Mohon tunggu...
Muhamad Alfian
Muhamad Alfian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Bandung

Bercita-cita jadi... bentar dipikirin dulu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berguru Pada Anak Kecil: Jangan Sebut Aku Anak Kecil, Paman!

20 Oktober 2023   02:14 Diperbarui: 28 Oktober 2023   21:19 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu jawaban anak kecil sangatlah beragam. Misalnya tadi, saat ditanyai soal kesan main sama om mereka tidak ragu untuk menjawab sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Jangan heran kalo jawabanyak kaya gitu, orang omnya asik maen hp sedangkan si anak dibiarin maen sendirian. Ngaku aja om~ Heuheu... Mereka bukan tidak peduli dengan perasaan omnya, tapi mereka berkata sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Berbeda dengan anak-anak, kalo kita lebih banyak ga singkronya mau itu ucapan dengan perasaan ataupun ucapan dengan perbuatan. Bilangnya "iya", tapi dibelakang ngedumel ya untuk apa? Mending sekalian jawab "Ngga".

Tampil Sebagai Apa Adanya

Anak kecil selalu tampil apa adanya. Mereka ga malu buat jadi diri sendiri, entah lingkunganya menerima ataupun tidak yang mereka tahu adalah bagaimana bisa bermain bersama teman-temanya. Tidak seperti orang dewasa yang kadang mesti ngeluarin effort lebih banyak agar bisa diterima oleh lingkunganya. Misal, nendang pintu rumah demi motor impian berharap setelah itu bisa masuk komunitas motor gebrak pintu disingkat kualat.

Demikian nilai-nilai yang ada pada anak kecil yang seringkali luput dari pandangan kita, padahal nilai-nilai tersebut masih sangat relevan untuk kita pegang hingga sekarang. Walau kadang bikin cape ngadepin tingkah aktifnya mereka, namanya juga anak kecil. Jadi teringat ketika di Pondok Kiyai saya  KH. R. Marfu Muhyiddin Ilyas, MA. Beliau pernah bilang dalam ceramahnya kurang lebih seperti ini, "Yang besar kemungkinan menjadi waliyullah adalah anak-anak kecil". Sepertinya tidak berlebihan mengatakan jika anak kecil lebih besar berpeluang jadi kekasi Allah (waliyullah) sebab alasan-alasan yang telah disebutkan di atas. 

Selain itu, cara Kiyai saya memuliakan anak kecil juga ia perlihatkan dalam sikapnya. Kerap kali ada anak kecil yang menyalami tangan beliau lantas ia juga menyalaminya balik, tidak bukan adalah sebagai bentuk kasih sayang dan ketawadhuan beliau. Semoga beberapa pelajaran yang ada pada pada diri anak ini selain bisa menjadi modal refleksi kita, juga semakin meningkatkan kesadaran kita dalam memuliakan anak-anak kita dan menghindari kita dari memandang anak kecil remeh. Seandainya anak kecil memiliki keberanian, ia akan mengutip ungkapan legendaris Shiva "Jangan panggil aku anak kecil, paman!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun