Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Film Wiji Thukul Dilarang di Kampus Balikpapan

18 Mei 2018   19:20 Diperbarui: 19 Mei 2018   20:43 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang, saya yang malam itu hadir, kesal juga terhadap kampus tersebut. Padahal, acara nobar bersama Wiji Thukul itu sangat positif demi merangsang pemikiran mahasiswa dan pemuda dewasa ini.
Agar pikirannya  tak salah kaprah dan semakin sontoloyo bagaimana tak mengkultuskan semangat Dilan ke arah pemikiran. Lebih kritis dan bijaksana dalam mengambil kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat, serta tidak mencla-mencle terhanyut dalam semangat kids zaman now. Pemuda diajak berpikir dan mencerna ketika melihat ketimpangan sosial baik di daerah maupun yang berskala nasional.

Apakah pemutaran itu adalah sabotase bahwa pemikiran kiri akan bangkit kembali lantaran Wiji Thukul dulunya pernah terlibat ini dan itu, bla, bla, bla dan bla..... Jika seperti itu, menurut saya adalah pemikiran yang sangat picik.

Dari Wiji Thukul, ada hal-hal positif yang harus diserap bagi para pemuda. Ia hanya seorang buruh, tak tamat sekolah, bertubuh kerempeng, seniman yang selalu merenung, kemana-mana selalu membawa tas putih, bicaranya pun pelo. Apa yang mesti ditakutkan dengan orang yang mempunyai fisik---mohon maaf---tidak prima ?

Saya tak bisa banyak bicara apa yang telah diajarkan oleh seorang Wiji. Cobalah resapi setiap kata puisi yang Wiji tulis. Kata kuncinya hanya untuk menuntut keadilan, demokrasi, keberanian, dan kemanusiaan.

Seorang Pablo Picasso pernah menulis, seniman yang hidup dan bekerja dengan nilai-nilai spiritual tidak bisa dan tidak boleh acuh-tak-kacuh terhadap konflik yang mempertaruhkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan peradaban.

Lewat kata, Wiji Thukul mengajak pemuda bergerak.

Jangan kau penjarakan ucapanmu jika kau menghampa pada ketakutan
Kita akan memperanjang barusan perbudakan

Dan jangan sampai kampus menghalang-halangi dikau untuk berkereasi dan berani. Jika pemutaran film Wiji Thukul saja dilarang dan tak melawan, akan semakin banyak tercipta sarjana yang memble dan tak berpendirian.

Balikpapan, Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun