(Kalau menangis bapak ibu bingung)
Lelo ledung sesungguhnya adalah sebuah tembang yang biasa dinyanyikan oleh orang tua ketika akan menidurkan anaknya. Baik anak laki-laki maupun perempuan. Apabila dinyanyikan untuk anak perempuan, kata "bagus" tinggal diganti dengan "ayu". Lelo ledung atau dalam terjemahan bahasa Indonesia-nya ditimang-timang berarti meletakkan anak ditangan (menggendong) sambil diayun-ayunkan sambil dinyanyikan. Hampir serupa dengan lagu Nina Bobo yang merupakan penghantar tidur. Makanya tak heran bila kata-katanya pun sederhana. Namun berbeda dari lagu Nina Bobo, meskipun dengan kalimat sederhana, lirik Lelo Ledung menyiratkan makna yang mendalam. Sembari menimang-nimang anak supaya segera tidur, orang tua menyisipkan doa dan harapan bagi anaknya.
Mari sejenak bernostalgia kembali ke belakang. Mari mengingat waktu kecil kita ditimang oleh orang tua kita. Pasti ada kenyamanan tersendiri yang tidak dapat dirasakan saat dekat dengan orang lain. Ada pelukan, ada kehangatan, serta ada kasih sayang yang tulus yang dapat kita rasakan. Kehangatan dan kenyamanan itu lalu membuat anak tertidur pulas. Tetapi tidak hanya menimang, Lelo Ledung menambahkan unsur doa dan pengharapan dari orang tua kepada anak. Anda pun bisa membayangkan bahwa dalam situasi kenyamanan seperti itu, petuah dari orang tua tersebut akan lebih mudah "merasuk" di kepala. Petuah itu akan selalu diingat oleh sang anak dan terus menjadi "bekal" dalam menjalani kehidupan di waktu-waktu mendatang.
Doa apa?
Mari lihat pada lirik
"Tak gadang iso urip mulyo
(Kuberharap bisa hidup mulia)
Dadiyo priya utomo
(Jadilan pria yang utama)
Ngluhurke asmane wong tuwo
(Meluhurkan nama orang tua)
Dadiyo pendhekaring bongso
(Jadilah pahlawan bangsa)"
Makna "urip mulyo" berarti hidup yang berkecukupan, mempunyai kehormatan, jujur, dan bersahaja. Lalu pada kalimat-kalimat berikutnya mengandung arti supaya anak kelak menjadi orang yang dapat diandalkan, mengharumkan nama keluarga, serta berguna bagi nusa dan bangsa. Sungguh doa yang amat mulia bukan?
Satu hal lagi yang menarik. Ada kalimat, "Tak emban slendang jarik kawung". Pertama, jarik itu merupakan sebuah kain panjang yang memiliki batik dengan berbagai corak. Jarik begitu lekat dengan kehidupan masyarakat Jawa. Dulunya, jarik digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi teringat ketika anak saya masih bayi. Ia akan sangat nyaman bila digendong dengan jarik daripada gendongan instan yang banyak dijual dipasaran. Memang digendong dengan jarik akan terasa lebih adem di kulit sehingga nyaman bagi anak. Karenanya sampai sekarang walaupun lebih repot, sebagian besar masyarakat Jawa lebih memilih menggendong anaknya menggunakan jarik. Maka kalimat "Tak emban slendang jarik kawung" itu memiliki makna bahwa orang tua tidak sekedar hanya menggendong atau menimang, tetapi juga memikirkan bagaimana supaya anak merasa nyaman.
Kedua, terkait makna jarik kawung. Pada masa lampau, batik kawung banyak digunakan di lingkungan keraton. Batik kawung memiliki makna kemurnian, kesempurnaan, serta kesucian.
Menuliskan artikel ini sesungguhnya saya sedang bernostalgia mengingat masa kecil dulu. Ada rasa rindu menggelayut didalam hati. Lelo Ledung saya kira bagi masyarakat Jawa sudah menjadi lagu yang amat legendaris sekalipun tidak diketahui asal muasalnya. Siapapun tahu bagaimana menyanyikan Lelo Ledung sekalipun hanya dalam nada.
Mari sejenak saya ajak anda untuk rileks sembari mendengarkan tembang ini..
Video musik ini dibuat oleh Siho dan dirilis melalui channel YouTube Siho Live Acoustic