Mohon tunggu...
alfian parsha
alfian parsha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa uin sunan kalijaga prodi komunikasi '13

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mahalnya Hiburan Olahraga untuk Dinikmati di Negeri Ini

15 September 2013   08:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:52 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggemar olahraga khususnya sepak bola bisa jadi sedang merasakan susahnya menikmati sensasi panasnya laga-laga liga top Eropa. Ya, musim ini banyak hak siar liga-liga top eropa yang berpindah tangan. Penikmat dunia kulit bundar yang berdomisili di daerah desa mungkin tak akan mampu untuk menikmati siaran tv melalui antena UHF, sehingga harus menggunakan parabola. Dengan menggunakan parabola ini siaran yang diterima adalah siaran digital yang ketika ada siaran langsung sepak bola mungkin liga Inggris,Italia atau Spanyol siaran tersebut diacak atau diblokir oleh saluran tv yang bersangkutan.
Lalu bagaimana mereka bisa menikmati ketatnya liga Inggris dan yang lainnya??
Satu-satunya jalan mungkin harus menggunakan tv berbayar. Lalu mampukah rakyat pedesaan untuk berlangganan tv berbayar tersebut?
Tidak, kebanyakan masyarakan desa pasti enggan untuk membayar tv berlangganan yang tidaklah murah untuk kantong masyarakat kecil. Untuk paket Sporty, Orange tv memasang bendrol Rp 99.000,- untuk dapan menikmati siaran-siaran olahraga tersebut. Itupun belum untuk biaya awal pemasangan yang biasanya cukup mahal juga tarifnya.
Semenjak berpindah tender mulai musim ini liga Inggris menjadi semakin sulit untuk dinikmati. Untuk melihat Robin Van Persie berlari mungkin kita harus merogoh kocek lebih dalam. Begitupun dengan Liga Champions yang merupakan liga paling bergengsi yang mempertemukan klub-klub papan atas Eropa yang dulu waktu masih disiarkan Rcti masih bisa dinikmati khalayak luas. Kini setelah hak siar berhasil direbut oleh Sctv Liga Champions menjadi tak mungkin dinikmati oleh pengguna tv digital parabola.
Bahkan untuk turnamen 4 tahunan sekali atau piala dunia juga sangat susah untuk dinikmati. Bahkan dibuat khusus reciver parabola khusus yang hanya bisa digunakan untuk piala dunia tersebut dan tentu saja harganya sulit dijangkau. Sedang ketika piala dunia terlah usai reciver tersebut tak ubahnya reciver parabola biasa yang tak bisa untuk menonton liga-liga luar negeri.
Tayangan sepak bola indonesia atau ISL awal musim ini bahkan juga melakukan sistem acak bagi para pengguna parabola. Siaran ISL hanya bisa dibuka melalui reciver Matrix Garuda kala itu. Hal itu tentu membuat masyarakat berang dengan hal itu. Hingga terjadi protes dimana-mana yang pada akhirnya ISL kembali dapat dinikmati secara gratis bagi para pengguna parabola.
Para bruter parabola bahkan mulai memutar otak dengan mencari jalan pintas nan gratis untuk menikmati siaran olahraga favorit mereka. Mereka memutar parabola mereka untuk menjangkau siaran dinegri orang yang notabene masih banyak yang menyiarkan acara olahraga secara ‘free’. Sungguh mahalnya hiburan olahraga dinegri ini.
Kondisi ini memang bukan semata-mata monopoli dari pihak tv. Mahalnya hak siar liga-liga top eropa itulah yang sebenarnya memaksa banyak yang melakukan sistem acak dan melakukan kerjasama dengan tv berbayar untuk dapan memperoleh keuntungan. Bayangkan saja pada siaran piala dunia periode 1998 yang masih jarang ada sistem acak tersebut berharga US$ 2,1 juta dan nanti hak siar tersebut akan menjadi US$ 60 juta untuk tahun 2014. Hanya dalam kurun waktu 16 tahun mengalami peningkatan fantastis dengan mencapai angka peningkatan 3000%.
Mustahil bagi para pemegang hak siar untuk medapatkan keuntungan jika hanya mengandalkan sisi iklan yang tak mungkin bisa menghasilkan keuntungan. Sedangkan keuntungan menggiurkan datang dari sistem tv berlangganan untuk mengeruk untung. Hal itulah yang memicu adanya siaran acak tersebut yang memaksa masyarakat untuk merogoh kocek cukup dalam untuk dapat menikmati siaran olahraga tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun