Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pengakuan

23 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 23 Agustus 2021   05:47 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi gambar: jplenio dari Pixabay

Sepasang mata menghunus pandangan pada jam yang berdiri kokoh di sudut alun-alun kota barat

Ini kota yang sendu menyaru rindu

Berapa lama lagi, tanyamu

Kira-kira dua purnama lagi, jawabku pelan

Mengapa begitu lama, katamu, 

seakan  kau mohon padaku untuk mempercepat waktu

Tak terhitung banyaknya pertanyaan yang sama terus kau ulang

Seakan kau takbisa menaja kata yang lain

Tak adakah yang ingin kau tanyakan tentangku?

Rindumu itu menyiksaku, menambah sayatan dihati yang membuatku merintih perih

Sedangkan harapmu itu seperti tong kosong yang sebentar lagi hanyut

Sudah kubilang untuk melepaskan sayang

Tapi sekali lagi kau menolak

Sementara ia yang kau rindu tak peduli apa kau masih ada atau sudah tergilas masa

Kali ini sudah waktunya aku jujur , gejolak rasa terlalu sulit untuk dipendam, membuatku menderita terlalu lama

Kau terhenyak, mengapa baru sekarang kau ucap, katamu sendu

Aku takkan pernah bersamamu, lanjutmu lirih

Air mata mulai turun membasahi pipimu yang ayu

Sejurus kemudian kau diam, aku membeku

Menit-menit berjalan pelan, tapi kita tak saling berkata

Pelan kudengar kau menghela nafas panjang..., "Sesosok bayi ada disini, ditubuhku"

Kualihkan pandang kepada langit

Haruskah aku pergi meski tak ingin?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun