Mohon tunggu...
Alfian fajarlukmansyah
Alfian fajarlukmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

maba'21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penjelasan tentang Kesalahan Sejarawan

18 Desember 2021   17:05 Diperbarui: 18 Desember 2021   17:08 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam penulisan sejarah terkadang sejarawan melakukan kesalahan baik pemilihan topic, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, hingga penulisan. Kesalahan tersebut dijelaskan sebaga berikut.

  • Kesalahan pemilihan topic

Sejarawan terkadang melakukan kesalahan pemilihan topic, kesalahan ini jika terjadi bisa menyebabkan kesalahan yang berkelanjutan alias kesalahan runtut mulai dari topic hingga penulisan. Kesalahan pemilihan topic ada lima factor yang mempengaruhinya dan dijelaskan sebagai berikut.

  • Kesalahan baconian

Kesalahan ini dikemukakan oleh seorang empiris asal inggris yang bernama francis baconian (1561-1629). Baconian berpendapat bahwa kesalahan pertama ini terjadi karna berasal pendapat yang sahih, bahwa sejarah itu ilmu empiris dan mempercayai bahwa pengetahuan yg sahih mungkin mampu di capai oleh pengamatan, pengindraan, pengalaman, atau empiri.

  • Terlalu banyak bertanya

Sejarawan dilarang bertanya lebih dari satu pertanyaan, karna dapat merusak atau melenceng dari topic yang dituju. Alangkah baiknya jika bertanya diawali dengan "bagaimana" agar tidak melenceng dari topic, karna pertanyaan yang diawali dengan "bagaimana" akan mewakili dari pertanyaan keseluruhan.

  • Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi

Kesalahan ini sangat tinggi karna setiap sejarawan memiliki berbagai sudut pandang. Ada kalanya sejarawan berpikir hitam-putih. Kesalahan ini memunculkan dua pendapat dalam suatu peristiwa, seperti "diponegoro pejuang atau pemberontak".

  • Kesalahan metafisik

Kesalahan ini terjadi apabila sejarawan menulis tentang topic filsafat, teologi, atau moral. Sejatinya sejarah adalah ilmu empiris dan tidak membahas topic seperti yang disebutkan diatas atau membahas tentang ajaran di agama karna termasuk metafisik juga.

  • Kesalahan topic fiktif

Topic fiktif bukan termasuk sejarah dan sejarawan dilarang untuk berandai-andai karna itu tidak termasuk kedalam sejarah. jadi, sejarawan dilarang untuk berandai-andai atau membuat topic fiktif karna termasuk kesalahan.

  • Kesalahan pengumpulan sumber

Pengumpulan sumber termasuk kedalam hal yang krusial, karna jika terjadi kesalahan akan berpengaruh terhadap isi dari penulisan atau bahkan bisa menyesatkan. Kesalahan ini dibagi menjadi lima factor yang dijelaskan sebagai berikut.

  • Kesalahan holoisme

Kesalahan ini terjadi jika sejarawan melakukan penelitian disatu tempat dan mendalaminya lalu membuat deskripsi yang padat dan menyimpulkannya sehingga menjadi pendapat umum, karna metode ini bukan metode milik sejarah melainkan milik antropologi. Sejarah tidak boleh disamakan dengan ilmu social karna memiliki sumber yang berbeda satu sama lainnya.

  • Kesalahan pragmatis

Kesalahan ini terjadi bilama ada tujuan tertentu dari pengumpulan sumber sejarah sehingga tidak tuntas dalam mengumpulkan sumber sejarah. Kesalahan ini bisa dilakukan bukan hanya dari sejarawan tetapi dari siapun. Contohnya seperti bawahan yang berusaha membuat atasan senang dengan kinerjanya tetapi melupakan sop yang berlaku.

  • Kesalahan adhominem

Kesalahan ini terjadi jika sejarawan mengumpulkan bukti sejarah dari satu orang saja dan memilih otoritas, jabatan, profesi atau pangkat saja tanpa mencari dari sumber yang lainnya. Untuk menghindari kesalahan ini sejarawan harus memilih dari tiga sumber, yaitu pelaku sejarah, saksi mata yang tidak terlibat, dan ketiga pihak lawan.  

  • Kesalahan kuantitatif

Kesalahan data angka bisa mengecoh siapa saja. Kesalahan ini harus dihindari oleh sejarawan karna data angka tidak selalu akurat bisa saja saat pengisian diisi dengan tidak benar.

  • Kesalahan estetis

Sejarawan harus menuliskan sejarah apa adanya tidak dilebihkan dan tidak dikurangi, sejarawan harus menghindari penulisan yang bersifat estetis atau indah karna karya estetis hanya miilik ilmu sastra yang mengedepankan aspek keindahan.

  • Kesalahan verifikasi

Pemikiran sejarawan terkadang terganggu dengan relativisme yang artinya adalah suatu hal yang baik bagi karya sastra dan seni namun tidak baik bagi sejarawan karna akan mengganggu objektivitas sejarah. Beberapa kesalahan verifikasi dijelakan sebagai berikut.

  • Kesalahan pars pro toto

Kesalahan ni terjadi jika sejarawan menganggap sebagian bukti mewakili keseluruhan bukti yang lainnya.

  • Kesalahan toto pro pars

Kesalahan ini kebalikan dari pars pro toto, kesalahan toto pro pars yaitu bukti yang diceritakan dianggap keseluruhan padahal itu hanya sebagian saja.

  • Kesalahan pendapat umum sebagai fakta

Sejarawan sering keliru dalam berpendapat, bahwa pendapat umum sebagai fakta tanpa melihat fakta yang lebih spesifik seperti pribumi tidak bisa berdagang tanpa mengingat orang padang, pendirian sarekat islam sebagai koperasi tanpa mengingat orang cina di Bangka yang menjadi pembantu rumah tangga.

  • Kesalahan pendapat pribadi sebagai fakta

Kesalahan ini diakibatkan oleh sejarawan yang menganggap pendapat pribadinya sebagai pendapat umum atau sebagai fakta, sehingga sejarawan dilarang untuk menganggap pendapat pribadinya sebagai fakta umum karna mengakibatkan pembelkan sejarah.

  • Kesalahan perincian angka yang presis

Data tradisional memilki banyak angka yang tidak merinci, sehingga usaha yang memberikan perincian hanya akan menimbulkan pertanyaan. Apa yang sejarawan lakukan hanya memperkirakan bukan merinci secara presis.

  • Kesalahan bukti yang spekulatif

Searah sebagai ilmu empiris menolak bukti yang berada diluar sejarah, jika tidak ada bukti maka sejarawan harus mengakui bahwa itu diluar jangkauan sejarah.

  • Kesalahan interpretasi

Dalam penyampaian penerangan wacana sejarah, sejarawan sering kali lupa bahwa dia sudah terikat dengan nalar yg diterima oleh semua ilmu. Kesalahan interpretasi ada empat factor yang dijelaskan sebagai berikut.

  • Kesalahan tidak membedakan alasan, sebab, kondisi, dan motivasi

Perbedaan dari keempat kesalahan tersebut adalah kedekatan dengan peristiwa. Keempat kesalahan itu dijelaskan sebagai berikut, yaitu alasan terjadi karna dekat dengan peristiwa, sebab lebih dekat lagi, kondisi menjadi latar belakang peristwa, motivasi menjadi adalah tujuan peristiwa.

  • Kesalahan post hoc, propter hoc

Post hoc, propter hoc memiliki arti "setelah ini, maka ini". kesalahan ini bisa terjadi jika sejarawan berpendapat A lebih dulu dari B maka peristiwa B disebabkan oleh A.

  • Kesalahan reduksionisme

Kesalahan ini dilakukan sejarawan yang berideologi, yaitu sejarawan yang menyederhanakan tanda-tanda yg sebenarnya impleks.

  • Kesalahan pluralism berlebihan

Kesalahan ini terjadi akibat sejarawan tidak menjelaskan factor yang menentukannya akibat dari ketakukan yang berlebihan terhadap redaksionisme dan monism. Sehingga dalam topic akbar sering terjadi pluralism berlebihan dan di topic kecil jarang terjadi

  • Kesalahan penulisan

Kesalahan penulisan terjadi saat sejarawan hendak menuliskan hasil pengumpulan sumber yang didapatkan. Sejarawan juga terkadang melakukan kesalahan dalam tahap ini, factor kesalahan ini ada tiga yang dijelaskan sebagai berikut.

  • Kesalahan narasi

Kesalahan narasi ada tiga unsur yang harus dihindari, yaitu kesalahan periodisasi, kesalahan didaktis, kesalahan pembahasan. Kesalahan periodisasi, yaitu kesalahan yang dilakukan sejarawan bila melihat periode suatu hal yang sempurna. Kesalahan didaktis, yaitu kesalahan yang dilakukan sejarawan jika menggunakan historiografi untu mengajarkan suatu nilai, Kesalahan pembahasan, yaitu kesalahan yg dilakukan sejarawan yg terdiri dari dua hal yaitu kesalahan bahasa yang emotif serta kesalahan nonsequitur. Kesalahan bahasa emotif harus dihindari dari penulisan ilmiah. Kesalahan nonsequitur, yaitu kesalahan penggunaan kalimat yang bukan konsekuensi asal kalimat sebelumnya, Kalimat ini tak sesuai dan  tidak menyambung menggunakan kalimat sebelumnya karna sesudah berbicara organisasi eksklusif berbicara wacana penduduk.

  • Kesalahan argument

Kesalahan argument dapat terjadi jika sejarawan melakukan kesalahan saat menyampaikan argumentnya. Di dalam kesalahan ini ada dua factor yang mempengaruhinya, yaitu kesalaan substansif dan kesalahan konseptual. Kesalahan substansif terjadi jika sejarawan berpendapat tidak relevan. Kesalahan konseptual terjadi jika sejarawan menyampaikan pendapat dengan dua makna sehingga pembaca mudah terkecoh.

  • Kesalahan generalisasi

Kesalahan generalisasi ada dua unsur yang menjadi kemungkinan, yaitu kesalahan generalisasi tak representative dan kesalahan generalisasi dijadikan kepastian. Kesalahan pertama adalah Jika sejarawan melakukan generalisasi serta banyak dispensasi didalamnya itu sudah melampaui wewenang ilmu sejarah. kedua, generalisasi sejarah bukan hukum universal yang pasti, Jika menduga itu mirip adalah suatu kesalahan dikarnakan sejarah itu tidak deduktif namun induktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun