Thomas, Angger, dan Ajeng adalah tiga sekawan yang memiliki ikatan persahabatan yang amat erat. Thomas merupakan satu-satunya lelaki dan paling muda diantara ketiganya. Sekalipun paling muda, Thomas tidak dipandang rendah. Pendapatnya dihargai. Bahkan ia juga menjadi tempat curhat bagi Angger dan Ajeng.Â
Persahabatan Thomas, Angger, dan Ajeng sejatinya berangkat dari kebersamaan mereka menjadi pelayan dalam wadah organisasi pemuda gereja. Mereka bertiga aktif dalam aktifitas pelayanan kepemudaan gerejawi. Saking seringnya beraktifitas, mereka pun menjadi semakin akrab. Pun ditunjang dengan visi serta pandangan hidup yang sama.
Thomas, Angger, dan Ajeng begitu menikmati relasi yang indah dalam persahabatan mereka. Hubungan itu tumbuh semakin lekat bagaikan seorang saudara. Thomas sudah seperti adik bagi Angger dan Ajeng. Saat itu komunikasi belumlah seperti sekarang. Jangankan WhatsApp, BlackBerry messenger pun belum ada. Baru ada layanan pesan singkat (SMS). Tetapi sekat komunikasi itu tidak merenggangkan tali-temali ikatan kasih diantara ketiganya. Justru dengan tidak adanya teknologi tersebut membuat ketiganya saling merindukan satu sama lain. Ikatan persaudaraan mereka justru kian bertambah kuat.
Apakah arti sahabat?
Sahabat adalah orang terdekat kita. Mereka lebih dari sekedar teman. Sahabat menolong kita dalam kesusahan. Mereka hadir dalam sisi terburuk kita. Mereka tidak menghakimi saat kita berbuat salah melainkan mengingatkan kita dengan penuh kasih. Seorang sahabat menerima kekurangan dan kelebihan kita. Ia turut menangis dalam kesesakan serta mendoakan agar kita tidak jatuh. Tetapi apabila kita berhasil, ia turut merayakannya.
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. (Amsal 17:17)
Thomas dalam ilustrasi diatas sesungguhnya adalah saya. Cerita itu sudah berlalu lebih dari 10 tahun yang lalu. Saat ini kami sudah tak lagi seperti dulu karena sudah berpencar demi pekerjaan dan keluarga. Memang masanya sudah tak lagi sama. Masa muda kami sudah lewat. Kini masing-masing dari kami sudah berkeluarga dan mempunyai kesibukan masing-masing. Namun meskipun demikian, saya sangat yakin bahwa kami tetap saling mendoakan hingga kini. Mendoakan untuk kesehatan, kesuksesan, serta kebahagiaan satu sama lain. Saya menuliskan artikel ini pun karena saya teringat akan mereka.
Mengapa kehadiran sahabat itu penting?
Pada hakikatnya manusia diciptakan untuk saling berkelompok. Manusia menyatu dalam ekosistem sosial. Manusia perlu bersosialisasi. Ada kebutuhan untuk saling diperhatikan juga memperhatikan. Ada saat dimana seseorang perlu untuk didengarkan. Tetapi ia juga perlu mendengar supaya ia beroleh hati yang bijaksana. Bukankah semua itu cukup dengan kita berteman? Ya, tentu saja cukup. Tetapi teman hanya memandang pada apa yang nampak diluar. Namun sahabat melihat hingga kedalaman hati. Kita takperlu memakai topeng saat bersama sahabat. Namun kita mungkin memerlukannya saat tampil di depan seorang teman. Berpura-pura menjadi tegar sekalipun sebenarnya rapuh. Menjadi seolah berprinsip ketika hati masih terombang-ambing oleh ketidakpastian.
Maka, ada alasan kuat mengapa seseorang perlu memiliki sahabat.
1. Kebutuhan untuk didengar
Setiap orang butuh untuk mencurahkan isi hatinya. Melepas segala emosi agar terhindar dari bahaya penyakit mental. Orang yang mampu mendengarkan semua keluh kesah tanpa mengeluh itulah sahabat.
2. Kebutuhan untuk menjadi diri sendiri