"Kami sudah mengalah. Dimatikan lampu di depan kantin kami pindah di ruang parkir. Sekarang, tidak dibolehkan lagi. Ini ada apa!" kata salah satu mahasiswa, yang sudah terpancing emosi.
"Ini sepertinya ada sabotase!" sambung mahasiswa lainnya.
Pak satpam tak terima karena dirinya dianggap mensabotase acara.
"Kalau berani di luar, dikira saya takut! Jam 10 malam acara harus bubar," kata pak satpam.
"Kami sudah pegang sura izin dari rektorat dan minta maaf!" ungkap mahasiswa yang satunya, menimpali.
Setelah lobi-lobi dan meminta pak satpam yang budiman menarik emosi dan tak bertindak semena-mena, akhirnya pak satpam itu tahu diri, namun dengan konsekuensi.
"Sampai jam 12," katanya.
Akan tetapi, nobar tak dilanjutkan. Mahasiswa dan pihak penyelenggara terlanjur emosi dan sangat kecewa. Mereka lebih baik menghentikan nobar dan melanjutkan untuk nobar plus kongko di luar mendiskusikan kebijakan lingkungan kampus yang tidak pro terhadap mahasiswa.
Saya jadi heran dengan kejadian itu, di mana semua sudah merasa seperti jagoan. Jika kaum bawah sudah melakukan hal-hal semacam itu, bagaimana kalau posisinya sudah di atas? Dan bagaimana orang yang berada di atas (si boss) Â menekan kaum bawah?
Mahasiswa Balikpapan
Sedikit cerita, tahun 2011-2015 saya pernah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi di Balikpapan dan sampai sekarang sedikit-sedikit mengamati pergerakan mahasiswa di "Kota Minyak". Perlu digaris bawahi, mahasiswa di Balikpapan berbeda dengan mahasiswa di Pulau Jawa.