Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Mengajarkan Lagu Daerah bagi Anak-anak

5 Agustus 2021   08:08 Diperbarui: 5 Agustus 2021   08:10 1907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak menyanyikan lagu daerah. Gambar: siedoo.com

Sekar gambuh ping catur,
(Tembang gambuh keempat)
Kang cinatur polah kang kalantur,
(Yang dibicarakan tentang perilaku yang kebablasan)
Tanpa tutur katula-tula katali,
(Tanpa nasihat terjerat penderitaan)
Kadaluwarsa kapatuh,
(Terlanjur menjadi kebiasaan)
Kapatuh pan dadi awon.
(Kebiasaan bisa berakibat buruk) 

Lirik diatas merupakan sebait tembang Macapat dari sekar Gambuh. Sekar ini merupakan bagian dari tembang Macapat yang berisikan tentang ajaran dan nasehat kepada generasi muda dalam pergaulan, sikap dan tingkah laku dalam menjalin hubungan dengan teman dan masyarakat lainnya. 

Memori membawa saya kembali ke masa Sekolah Dasar (SD). Kala itu dalam pelajaran Kesenian Daerah, kami para siswa dikenalkan pada aneka lagu-lagu daerah. Tidak hanya diperkenalkan, tetapi juga diajari untuk menyanyikannya. Kemudian sebagai penilaian, satu per satu siswa akan diminta maju untuk menyanyikannya di depan kelas. Seru, gugup, dan begitu membekas dalam ingatan. Karena momen itulah sampai sekarang saya masih ingat sebagian besar lagu daerah yang diajarkan oleh guru.

Lagu apa saja yang diajarkan? Karena saya bersekolah di daerah yang kental dengan nuansa Jawa, maka tentu saya diajarkan nyanyian tembang-tembang lokal Jawa. 

Ada tembang macapat. Bagi orang yang mengerti budaya Jawa, masih ingatkah anda dengan tembang ini? Macapat sebenarnya adalah geguritan (puisi tradisional Jawa) yang dilagukan. 

Maka Macapat selain sebagai seni suara (lagu), juga merupakan seni sastra (Kasusastran). Setiap tembang dalam Macapat memiliki makna tentang ajaran kehidupan. Disajikan dalam bahasa Jawa yang lugas.

Tembang Macapat banyak berisi tentang petuah kehidupan. Macapat terdiri atas sebelas sekar yang kesemuanya menceritakan rangkaian dari manusia lahir hingga kembali ke hadapan Illahi. 

Urut-urutan kesebelas sekar tersebut adalah: Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung. Sebagai contoh, sekar pertama yakni Maskumambang menceritakan manusia dari awal mula manusia diciptakan. Masih dalam kandungan. Maskumambang banyak berisi nasehat kepada seorang anak agar selalu berbakti kepada orang tua. Lalu serat terakhir yakni Pocung diibaratkan tahapan terakhir dalam kehidupan manusia, yaitu berada di alam baka. Pocung mengandung nasihat bijak untuk menyelaraskan kehidupan antara manusia, alam, lingkungan, dan Tuhan Sang Pencipta. 

Sepertinya menarik bukan belajar tembang Macapat?

Tentu saja tidak hanya Macapat, ada tembang lain yang diajarkan seperti tembang dolanan, lagu mars daerah, dan berbagai tembang kearifan lokal lainnya. 

Anak-anak memang perlu diajarkan tembang-tembang kearifan lokal. Tembang-tembang ini tidak hanya asyik dinyanyikan dan membangkitkan semangat. 

Sementara anak-anak gembira dalam bernyanyi, ada pelajaran hidup yang sedang ditanamkan melalui setiap kata-kata dan lirik yang terkandung didalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun