Bekerja itu harus bahagia! Bener dong.. Tapi kalau kerja, sementara gaji tidak sesuai dengan kesepakatan diawal apakah bisa tetep happy?
Kata Kompasianer mbak Syarifah Lestari, kerja itu bukan hanya soal gaji. Tentu saja anggapan itu tidak salah. Ada berbagai unsur lain selain gaji yang menentukan faktor kenyamanan kerja. Pandangan orang bisa saja berbeda. Wajar saja. Pandangan seseorang tentang hal itu dipengaruhi pula oleh situasi kerja.
Ada seorang manajer di kantor kami yang sering mengeluh karena ia tidak mendapatkan mobil dinas. Sementara koleganya sesama manajer seluruhnya mendapatkan fasilitas mobil dinas. Akhirnya hal itu hanya bisa menjadi sebuah keluhan tanpa pernah terealisasi. Ada satu hal yang salah darinya, yakni pada saat melakukan nego gaji diawal.
Rekan manajer ini merupakan pindahan dari perusahaan lain. Baru 4 tahun lalu ia bergabung. Di perusahaan ini sedari awal memang ia melamar sebagai manajer. Nah di tempat kerja kami manajer memang mendapatkan fasilitas tambahan berupa mobil dinas layaknya di tempat lain. Tapi nampaknya ia masih kurang pengalaman dalam negosiasi gaji.Â
Mengapa saya katakan demikian? Karena fasilitas mobil yang ia harapkan itu tidak ada hitam diatas putih. Alias tidak tertulis dalam offering ( penawaran) gaji. Hanya berbentuk lisan, itupun dengan atasannya langsung.Â
Bukan dengan personalia (HRD) yang notabene memiliki wewenang seputar penggajian. Atasannya hanya mengatakan bahwa untuk fasilitas mobil akan di-review setelah 6 bulan.Â
Sampai dengan hari ini, kata-kata itu tidak terwujud. Sudah mengadu ke HRD, pihak HRD hanya mengatakan tak tahu menahu tentang negosiasi tersebut. Alhasil rekan manajer ini hanya bisa pasrah.
Cerita diatas saya dapat langsung dari sumbernya. Rekan manajer itu sendiri yang menceritakan kepada saya. Tragis juga sih. Tetapi saya hanya bisa bersimpati.Â
Nah belajar dari kisah diatas, ada pelajaran penting yang dapat diambil saat kita sebagai pencari kerja melakukan negosiasi gaji dengan pemberi kerja. Mari kita ulik.
Orang bekerja itu pasti ingin nyaman bukan? Makanya dari awal itu harus jelas (clear) semuanya. Jangan sampai ada yang mengganjal. Karena ganjalan itu akan membuat orang tidak nyaman saat sudah terjun kedalam pekerjaan. Hal-hal apa itu yang harus clear? Semuanya.Â
Sebagai contoh: kontrak kerja, sistem kerja shift/non shift, jumlah hari kerja, hak cuti, seragam, serta yang paling penting adalah fasilitas dan penggajian. Intinya apa yang menjadi ekspektasi anda sebagai pencari kerja apakah sudah bisa terpenuhi? Bila belum, tentu ada deal-deal tertentu.Â
Apakah anda sudah menyetujui serta ikhlas menjalankannya? Karena sekali lagi jangan ada ganjalan dikemudian hari. Orang kerja itu kan untuk mencari penghasilan bukan? Tidak ada orang yang bekerja hanya untuk sekedar main-main.
Ketika kita dinyatakan lulus seleksi penerimaan karyawan baru, normalnya kita kemudian masuk ke fase berikutnya yakni negosiasi gaji. Sebelumnya kita akan diminta mengisi expected salary atau gaji yang diinginkan. Disinilah tawar-menawar kemudian terjadi.Â
Bagi perusahaan akan menawarkan gaji serendah mungkin. Jangan terkejut, itu wajar. Tetapi perusahaan yang baik pasti akan melihat skill dan pengalaman yang dimiliki. Mereka tak segan mengabulkan permintaan gaji besar. Tetapi kembali lagi, semuanya tetap melihat pada rekam jejak calon karyawan.
Namanya negosiasi itu adalah tawar-menawar. Layaknya jual beli. Perusahaan menawar serendah mungkin, pencari kerja menawar setinggi mungkin hingga kemudian ketemu ditengah.Â
Orang yang mewakili perusahaan dalam proses nego gaji biasanya memiliki skill khusus negosiasi. Ia mungkin akan mencari kelemahan si pencari kerja untuk menurunkan angka. Masak sih? Saya sudah setidaknya empat kali nego gaji. Jadi statement itu lahir dari pengalaman. Tetapi saya bisa memaklumi. Memang itu tugasnya.
Tak perlu malu dan minder. Diawal itu posisi pencari dan pemberi kerja itu setara. Sama-sama membutuhkan. Maka tidak perlu minder tetapi juga jangan tinggi hati. Harus saling menghormati.
Ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan bagi pencari kerja saat proses negosiasi gaji.
1. Gaji yang ditawarkan apakah gaji bersih atau gaji kotor
Ada istilah gaji bruto dan nett. Gaji bruto berarti gaji kotor. Gaji tersebut masih akan dipotong. Contohnya untuk BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, koperasi karyawan, iuran serikat pekerja, dan lain sebagainya. Maka jumlah take home pay baru didapat setelah pemotongan.Â
Sedangkan gaji net merupakan gaji bersih yang kita terima sebagai take home pay. Tanpa ada pemotongan. Nah ketika anda mendapatkan offering letter (Surat Penawaran), periksa kalau perlu tanyakan apakah masih ada potongan. Bila ada, apa saja potongannya.
2. Fasilitas yang didapat
Beberapa perusahaan menambahkan fasilitas tertentu pada karyawan mereka. Sebagai calon pekerja, anda mungkin juga mengharapkan fasilitas kerja tertentu. Apalagi jika ditempat kerja sebelumnya sudah mendapatkan berbagai fasilitas.Â
Misalnya kendaraan dinas, mess, tiket pesawat untuk pulang ke kampung halaman, fasilitas makan siang, dan lain sebagainya. Nah, pada tahap negosiasi semua itu harus dituliskan dengan jelas.
3. Kontrak kerja
Ada yang namanya masa probation atau percobaan. Lalu ada karyawan kontrak dengan jangka waktu tertentu. Ada karyawan kontrak harian lepas (HL). Dan ada karyawan tetap. Harus jelas diawal status saya ini apa. Apakah saya suatu saat bisa diangkat menjadi karyawan tetap atau selamanya kontrak? Jika bisa diangkat butuh berapa lama.Â
Mengapa status karyawan itu penting? Cobalah pergi ke bank mengurus KPR, anda akan tahu pentingnya. Itu salah satu contoh saja.
Ingat, ketiga hal diatas haruslah tertulis. Ada hitam diatas putih. Mungkin tidak semua ekspektasi anda sebagai calon pekerja akan dikabulkan oleh pemberi kerja. Tetapi yang penting sudah tercipta kesepakatan antara pemberi kerja dan calon karyawan.
Ini dimaksudkan agar calon karyawan tidak menyesal dikemudian hari. Dengan demikian jika ada ketidaksesuaian seiring berjalannya waktu, anda punya bukti kuat berupa surat kesepakatan resmi yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Selamat bekerja. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H