Mohon tunggu...
Alfian Mantofani
Alfian Mantofani Mohon Tunggu... -

Mencari Jati Diri, Menjadi Kaum Muda Mandiri. senantiasa menjadi paradigma penting dalam perjalanan hidupku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tangsel Penuh dengan Macan Kertas

5 Januari 2011   07:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:56 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pantauan Tim Monev independen kami dilapangan, sepanjang pengamatan dan analisis sederhana Di 7 kecamatan Kota Tangerang Selatan, menghasilkan beberapa kesimpulan. Selama 2 Tahun Airin melakukan Branding/Pencitraan diseluruh kecamatan dan kelurahan di Kota Tangerang Selatan, cukup signifikan meningkatkan tingkat Popularitas Airin Rachmi di mata masyarakat, sampai pada angka 85 % menurut hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2010. Hampir melampaui popularitasMarissa Haque yakni 98%, artinya Airin Rachmi sudah sangat dikenal masyarakat Tangerang Selatan, dengan beberapa upaya branding/pencitraan melalui spanduk dan backdrop mengambil berbagai momentum acara dan hari besar, hal ini juga diuntungkan dengan posisi Airin sebagai ketua PMI Tangerang Selatan, sehingga membuatnya lebih leluasa menyampaikan program-program yang pro rakyat, seperti meningkatkan pelayanan Posyandu, Waspada Demam Berdarah, dan program Donor Darah. Kesemua ini berhasil menaikkan popularitas Airin di mata masyarakat.

Tetapi perlu diketahui Tangsel memiliki karakteristik pemilih yang berbeda dengan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten, tangsel lebih mirip atau tidak jauh berbeda dengan Kota Depok selain sebagai penyangga Ibu Kota Negara, tangsel secara geografis lebih dekat dengan Jakarta. Sehingga masyarakatnya sedikit banyak terpengaruh oleh Jakarta dan sekitarnya, seperti Depok, Bekasi, Kota Tangerang. Masyarakat Tangsel 60% adalah kaum komuter/comutter atau orang-orang yang hanya berada di Tangsel pada malam hari, karena pada pagi dan siang hari mereka bekerja di Jakarta, istilah kasarnya mereka hanya numpang tidur di Tangsel, tetapi mencari uang dan menghabiskannya di Jakarta. Kami ingin menyampaikan bahwa mereka tidak terlalu peduli dengan apapun yang terjadi di Kota Tangerang Selatan/apatis, termasuk terhadap Pemilukada, dalam konteks Pemilukada kelompok comutter ini memilih calon lebih menggedepankan rasionalitas melalui visi misi, program kerja kedepan serta latar belakang kandidat atau pilihan terpahit mereka Golput atau tidak menggunakan hak pilihnya.

Kelompok yang kedua adalah masyarakat tradisional sebesar 40%, terdiri atas masyarakat asli yang berpencarian hanya disekitar Tangsel, seperti pedagang, petani, buruh pabrik dan karyawan swasta, pada kelompok masyarakat ini mereka lebih memilih calon yang banyak gambarnya dan sering turba/turun kebawa serta sangat pragmatis dalam menentukan pilihan, semisal siapa yang dia kenal, banyak gambar, dan calon memberikan sesuatu kepada mereka, akan tetapi kelompok ini setia dan sulit berpindah kelain hati jika sudah menentukan pilihan, merekalah disebut pemilih tradisonal.

Melihat beberapa pemetaan diatas maka, dua komponen tersebut sama-sama sedang digarap oleh 4 pasang calon yang bertarung saat ini. Yang akan terbukti 13 Nopember kedepan, apakah strategi dan garapan yang mereka lakukan selama ini sesuai dengan hasil yang mereka harapkan.

Airin Rachmi saat ini menempati urutan teratas dalam hal popularitas dengan kerja branding/pencitraan selama dua tahun, dan dia sudah sangat terkenal di kota Tangerang Selatan, pertanyaannya apakah tingkat popularitas akan seiring sejalan dengan tingkat elektabilitas atau keterpilihan, tentu jawabannya belum tentu.

HIPOTESA ARSID - ANDRE

Arsid belum seterkenal Airin di Tangsel, walaupun dia putera betawi asli tangsel, popularitas jauh dibawah Airin Rachmi, tetapi dia terbantu oleh tiga faktor yang pertama Arsid adalah orang Betawi, karakter betawi adalah rama, toleran dan sangat menjaga harga diri serta peduli dengan sanak saudara, dengan 22% keluarga Arsid di Tangsel, yang menyebar di berbagai Desa dan Kelurahan, hal ini cukup signifikan untuk mendongkrak suara diberbagai kantong daerah, yang tidak akan berpindah kelain hati walaupun mereka diberikan sesuatu, mereka akan ambil yang diberikan tetapi tetap memilih Arsid sebagai Walikota. Karena sudah sadulur artinya ini sangat perlu diperhitungkan dan ditanggulangi oleh Tim Airin Rachmi.

Faktor yang kedua hadirnya Andre Taulany menjadi pasangan Arsid, tentu semua orang di republik ini sudah sangat mengenal sosok Andre yang hampir setiap malam nongkrong di Trans TV melalui program Overa Van Java, kami melihat Andre mulai menggunakan jaringan media nasional dan program Trans TV ,semisal ia selalu mengacungkan jari tangannya bersama sule dkk, dengan lambang metal yang artinya “Pilih No. 3”, program kedua Andre memegang acara khusus tersendiri yang juga hampir setiap malam di tayangkan yakni “PAS MANTAP”, dalam program ini acara dikemas secara menarik dan tetap lucu, tetapi sosok Andre sebagai pembawa acara ditampilkan lebih berwibawa dan santun, dengan menggunakn batik dan kacamata, dan selalu diselentingkan Andre calon Wakil Walikota, diakui atau tidak ini menjadi cara tersendiri bagi Arsid-Andre untuk memunculkan diri ditengah masyarakat Tangerang Selatan dengan modal yang sangat terbatas. Lagi-lagi kami menganalisa apakah tingkat popularitas Andre cukup membuat ia dipilih oleh masyarakat menjadi untuk menjadi pemimpin ? apakah ketenarannya berbanding lurus dengan keterpilihannya ? ambil contoh KH. Zainudin MZ padasaat mencalonkan menjadi anggota DPR RI.

Faktor yang ketiga Arsid – Andre tidak terlalu menggunakan momentum atau forum untuk mengkampanyekan visi misinya, kami mengamati ada pembagian tugas antara Arsid – Andre yakni. Arsid lebih membidik pada pemilih tradisional yang sudah menjadi basisnya, semisal orang-orang kampung, suku betawi, sunda, jawa dan paguyuban-paguyuban serta basis islam tradisionil yang mengharamkan perempuan menjadi pemimpin/Walikota, kelompok ini beberapa ada di kecamatan Pondok Aren, Ciputat Timur dan Serpong Utara. Sedang Andre mendapat tugas lebih membidik pemilih rasional dan swing votters seperti warga komplek, pemuda, pendidik, ibu-ibu muda dan Mahasiswa. Hal terbukti dengan turun kebawanya Andre kebeberapa daerah, dengan berjalan kaki dengan menyalami semua warga yang ia temui, prilaku ini berhasil menciptakan empati masyarakat dan terus menaikkan elektabilitasnya.

HIPOTESA KELEMAHAN AIRIN RACHMI

Pertama dengan modal yang sangat besar serta waktu start yang jauh lebih awal dibanding kandidat lainnya, menjadi nilai plus tersendiri bagi Airin Rachmi, terbukti tingkat popularitasya sangat tinggi, artinya hampir semua masyarakat Tangsel mengenal dan tahu sosok Airin.Tetapi kami mengamati yang terjadi dilapangan akhir-akhir ini seperti kehilangan kepercayaan diri untuk bisa menang melawan Arsid-Andre, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya atribut spanduk dan stiker Airin bertebaran disemua pelosok Tangsel dan semakin tidak terlihatnya gambar Arsid-Andre karena banyak yang hilang. Sehingga menjadi kontraproduktif bagi peilih rasional, karena tim menempel semua stiker diberbagai tempat, seperti sarana pendidikan, kesehatan, instansi pemerintah, salah satu contoh tim memasang stiker ditembok sekolah yang ada di salah satu kecamatan, setelah kami menemui kepalah sekolah SMA Negeri tersebut, ternyata dia kecewa dengan pola-pola seperti itu, sehingga dia tidak akan menginstruksikan guru-guru untuk memilih Airin. Artinya cara-cara seperti ini menjadi kontraproduktif, tangsel menjadi lautan sampah karena dipenuhi oleh atribut Airin, spanduk, baleho, stiker, kalender, dll. (jocking : klo tim Airin kebinggungan harus menempel dimana lagi atribut yang ada, tetapi tim Arsid bingung mendapatkan atribut darimana).

Kedua Birokrasi terlalu kasar dan terlalu terang-terangan, mendukung Airin Rachmi, sudah banyak hal yang terjadi, beberapa waktu yang lalu kami mendapatkan informasi di kecamatan serpong utara camat terlalu ikut aktif menekan lurah untuk melarang kandidat lain masuk ke suatu daerah. Hal ini terjadi berulang kali, pertama pada saat kandidat No.1 Yayat-Norodom ingin masuk kedaerah tersebut, dilarang oleh Camat melalui Lurah, bahkan salah satu tokoh didaerah tersebut sampai di panggil Camat Serpong Utara. Kejadian yang kedua pada saat pemuda-pemudi salah satu daerah yang sama ingin mengundang Andre, ternyata dilarang juga oleh Lurah setempat, padahal semua persiapan acara sudah disiapkan. Lagi-lagi hal ini menjadi kontarproduktif dan masyarakat berbalik menyerang Tim Airin, sehingga tidak menimbulkan empati masyarakat. Kesalahan birokrasi yang kedua, pada saat warga di komplek salah satu kecamatan Pamulang ingin membangun Musholah mereka mengajukan kepada Pemkot untuk minta bantuan, pada saat itu pemkot setuju untuk memberikan bantuan, tetapi harus Ibu Airin yang memberikan, spontan warga sekitar langsung menolak dan mengembalikan bantuan tersebut, artinya cara-cara menggunakan birokrasi harus diperhalus agar mendapat empati mereka. Ketiga Tim Airin terlalu mengedepankan kemasan dibanding isi, dengan banyak slogan dan atribut yang menjanjikan ketertiban dan keindahan serta program Go Green yang ternyata hanya slogan, terbukti dengan hal yang tadi kami urai diatas, justeru membuat sampah dimana-mana, dengan tidak termenejnya dengan baik tim pemasangan atribut.

Keempat perlunya digarap secara serius segmen pemilih muda dan pemilih pemula, hingga saat ini tidak ada operasi khusus yang menggarap pemilih tersebut, semua hanya bermain dipermukaan dengan menggandeng ketua atau pimpinan ormas kepemudaan, tetapi tidak tergarap sampai ke grass root atau akar rumput, perlu disadari bagi semua pihak hari ini Andre Taulany sangat serius menggarap segmen muda dengan mengandeng beberapa komunitas dan turun langsung kebawa dengan bermodal main musik dan membangun kedekatan emosional dengan kaum muda. Hari ini kami melihat Tim Airin melupakan segmen tersebut, yang ada hanya melibatkan anak-anak muda yang tinggal di kos-kosan ciputat yang pasti tidak mempunyai hak pilih, karena KTP nya bukan Tangsel.

Isu politik uang masih keras terdengar dibawah, ini juga menjadi kontraproduktif, terakhir Airin terlalu fokus menggarap pemilih tradisionil dan sedikit melupakan pemilih rasional. Demikian hasil monitoring independen dan analisa sederhana semoga bermanfat dan bisa mendapatkan apa yang dicita-citakan untuk Tangsel kedepan yang lebih baik.

15 Nopember 2010

Wassalam

Alfian M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun