaka, bahkan menghabiskan banyak anggaran karena mencetak spanduk yang besar dan megah. Sia-sia belaka ada kompetisi sepak bola junior, kompetisi antar sekolah, pembinaan anak usia dini di akademi sepak bola, serta latihan penuh semangat yang dilakukan bibit-bibit muda pesepakbola Indonesia yang bercita-cita ingin mengalahkan kejayaan Bambang Pamungkas, Kurniawan Dwi Yulianto dan Bima Sakti. Kejayaan mereka sudah habis, Pak. Sudah melempem.  Sepak bola kita sangat tertinggal jauh dan cita-cita bibit muda pun tidak melulu pemain Timnas Indonesia, melainkan ingin sekali seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan pemain muda Perancis Kylian Mbappe.

Harapan kita sekarang ini ada pada bibit-bibit muda penerus bangsa. Namun, jika bibit muda dari awal otaknya sudah 'dicuci' dan didoktrin oleh para bos mafia dan bandar judi, itu sama halnya memperbolehkan mereka bermain indah dan menggiring bola, namun dengan sengaja tanpa rasa bersalah mereka mencetak gol ke gawangnya sendiri. 

Sedikit pesan bagi para pemain atau pelatih yang telah disuap atau meminta suap. Semua memang butuh uang. Tapi uang tak bisa membeli segalanya---termasuk harga diri. Namun, itu hanya pendapat para pelaku idealis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun