Mohon tunggu...
Alfian Khamal Mustafa
Alfian Khamal Mustafa Mohon Tunggu... Lainnya - Yayasan Gita Pertiwi Indonesia

Alfian Khamall M

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Biotilik: Edukasi dan Praktik Pengamatan Cemaran Sampah di Perairan Bersama Green Team SMPN 2 Juwiring Kabupaten Klaten

17 Januari 2025   16:35 Diperbarui: 16 Januari 2025   16:52 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pemberian Materi Tentang Keanekaragaman Hayati di PerairanOleh Forum Relawan Irigasi (FRI)Sumber: Dokumentasi Gita Pertiwi

Kabupaten Klaten (Jawa Tengah) memiliki keindahan alam yang masih terjaga, Kabupaten ini memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga kelestarian lingkungan dari sampah. Permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia menjadi latar belakang penting dalam mendorong lahirnya Sekolah Ekologis. Sekolah menjadi lingkungan penting bagi anak-anak setelah lingkungan rumah. Penting bagi anak sekolah mendapatkan hak tumbuh kembangnya dalam lingkungan yang sehat termasuk bebas sampah.

Sebagai negara dengan populasi besar, Indonesia menghasilkan sampah yang cukup tinggi. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukan 68,7 juta ton sampah per tahun dihasilkan oleh Indonesia, namun hanya 61% yang dapat ditangani dengan baik. Disisi lain, VOA Indoensia menjelaskan sebanyak 500 ribu ton sampah per tahun mencemari perairan bahkan masuk kedalam ekosistem laut melalui sungai-sungai yang mengalir melewati 368 sungai besar di beberapa wilayah di Indonesia.

Kabupaten Klaten, meskipun dikenal dengan lingkungan yang asri dan sumber daya pertanian yang melimpah, juga tidak luput dari permasalahan sampah. Berdsarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) daerah ini menghasilkan sekitar 649.9 ton sampah per hari, dan 44% belum dikelola dengan baik. Sampah yang tidak terkelola dengan optimal dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan masyarakat.

Sampah yang belum dikelola secara optimal tersebut tak jarang mencemari ekosistem perairan yang ada di daerah irigasi maupun alisan sungai. Bahkan kasusnya sering terjadi banjir dikala hujan, karena penyumbatan aliran oleh sampah. Melihat geografis sebagian besar wilayah Kabupaten Klaten yang dilalui oleh sungai besar seperti sungai pusur, sungai dengkeng, sungai Bengawan Solo, dan beberapa anak sungai lainnya tentu berpotensi menyumbang sampah yang terbawa dari arus sungai. Sehingga dapat mencemari ekosistem perairan yang banyak dipakai oleh masyarakat untuk aktivitas sehari-hari.

Seperti yang terjadi di SMPN 2 Juwiring, yang berlokasi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur dan aliran irigasi.  Sekolah tersebut terletak hanya 500 meter dari Sungai Pleret yang merupakan bagian dari DAS Pusur dan beberapa anak sungai di belakang sekolah. Mengalirnya sungai yang membawa sampah tentunya akan berdampak pada bahan-bahan pencemar yang dirasakan oleh sekolah, seperti pencemaran sampah dan pestisida yang mengalir ke lingkungan sekolah. Parahnya lagi, kawasan sekitar sekolah setidaknya setahun sekali terendam banjir akibat sampah yang menghalangi aliran irigasi ke sungai.

Dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di SMPN 2 Juwiring, mengikuti program 'Sekolah Ekologis'. Melalui program ini, siswa-siswa terlibat aktif dalam memahami permasalahan sampah di sekolah, sehingga bisa berkontribusi dalam mengurangi dan mengelola sampah disekolahnya.Selain itu model sekolah ekologis juga mendorong seluruh pihak sekolah bekerjasama dan berkontribusi pada pengelolan sampah hingga menjadikan lingkunannya menarik

Melalui kegiatan diskusi dan pemetaan yang pernah dilakukan sebelumnya, siswa dapat memahami perjalanan sampah dari sekolah hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mereka mempelajari proses pengumpulan, pengangkutan, dan penanganan sampah di TPA. Pemahaman ini memberikan gambaran nyata tentang skala permasalahan sampah dan dampak negatifnya terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara.

Oleh karena itu, Siswa menjadi lebih sadar akan pentingnya mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah (3R). Mereka terdorong untuk memulai inisiatif pengelolaan sampah di sekolah, seperti pemisahan sampah organik dan anorganik, pembuatan kompos, serta pendaur ulangan kertas dan plastik.

Untuk memperkuat upaya ini, telah dibentuk komunitas 'Green team' yang terdiri dari siswa-siswa yang peduli terhadap lingkungan. Kelompok ini bertugas untuk memantau dan mengelola sampah sekolah, serta menyebarluaskan kesadaran lingkungan kepada seluruh warga SMPN 2 Juwiring. Agar Green Team memiliki kemampuan dalam menjaga lingkungan sekolahnya, mereka dilatih dan difasilitasi secara berkala.

Dengan pendekatan yang edukatif dan partisipatif, program 'Sekolah Ekologis' di SMPN 2 Juwiring telah berhasil menumbuhkan generasi muda yang lebih sadar lingkungan. Mereka tidak hanya mampu berpikir kritis tentang permasalahan sampah, tetapi juga berkontribusi aktif dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan sekitar sekolah seperti kelestarian perairan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun