Sepasang suami istri bersatu hati mengikat janji suci. Keduanya berikrar dihadapan Tuhannya untuk menjadikan pasangannya sebagai rumah yang nyaman bagi satu sama lain. Senantiasa bersama dalam untung dan malang. Pun dalam suka dan duka. Pernikahan adalah simbol kesakralan. Dan kesakralan itu menjadikan mereka satu. Tak terpisahkan oleh ruang dan waktu.
Pernikahan adalah sebuah perjalanan yang panjang. Takada pasangan menikah yang merencanakan kegagalan ketika mereka mengucap janji setia untuk hidup bersama. Menikah bukanlah waktu yang sebentar.Â
Demikianlah kesetiaan itu diuji. Karenanya merupakan sebuah kewajaran bila kemudian terjadi pasang surut dalam mahligai yang sudah terbentuk. Tak mungkin dalam waktu lama itu berjalan mulus-mulus saja. Kapal mungkin akan terombang-ambing. Tetapi jangan sampai karam.
Menjaga romantisme dalam keluarga tidak selalu harus diwujudkan melalui hal-hal yang besar. Anda tidak melulu harus berpikir tentang honeymoon, staycation, romantic dinner, ataupun merayakan anniversary. Semua itu tentu baik adanya. Namun, romantisme bagi saya selalu berangkat dari hal-hal yang sederhana. Salah satu hal sederhana itu adalah dengan memajang foto pernikahan di dinding rumah kita.
Foto pernikahan? Iya benar. Kalau saya mengatakan foto pernikahan bukan berarti dokumentasi yang lain tidak baik untuk dipajang. Atau hal-hal sederhana yang lain tidak penting untuk dilakukan. Namun pembahasannya memang sengaja difokuskan pada satu hal ini saja.
Mengapa Foto Nikah?
Ketika Anda memasangkan cincin di jari manis pasangan, anda sedang mengatakan kepadanya, "hidupku adalah hidupmu. Aku dan kamu adalah kita". Itu peristiwa penting dalam hidup Anda. Peristiwa bersejarah. Dan sejarah tak boleh dilupakan.Â
Pernikahan adalah sebuah memori dan momentum yang harus terus dihidupkan. Karena bagaimanapun sejarah itu menjadi dasar anda dan pasangan untuk melangkah. Yakni melangkah dalam janji yang sudah pernah terucap dihadapan para saksi.
Saya adalah pasangan menikah. Bahtera rumah tangga kami sudah berjalan 6 tahun. Belum lama, tetapi juga tidak bisa dibilang sebentar. Kami dikaruniai seorang anak cantik dan seorang lagi yang masih dalam kandungan.Â
Kehidupan rumah tangga kami tidak selalu berjalan dengan mulus. Riak itu seringkali menghampiri. Masalah tentu biasa terjadi. Tetapi kami bersyukur bahwa selalu ada kehangatan didalam rumah saat pasangan berada dekat. Ada waktu-waktu yang kami nanti-nantikan untuk bisa bersama di tengah segala kesibukan. Demikianlah istri saya menjadi rumah bagi saya dan saya adalah rumah baginya.