Mohon tunggu...
alfiani farhatus
alfiani farhatus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilangnya Rasa Keperimanusiaan pada Masa G30S-PKI

9 Oktober 2022   22:53 Diperbarui: 9 Oktober 2022   23:00 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

57 tahun yang lalu telah terjadi peristiwa yang tentunya tidak akan pernah hilang dari catatan hitam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni peristiwa G30S-PKI. Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK (Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTAPU (Gerakan Satu Oktober), dan pada Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S-PKI. 

PKI (Partai Komunis Indonesia) merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Selain itu, PKI juga merupakan partai terbesar di seluruh dunia di luar Tiongkok dan Uni Soviet.

Sejarah berdirinya PKI (Partai Komunis Indonesia) ini tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Veeriniging (ISDV), sebuah partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh sosialis Belanda, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau yang biasa dikenal dengan Henk Sneevliet.

PKI (Partai Komunis Indonesia) memiliki lebih dari 3 anggota, sehingga membuatnya menjadi partai komunis terbesar ke-3 didunia setelah Tiongkok dan Uni Soviet.

 Tujuan utama PKI (Partai Komunis Indonesia) ialah untuk menentang imperalisme dan kapitalisme pemerintah Belanda dengan membangun serikat pekerja dan mempromosikan pentingnya kesadaran politik di antara para petani.

Pada tahun 1948, tepatnya pada tanggal 18 Sepetember telah terjadi pemberontakan pertama PKI yang bertempat di Madiun, pemberontakan ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintah yang sah yakni Republik Indonesia dan mengganti landasan negara.

Kemudian pemberontakan PKI yang kedua yakni pada tanggal 30 September 1965 atau yang biasa disebut dengan G30S-PKI ini bertujuan untuk mengguling pemerintahan di era kepemimpinan presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Peristiwa G30S-PKI ini dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit atau yang biasa dikenal DN Aidit. Beliau adalah pemimpin terakhir PKI. Dibawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata, walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.

Secara umum, latar belakang terjadinya G30S-PKI ini didominasi oleh ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era demokrasi terpimpin diterapkan, yakni pada tahun 1959-1965 dibawah kekuasaan presiden Soekarno. Selain itu, peristiwa G30S-PKI ini juga dilatar belakangi akan perebutan kekuasaan yang ingin mengubah dasar negara Indonesia dari Pancasila menjadi Komunis.

Peristiwa G30S-PKI ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 pada malam hari hingga dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Gerakan pemberontakan G30S-PKI ini dilakukan untuk mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh dikediamannya. Sementara itu, sisanya diculik dan dibawa menuju lubang buaya.

Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S-PKI antara lain, Letnal Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Mayor Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Peristiwa G30S-PKI ini memiliki beberapa faktor,diantaranya :

1. Dominasi ideologi NASKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Pemberlakuan ideologi NASKOM ini justru menjadi jalan bagi PKI dalam upayanya mengganti ideologi Pancasila menjadi Komunis di Indonesia.

2. Pertentangan antara PKI dan TNI. Hubungan kurang baik antara PKI dan TNI diawali oleh pembentukan angkatan kelima yang diinisiasi PKI.  Kemudian hal tersebut ditentang oleh TNI angkatan darat, sehingga membuat hubungan keduanya semakin tidak harmonis. Hubungan PKI dengan TNI semakin memanas setelah muncul banyak hasutan dan konfrontasi antara rakyat dengan TNI. Hal ini juga menjadi salah satu faktor penyebab munculnya rencana G30S-PKI yang berujung pada terjadinya G30S-PKI.

3. Kesehatan presiden Soekarno. Pada tahun 1964, beredar kabar bahwa presiden Soekarno sedang sakit parah. Meskipun demikian, D.N Aidit sebenarnya mengetahui bahwa presiden Soekarno tidak sakit parah. Beredarnya kabar tersebut menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak terkait upaya perebutan kekuasaan yang akan ditinggalkan oleh Soekarno. Kecemasan akibat kabar sakitnya presiden Soekarno tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya G30S-PKI.

4. Kondisi ekonomi Indonesia. Pada tahun 1965, keadaan ekonomi Indonesia tengah terpuruk. Kenaikan inflasi sebesar 650% membuat rakyat meragukan kepemimpinan presiden Soekarno. Lemahnya kondisi ekonomi Indonesia saat itu sebenarnya juga terjadi karena keputusan yang diambil oleh Jenderal Soeharto dan Jenderal Nasution, yaitu pembantaian terhadap pedagang yang berasal dari RRC. Hal tersebut mengakibatkan kondisi ekonomi Indonesia semakin melemah. Akibatnya, banyak rakyat hidup dalam kelaparan dan kemiskinan hingga menyalahkan kepemimpinan presiden Soekarno.

5. Keterlibatan Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara yang anti komunisme, nyatanya ditemukan banyak dokumen dari FBI CIA yang mengungkapkan keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S-PKI. Melalui beberapa dokumen tersebut, Amerika Serikat memberikan list anggota PKI kepada presiden Soeharto. Melalui CIA, Amerika Serikat berusaha agar Indonesia tidak jatuh ke dalam kekuasaan Komunisme. 

Jadi, patut dicurigai bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S-PKI sehingga menjadi peluang dalam menjadikan Soeharto sebagai presiden Indonesia pada saat itu.

Peristiwa G30S-PKI ini merupakan peristiwa yang sangat kelam. Peristiwa kelam ini tentunya membawa impeks besar bagi bangsa Indonesia. PKI kemudian dinyatakan sebagai dalang dalam peristiwa G30S-PKI ini. Penangkapan secara besar-besaran oun terjadi. Sehingga siapa pun yang tercatat sebagai anggota PKI juga ditangkap. Bahkan, orang-oranf yang dianggap atau diduga sebagai simpatisan atau berkaitan dengan PKI turut ditangkap. Tidak hanya penangkapan secara besar-besaran, peristia kelam ini jga dikenang dengan peristiwa yang banyak menewaskan ratusan ribu korban jiwa. Peristiwa ini tidak hanya terjadi di Ibu kota saja, namun juga terjadi di seluruh wilayah tanah air Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun