Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berkirim Salam Lewat Radio Jadi Ciri Pubertas Remaja Tahun 2000-an

22 Agustus 2021   09:15 Diperbarui: 23 Agustus 2021   15:57 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak remaja asyik mendengarkan radio. Sumber: photstock via grid.id

"Salamnya buat yang lagi ngerjain tugas disana pokoknya tetep semangat aja. Dan buat yang lagi siaran, makasih salamku udah dibacain..."

Begitu bunyi pesan yang dengan renyah dibacakan oleh penyiar radio. Pesan itu dikirimkan melalui layanan pesan singkat (SMS) yang kala itu harga sekali mengirim pesan masih cukup mahal, yakni 350 rupiah per satu pesan. Itupun dibatasi maksimal hanya 150 kata. Jangankan WhatsApp, blackberry messenger (BBM) pun belum ada. 

Bagi yang tidak punya gawai tidak patah arang. Maklum, perangkat gawai pada waktu itu masih cukup ekslusif. Tak semua orang punya. Tanpa gawai, mereka mengirim pesan lewat secarik kertas atau mengisi kupon dengan datang langsung ke kantor stasiun radio. 

Hanya sekedar ingin pesannya pada gebetan ataupun teman-teman dibacakan di radio. Ada rasa bangga bercampur senang. Besoknya diceritakan ke orang-orang.

Pesan yang dibacain oleh penyiar itu kebanggaan tersendiri sob! Saking banyaknya pesan yang masuk, tak semua bisa dibacakan. 

Radio pada masa itu menjadi media hiburan yang cukup populer bahkan menjadi tren di kalangan anak muda dan remaja. Wajarlah, sosial media belum meraja. 

Beda dengan dimasa sekarang ketika orang lebih tertarik dengan sosial media. Kini semuanya serba mudah. Berkirim pesan radio bisa via WhatsApp ataupun mention lewat Twitter. Tak cuma pesan tertulis, buat yang males ngetik tapi pengen curhat panjang bisa mengirim pesan suara lewat voice note. Alangkah canggihnya!

Tetapi dulu saking jadulnya karena teknologi belum secanggih sekarang, semua itu jadi momen yang memorable banget. Kenangannya susah dilupakan. Hayo, yang mengalami jadi remaja tahun 2000-an, mari bernostalgia!

Pubertas remaja tahun 2000-an salah satunya ditandai "kedekatannya" dengan radio. Media ini begitu digemari disaat sosial media belum ada. Jangankan Facebook, Friendster pun belum terdengar gaungnya. 

Ilustrasi berkirim salam lewat radio. Gambar: cosmopolitanfm.com
Ilustrasi berkirim salam lewat radio. Gambar: cosmopolitanfm.com

Jadi kalau anak-anak yang tadinya masih bermain ular tangga, mobil-mobilan, monopoli, dan permainan anak-anak lainnya lalu beralih ke radio itu artinya ia sudah mulai memasuki masa puber. 

Anak-anak ini sudah mulai malu diantar orang tuanya ke sekolah. Pun mereka sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikan dengan lawan jenis. Mereka mulai memasuki "dunia" yang berbeda. Sebuah fase yang setingkat lebih tinggi.

Sedikit menyinggung arti pubertas, mengutip dari alodokter, pengertian pubertas adalah tahap perkembangan seorang anak menjadi dewasa. Tidak hanya terjadi perubahan pada tubuh yang bersifat fisik tetapi juga psikis yang semakin dewasa. Nah salah satu tandanya ketika anak mulai mengikuti tren para remaja dan mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dikala masih dalam tahap kanak-kanak.

Radio memang pada saat itu menjadi tren. Bisa dibilang anak gaul itu pasti dengerin radio. Remaja dan radio itu unik. Sekalipun punya kaset, orang tetap semangat mendengarkan lagu favorit lewat radio. Request lagu sampai membludak. Sampai-sampai penyiar harus berulangkali minta maaf karena banyak yang tak sempat diputar. 

Selain itu, kerepotan mencari frekuensi yang pas juga bukan menjadi masalah besar. Kok cari frekuensi saja repot? Ya sudah pasti. Jangan bayangkan sekarang anda bisa dengan mudah mencari frekuensi radio yang pas dengan cukup mengetik angka pada gawai. Lupa frekuensi radio kesayangan? Cukup beranjangsana mencari di mesin peramban. 

Kalau dengan radio kan harus memutar-mutar tombol frekuensi dulu. Itupun pemancarnya tidak sekuat sekarang. Jadi untuk menemukan suara yang jernih butuh sedikit usaha ekstra.

Nah, sudah bisa dibayangkan to "kedekatan" antara remaja dan radio tempo dulu? Karenanya tidak heran bila nama-nama radiopun populer. Kalau saya dulu di Solo ada beberapa radio terkenal yang digandrungi muda-mudi pada jamannya seperti Solo Radio, Saa FM, Prambors, dan PTPN. Di Jogja ada Geronimo. Di Jakarta ada Prambors, Delta, Female, Cosmopolitan, Jak FM, dan lain-lain.

Tidak hanya nama radio-radio yang terkenal, nama penyiarnya pun jadi ikut populer. Pendengar itu pasti punya penyiar idola. Contohnya kalau ada konser band indie, biasanya mengambil MC dari penyiar radio. Nama penyiar itu akan ikut terpampang besar di flyer atau baliho-baliho sebagai media promosi untuk menarik pengunjung. 

Ngomong-ngomong penyiar idola, masih segar dalam ingatan sekitar 18 tahun yang lalu saya punya duet penyiar idola namanya Esa dan Danar. Mereka punya program acara tebak-tebakan komedi setiap Senin jam 9 malam. Dua orang itu kalau sudah siaran seru banget. Makanya walaupun hanya seminggu sekali, acara mereka selalu ditunggu-tunggu.

***

Kemajuan teknologi membuat media hiburan mengalami pergeseran. Radio sudah tidak sepopuler dulu lagi. Paling-paling sekarang orang mendengarkan radio hanya pada momen-momen tertentu seperti untuk menemani perjalanan. Tetapi meskipun sudah bukan jadi pilihan utama, radio masih tetap eksis sampai sekarang.

Dimasa kini, radio sudah bukan lagi menjadi salah satu ciri pubertas remaja. Tempatnya sudah tergantikan oleh kehadiran sosial media yang memungkinkan terjadinya pubertas anak lebih dini. Tetapi bagi generasi remaja dan muda-mudi tahun 2000-an yang sudah mulai memasuki kepala tiga dan seterusnya, radio akan selalu memantik nostalgia.

Sekian. Terimakasih dan salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun