Mohon tunggu...
Alfian Eka aditya
Alfian Eka aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kader PMII UMM

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa UMM Selesaikan Permasalahan Limbah Sampah Menggunakan Metode Takakura

20 Maret 2024   17:45 Diperbarui: 20 Maret 2024   18:13 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
    dokumentasi pribadi

                Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah berhasil menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan membludaknya limbah sampah organik melalui program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM). PMM merupakan program dari UMM yang secara khusus bertujuan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan harapan mampu untuk melakakukan bantuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan di Masyarakat. Dimana, tiap-tiap mahasiswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 5 orang yang tersebar untuk mengabdi di hampir seluruh daerah penjuru Indonesia. Selain itu, kegiatan PMM ini adalah untuk mengaplikasikan hirilisasi hasil penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

            PMM kali ini dilakukan oleh kelompok 75 Gelombang 6 yang beranggotakan Syahrun Neezar Ghozali Ziad dari Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP), Alfian Eka Aditya dari Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP), Arian dari Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP), Tri Safitri Ramadhani dari Fakultas Agama Islam, Nuraisia Januarti dari Fakultas Sosial dan Ilmu Politik.  Kelompok PMM ini dibimbing secara langsung oleh Dosen Pembina Lapang Septi Nur Wulan Mulatmi, S.Pt., M.Sc dan berlokasi di TK ABA 18 Dau dan wilayah sekitar desa Mulyoagung, kecamatan Dau, kabupaten Malang. Tema yang diangkat pada kelompok PMM ini adalah “Membangun Kesadaran Ekologis & Religius Terhadap Peserta Didik di TK ABA 18 Dau. Tema tersebut diangkat sejalan dengan visi misi dari sekolah dan wilayah desa Mulyoagung. Dari tema yang diangkat tersebut memunculkan beberapa program unggulan yang dilakukan oleh kelompok PMM 75 Gelombang 6, salah satunya adalah Sosialisasi pembuatan pupuk organik dari limbah sayur menggunakan metode takakura.

            Metode takakura adalah salah satu metode pengomposan dalam pembuatan pupuk organik yang memanfaatkan keranjang cuci baju sebagai wadah dalam pembuatan media pupuk organik. Adapun landasan dilakukannya program tersebut dikarenakan melihat kondisi daripada masyarakat sekitar desa Mulyoagung, yang tidak mampu untuk melakukan pengolahan terhadap adanya limbah rumah tangga yang berupa sayuran, sisa makanan, dan sampah-sampah yang lain. Program sosialisasi ini dilakukan pada hari Minggu, 4 Februari 2024. Kegiatan sosialisasi diisi oleh Alfian sebagai pemateri. Alfian menjelaskan berkaitan dengan sejarah adanya metode takakura, alat dan bahan yang diperlukan, cara pembuatan, cara pengaplikasian pada tanaman, dan manfaat-manfaat dari pemberian pupuk kompos takakura terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kegiatan sosialisasi ini disambut dengan positif oleh masyarakat Mulyoagung dibuktikan dengan banyaknya warga yang berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi tersebut.

            “Pembuatan pupuk kompos menggunakan metode takakura memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah praktis untuk dilakukan karena hanya menggunakan keranjang cuci baju sebagai wadah, mudah untuk dilakukan dalam skala rumah tangga dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam proses pengomposannya” jelas Alfian. Dengan adanya program sosialisasi pembuatan pupuk takakura ini, besar harapan agar mampu memantik kesadaran masyarakat Mulyoagung agar tidak membuang secara sia-sia limbah rumah tangga, dan mampu untuk dirubah menjadi pupuk kompos organik. Selain itu harapannya juga kegiatan ini mampu untuk mengupayakan kebersihan lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Kegiatan sosialisasi ini juga dirasa cocok mengingat sebagian besar masyarakat desa Mulyoagung memiliki lahan pekarangan rumah yang memadai dan berpotensi untuk digunakan sebagai proses budidaya tanaman skala mikro.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun