Jiwa Seorang Semangat Bugis-Makassar
*Pengabdian 15 Tahun Syamsul Chaerudin Bersama PSM
OLEH : ALFIANSYAH
Jika dimainkan, ia selalu berkeringat dengan rambut gondrong khasnya yang dibiarkan terburai. Badannya sedang, namun berotot. Matanya tajam dan selalu menyala.
Sebagai pengisi pos tengah, ia selalu datang menghadang dan memotong bola dari kaki lawan, tanpa kenal ampun dan kompromi. Siapapun itu, entah pemain bintang atau pemain asing. Bahkan, jika ada pemain yang tingginya 2 meter, ia tetap memberikan pressure dan melakukan marking habis-habisan. Jika terjatuh, ia tak cengeng dan banyak alasan untuk mencari pelanggaran bahwa ia telah "dikasari". Ia langsung bangkit dan kembali lagi untuk merebut bola. Semakin keras dan gigih lawan yang dihadapi, maka dia akan dua kali lebih keras dan kerja keras.
Nelayan tangguh tidak terbentuk dari ombak laut yang tenang. Laut memang luas untuk menyimpan seisi rahasianya. Ialah mantan langganan pemain tengah Timnas Indonesia, Syamsul Bachri Chaeruddin atau sapaan akrabnya Daeng Sila. Sudah lama saya mengidolakan sosok pemain kelahiran Gowa, Makassar, 9 Februari 1983 tersebut.
Sebelum pertandingan Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 bergulir, PSSI menggelar pertandingan Piala Presiden 2017, yang diikuti oleh 20 tim. 18 tim di kasta pertama dan 2 tim yang berada di kasta kedua. Di sinilah perjumpaan saya pertama kali dengannya.
Di Piala Presiden, PSM sendiri  berada satu grup dengan Persib Bandung, Persela Lamongan dan Persiba Balikpapan. Atas bantuan full back Persiba Balikpapan, Iqbal Samad, 2 Februari 2017 lalu, saya pun bertemu dengannya. Hari itu ia kesal karena PSM baru dikalahkan 1-0 atas tuan rumah Persib. Tak hanya kesal karena tim kalah, kekesalannya itu ia lontarkan karena melihat banyak pemain yang saat ini bermuka dua kepada pelatih, atau belum apa-apa sudah menyandang predikat menjadi pemain bintang. Apa arti dari pemain bintang? Dalam kamusnya, tak ada pemain bintang. Dalam sepak bola, yang ada adalah pemain pekerja keras.
"Pemain bintang itu tidak ada. Siapa yang kerja keras di lapangan, maka dialah pemain bintang. Sekarang saya lihat di tim-tim banyak pemain bintang, tapi tak kerja keras. Itu sama saja. Mau jadi apa pemain bintang itu kalau tak kerja keras," kesalnya, ketika kami berbincang terkait sepak bola Indonesia.
"Dan anehnya lagi, banyak yang cari muka sama pelatih. Ngapain cari muka. Yang dinilai dan dilihat di lapangan itu, siapa yang kerja keras, bukan kedekatan sama coach atau cari muka sama coach," kesahnya, dengan lugas.
Dari nada dan tutur wicaranya itu, semakin menandaskan bahwa ia adalah pemain yang tak ingin bermuka dua atau basa-basi dengan berbagai macam remeh-temeh lainnya. Terus terang, dialah jiwa dan semangat Makassar. Semangat Sultan Hasanuddin  mengalir dalam denyut nadinya. Semangat pekerja keras, pemberani, dan apa adanya. Jika kita bersikap santun, maka Syamsul akan bersikap lebih santun. Jika kita menawarkan kebaikan, maka ia akan lebih baik dan kesetiakawan dan persaudaraan adalah nomor satu.Â