Wisnu dan Fitri bukanlah sepasang kekasih. Walaupun bukan sejoli, tetapi mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. Beberapa teman malah mengira mereka berpacaran lantaran mereka sering pergi berdua. Mereka sudah terbiasa dolan bareng. Wisnu dan Fitri memang sudah bersahabat sejak kecil. Kedua orang tua mereka sudah lebih dulu berteman dekat. Rumah keduanya pun tak jauh. Berbagai faktor inilah yang membuat hubungan Wisnu dan Fitri begitu dekat seperti layaknya saudara sendiri.
Suatu waktu dimasa kuliah, Fitri mengenal Rody. Ia adalah mahasiswa perantauan yang memiliki kepribadian hangat. Awalnya ragu-ragu, tetapi begitu Rody tahu bahwa Wisnu dan Fitri hanya sebatas teman, ia mulai berani mendekati Fitri. Gayung bersambut, lelaki itu berhasil membuat Fitri merasa nyaman.
Fitri berulangkali curhat pada Wisnu bahwa ia menyukai Rody. Sayangnya, orang tua Fitri tidak setuju. Fitri lalu meminta bantuan Wisnu untuk membujuk orang tuanya demi bisa jadian dengan Rody. Wisnu pun melangkah dengan langkah gontai. Ia terkulai lemas tanpa bisa bercerita kepada siapapun. Fitri, gadis manis itu takpernah tahu bahwa Wisnu telah memendam perasaan padanya dalam waktu yang lama. Tapi meskipun remuk hati, Wisnu tetap menolong sahabatnya itu untuk meraih kebahagiaan. Sebesar itulah pengorbanannya untuk sahabatnya meskipun itu berarti melukai hatinya sendiri. Ia sadar benar bahwa ia tidak punya hak untuk cemburu lantaran Fitri bukanlah siapa-siapa, hanya teman.
Sedih? Ya, cerita diatas barangkali hanya sebuah ilustrasi. Tapi saya yakin tidak sedikit kisah nyata yang mirip dengan cerita diatas. Banyak hubungan tanpa status itu bermula dari cerita pertemanan. Lalu meningkat menjadi sahabat. Lama-kelamaan semakin mesra bak pasangan kekasih. Tetapi sekali lagi kenyataannya hanya teman.
Pernahkah kamu berada dalam posisi seperti Wisnu dalam ilustrasi diatas?
Jika ya maka saya yakin kamu akan mengalami pergolakan batin yang maha dahsyat. Salahkah bila sahabat jatuh cinta? Tentu tidak. Orang jatuh cinta itu wajar. Apalagi hubungan pria dan wanita. Kata orang, tak mungkin bila dua orang (pria & wanita) yang memiliki kedekatan tidak melibatkan rasa. Bahasa gaulnya, "Masak sih Lu cuman temenan ama dia? Yakin Lu nggak ngarep?"Â
Logis sih. Perasaan cinta itu timbul secara alamiah. Ia mudah sekali dipengaruhi oleh rasa nyaman. Orang mudah jatuh cinta pada lawan jenis ketika ia sudah merasa nyaman. Witing tresno jalaran saka kulina. Cinta timbul karena terbiasa. Siapa yang berkuasa mengatur hati? Bahkan diri sendiripun tak kuasa mengatur pada siapa hatinya berpaut. Manusia hanya bisa mengelola perasaannya.
Tetapi kemudian situasinya menjadi pelik bila salah satu pihak menanggung cinta sepihak. Sahabat yang jatuh cinta itu dihadapkan pada situasi yang sulit. Disatu sisi ia memendam rasa suka kepada sahabatnya. Bukankah cinta sepihak itu tak enak? Tetapi disisi lain, meskipun cintanya tidak terbalas, ia harus rela tetap menjalani kedekatan yang biasa sebagai teman. Ia seperti menjalani hubungan tanpa status. Karena ia sendiri pun tak ingin merusak persahabatan yang selama ini terjalin. Ia tidak rela kehilangan sahabat yang telah menemaninya selama ini. Kehadiran sahabat itu sulit digantikan.
Lalu bagaimana menghadapi cinta sepihak ditengah persahabatan seperti itu?
Menurut saya sebenarnya takada obatnya. Ini persoalan rasa. Orang yang jatuh cinta itu sulit dinasihati. Didunia ini takada penawar hati. Yang bisa dilakukan hanyalah mengelola perasaan karena cinta tidak bisa dipaksakan. Contohnya bila ternyata sahabatnya mencintai orang lain, ya ia harus menerima betapapun beratnya.Â