Kemarin saya membaca sebuah artikel di kompas.com yang berjudul Belajar Mengemudi lebih baik manual dulu atau langsung matic.Â
Saya jadi tertarik untuk membuat pembahasan seputar topik ini, tentu saja dari kacamata pribadi. Belajar nyetir itu sebenarnya mudah hanya butuh keberanian serta keyakinan.Â
Saya sendiri dulu belajar nyetir lewat kursus mengemudi. Saya melewati 8 kali pertemuan sebelum akhirnya mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM A) kira-kira 13 tahun yang lalu.Â
Oleh karenanya, pengalaman 13 tahun mengemudikan mobil membuat saya yakin menuliskan topik tentang belajar setir mobil.
Saya ingin bercerita terlebih dahulu proses yang saya jalani saat belajar nyetir lewat kursus di kala itu.Â
Mobil yang dipakai adalah Suzuki Katana, mobil lawas yang saat ini sudah tidak diproduksi lagi oleh pabrikan.Â
Jangan tanya transmisi, sudah pasti manual. Plus belum power steering. Jadi setirnya pun masih berat.
Berikut, saya akan merangkum 8 kali pertemuan dalam kursus setir mobil itu ke dalam 5 fase:Â
1. Fase pengenalan
Pengenalan singkat dilakukan langsung di dalam mobil. Beberapa hal yang dijelaskan dalam fase ini, meliputi cara menyalakan dan mematikan mesin, fungsi gigi transmisi dan cara memindahkan gigi, kegunaan tiga pedal (gas, rem, dan kopling), kemudian fungsi-fungsi fitur mobil seperti menyalakan lampu sein, lampu mobil, dan klakson.Â
Penjelasan singkat hanya berlangsung sekitar 10 menit, kemudian berlanjut pada praktiknya; mobil dijalankan. Jangan bayangkan di lapangan melainkan langsung di jalan raya.
2. Fase medan tanjakan dan turunan
Kampung halaman saya memang terletak di daerah pegunungan sehingga sangat cocok untuk pembelajaran fase ini.Â
Oleh instruktur, saya diajarkan untuk melatih keterampilan melewati jalanan yang menanjak dan menurun. Tentu saja ini akan melatih kemahiran dalam memainkan kopling.Â
Info saja, salah satu tes praktik untuk SIM A adalah menyetir dalam kondisi menanjak dan menurun. Dalam salah satu kesempatan pada saat jalan menanjak tajam, instruktur meminta saya untuk menepikan mobil dan berhenti. Sesaat kemudian beliau meminta untuk jalan kembali.Â
Kondisi demikian, bila driver belum terlatih berpotensi mobil akan mundur. Di sinilah keterampilan memainkan kombinasi antara hand rem, rem kaki, kopling dan gas diuji. Keterampilan ini sangat penting dikuasai sebagai antisipasi ketika jalan macet.
3. Fase tikungan (belokan)
Pada fase ini instruktur membawa saya berlatih di area perumahan. Saya dilatih agar terampil dalam berbelok. Tak hanya di jalan yang lebar melainkan juga di jalan yang sempit, sehingga ketika kelak melewati gang yang ramai sudah tidak kaget. Fase ini juga merupakan salah satu fase penting dalam pembelajaran setir mobil.
4. Fase mundur dan parkir
Masih di area perumahan, instruktur mengajarkan bagaimana caranya untuk memundurkan mobil. Baik lurus maupun dalam kondisi mundur belok juga memberikan tutorial untuk memarkirkan kendaraan.Â
Memang salah satu tantangan bagi driver pemula adalah memarkirkan kendaraan. Salah-salah bisa menyenggol mobil di sisi samping atau bahkan menabrak yang di belakang karena terlalu mundur.
5. Fase membiasakan diri untuk menajamkan skill
Setelah semua skill bisa dikuasai, tiba waktunya untuk ngelanyahke (membiasakan diri agar skill semakin dipertajam).Â
Dalam fase ini instruktur membawa saya berkeliling melewati berbagai medan. Selain menajamkan skill juga supaya feeling dapat semakin terasah. Memang sebagai driver, feeling itu penting.
Feeling seorang driver di antaranya untuk menjaga jarak aman, lalu jangkauan mobil di depan, samping, dan belakang.Â
Feeling tersebut juga akan mempengaruhi enak dan tidaknya seorang driver ketika membawa mobil.
Nah bagi Anda yang ingin belajar mengemudi, mau pilih mobil manual apa matic?
Saran saya sih manual, mengapa? Karena manual itu lebih sulit. Ketika Anda belajar dengan mobil matic dan terbiasa dengan transmisi tersebut, Anda akan kesulitan bila disodori mobil manual. Anda harus berlatih lagi secara khusus dan butuh waktu yang tidak sebentar.
Saya teringat saat pertama membawa mobil matic. Seperti cerita saya di atas, saya ini belajarnya mobil manual dan terbiasa dengan transmisi manual.Â
Lalu suatu saat kerabat saya meminta saya untuk mengendarai mobilnya yang notabene untuk pulang kampung. Sudah saya katakan padanya bahwa saya belum pernah sama sekali membawa mobil matic. Dia hanya menjawab singkat, "Sudah percaya saja, nanti pasti bisa".
Saya hanya diberikan tutorial singkat mengenai cara maju, mundur, netral, dan parkir. Hanya 5 menit terus langsung jalan sendiri.
Jadilah pertama kali saya membawa mobil matic itu langsung pulang kampung dari Tangerang ke Solo.Â
Rupanya memang tidak sulit jika kita sudah terbiasa dengan mobil manual lalu membawa matic, malahan terasa nyaman sekali. Beda halnya kalau Anda terbiasa bawa mobil matic terus disuruh bawa manual.
Maka sekalipun mobil Anda matic, saya sarankan belajarnya pakai mobil manual saja. Dijamin ketika setelah itu Anda memegang mobil matic akan terasa sangat nyaman.Â
Atau Anda bisa berlatih dengan kombinasi. Misalnya dari 5 kali pertemuan, 4 kalinya dengan mobil transmisi manual lalu pertemuan kelima menggunakan mobil matic.
Itulah tadi sedikit tip berdasarkan pengalaman pribadi. Semoga dapat menjadi pertimbangan bagi Anda yang hendak belajar setir mobil.
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H