Mohon tunggu...
Alfian Khamal Mustafa
Alfian Khamal Mustafa Mohon Tunggu... Lainnya - Yayasan Gita Pertiwi Indonesia

Alfian Khamall M

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Limbah Hasil Operasional PLTSa Ternyata Cemari Lingkungan Masyarakat?

10 Agustus 2024   10:29 Diperbarui: 10 Agustus 2024   10:49 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah Tar PLTSa Mengalir Deras/dokpri

Pencemaran lain juga dikeluhkan warga karena limbah tar (air lindi) hasil pembakaran yang berwarna hitam pekat terbuang di sekitar rumah penduduk. Tar sendiri merupakan limbah berbentuk cairan yang berbau dan berwarna hitam hasil dari gasifikasi operasional PLTSa.

“Sudah beberapa kali terjadi luapan tar yang masuk ke Sungai setelah operasional PLTSa. Terutama saat hujan itu deres sekali ditambah bau nyengat kalau hujan.” Kata PN salah satu masyarakat yang merasakan dampak aliran tar saat di temui tim media Gita Pertiwi.

Limbah Tar PLTSa Mengalir Deras/dokpri
Limbah Tar PLTSa Mengalir Deras/dokpri

Investigasi juga dilakukan oleh Gita Pertiwi guna mengetahui kebenaran pencemaran limbah tar tersebut, dan benar saja dari mesin-mesin pengolahan sampah itu keluar cairan hitan pekat yang berbau bahkan turun ke sungai tepat di samping rumah warga. Warga juga mengatakan Sungai tersebut mengalir hingga ke sungai besar yaitu Bengawan Solo. Bahkan saat musim hujan warga mengeluh bau yang menyengat sangat terasa saat tar tersebut meluncur ke sungai.

Tidak lama dari investigasi tersebut Prodi Ilmu Linguae UNS mengadakan Workshop bertajuk “Prospek Pengelolaan Sampah Surakarta Dengan Operasional PSEL Putri Cempo Menuju Kota Cerdas Berkelanjutan” dan mengundang perwakilan PLTSa serta DLH Surakarta dalam pematerinya. Kesempatan emas tersebut tidak dilewatkan oleh tim media Gita Pertiwi. Saat dikonfirmasikan kepada pihak AG yang merupakan waste processing PT Solo Citra Metro Plasma Power mengakui memang pengelolaan limbah tar belum selesai pembangunan dan berdalih kalau tar tersebut masih belum dikelola secara maksimal untuk dijadikan pestisida cair atau POC. Sehingga terlihat banyak tar yang tumpah-tumpah karena belum ada atap untuk menutupi kolam.

“Iyaa memang diatas kolam penampungan itu belum ada atap jadi saat hujan banyak terbawa air keluar PLTS jadi ternyata penuh kolamnya banyak tar yang meluber.” Jelas AG saat menjawab pertanyaan di seminar tersebut. Disisi lain investigasi yang dilakukan ketika kondisi sedang cerah.

Pihak PLTSa juga berjanji dalam 1 bulan kedepan penutup akan segera terpasang agar cairan tar tersebut tidak meluber dan mencemari lingkungan warga. Tim Gita Pertiwi juga berkomitmen untuk mengawal segala bentuk dampak adanya operasional PLTSa agar tidak menimbulkan beban lingkungan bagi masyarakat sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun