Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berbagi Pekerjaan Rumah adalah Salah Satu Indikator Keluarga Harmonis

17 Juni 2021   09:42 Diperbarui: 17 Juni 2021   16:05 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi pekerjaan rumah tangga (Sumber: unsplash.com/Becca Tapert)

Pekerjaan rumah itu memang terlihat sepele. Apa yang Anda lihat dan perlu dikerjakan maka kerjakanlah itu. Sekilas tak perlu energi otak dan otot yang mumpuni. Kasarnya, orang nggak sekolah pun bisa mengerjakan pekerjaan rumah. 

Setuju tidak? Lha wong apa sih pekerjaan rumah itu? Mencuci baju, setrika, mengepel, menyapu halaman, memasak, ya seputar itu-itu saja. 

Ya, kelihatannya sih sederhana. Namun pekerjaan rumah itu bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga lho. 

Rumah tangga Anda demikian tidak? Kalau tidak, ya syukur. Tetapi banyak pertengkaran rumah tangga dipicu oleh persoalan-persoalan yang sebenarnya sepele, salah satunya terkait urusan pekerjaan rumah. 

Kenapa cuma aku yang peduli kerapian rumah? Kenapa aku terus yang nyapu ngepel sedangkan suamiku bersantai? Kenapa hanya aku? Kenapa aku.....dan pertanyaan sejenis lainnya

Sebagai seorang yang sudah berumah tangga, saya akhirnya banyak tahu dinamika dalam hubungan rumah tangga. Tidak selamanya orang menikah itu berjalan manis-manis saja bak madu yang dihasilkan lebah hutan. Adakalanya kerikil kecil itu datang menghampiri. Kadang-kadang bahkan batu besar menghujam. Tak hanya saya dan istri tentu, dalam komunitas pernikahan pun ternyata sama saja. Khususnya bagi pasangan yang belum lama menikah. 

Mengapa persoalan kecil bisa menjadi besar? Karena perbedaan cara pandang. Perbedaan cara berpikir yang dibentuk selama bertahun-tahun sebelum menikah.

Ada orang yang perfeksionis terkait kebersihan inginnya apa-apa harus teratur dan ruang harus lega. Tetapi ada yang cenderung pasif, tak peduli kondisi rumah yang sedikit berantakan yang penting tetap nyaman ditinggali. 

Ambil contoh piring kotor misalnya. Istri ingin setiap kali selesai makan agar piring yang habis dipakai langsung dicuci. Tetapi suami berpikir nanti saja lah kalau sudah agak banyak baru dicuci. Nanggung. 

Perkara-perkara sepele seperti ini mungkin kalau hanya satu-dua hari atau sedang masa pacaran bukanlah masalah. Tetapi kalau sudah menahun itu bisa lain cerita. Jadilah pertengkaran dengan bumbu "piring kotor".

Saya pernah mengunggah sebuah status dalam media sosial yang saya miliki. Kala itu saya belum menikah dan masih ngekos. 

Pemilik kos itu adalah sepasang suami-istri muda, namanya mas David dan mbak Resty. Pada suatu sore saya melihat mereka berdua sedang asyik bercengkerama sambil menjemur baju. Menurut saya, itu adalah pemandangan romantis. 

Sedikit bercerita, mbak Resty merupakan seorang ibu rumah tangga yang menjaga seorang bayi. Sedangkan mas David bekerja di sebuah perusahaan swasta. Walaupun istrinya tidak bekerja, mas David bukanlah orang yang suka berpangku tangan terhadap pekerjaan rumah. 

Ia kerap terlihat membersihkan rumah, memperbaiki talang air, sampai mencuci baju. Ia pernah berkata pada saya, tidak ada pekerjaan istri atau suami. 

Ilustrasi suami-istri mengerjakan pekerjaan rumah bersama (Sumber: intisari.grid.id)
Ilustrasi suami-istri mengerjakan pekerjaan rumah bersama (Sumber: intisari.grid.id)
Pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama. Itulah inspirasi di balik kesimpulan "Berbagi Pekerjaan Rumah Adalah Salah Satu Indikator Keluarga Harmonis".

Lalu bagaimana pekerjaan rumah itu bisa membantu keharmonisan keluarga?

1. Memupuk rasa kebersamaan
Berbagi pekerjaan rumah akan membuat rasa kebersamaan terus terbentuk. Pernikahan itu menyatukan dua orang. Yang awalnya satu menjadi dua. Yang tadinya sendiri, menjadi berdua alias bersama. 

Maka penting bagi suami istri untuk terus memupuk kebersamaan. Kebersamaan ini akan melahirkan kekompakan. Jangan sampai salah satu pihak merasa sendiri lalu kesepian.

2. Adanya rasa keadilan
Bagaimanapun keadilan itu harus ada. Jangan sampai timbul prasangka pada salah satu pihak "kok hanya aku yang sibuk". Ketika salah satu pihak merasa tidak adil, maka berpotensi memantik perselisihan. 

Pada banyak kasus yang istri menjadi ibu rumah tangga, suami cenderung merasa bahwa dirinya sudah bekerja mencari nafkah untuk keluarga, maka suami tak mau terjun dalam pekerjaan rumah. Padahal menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak itu pun bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh karena itu mari jadikan keadilan itu menjadi salah satu fondasi untuk memperkuat cinta diantara suami dan istri.

3. Terciptanya ruang interaksi
Salah satu permasalahan dalam rumah tangga adalah minimnya ruang dan waktu untuk berinteraksi satu sama lain. Terlalu sibuk mengerjakan kesibukan sehari-hari menjadi alasannya. Memang kepentingan keluarga itu tidak akan pernah habis. 

Bekerja, sosialisasi dengan teman/lingkungan, kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya. Nah, seperti contoh mas David dan mbak Resty yang saya ceritakan di atas, mengerjakan tugas pekerjaan rumah secara bersama-sama pun dapat menciptakan ruang interaksi yang nyaman dengan pasangan.

4. Wujud penghargaan pada pasangan
Tak hanya dalam bentuk materi, wujud kita menghargai pasangan adalah juga dalam bentuk perilaku. Dalam bahasa sederhana, suami ikut merasakan capeknya istri yang sudah capek-capek masak, merawat anak, dan lain-lain. 

Menurut saya, bela rasa (tenggang rasa) itu merupakan salah satu wujud menghargai orang lain.

5. Wujud pemenuhan cinta dan kasih sayang
Cinta dan kasih sayang itu tidak hanya diucapkan dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan. Jangan hanya mudah berkata "I love you", tetapi tidak pernah menunjukkannya kepada pasangan melalui perbuatan yang nyata. 

Dan salah satu wujud perbuatan nyata itu adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena mau bagaimanapun yang namanya orang berumah tangga takkan bisa dipisahkan dari pekerjaan rumah.

***

Memiliki rumah tangga yang bahagia adalah dambaan bagi setiap pasangan yang menikah. Tidak ada orang yang menikah dengan keinginan untuk berpisah. 

Maka perlu untuk selalu menjaga keharmonisan dan kekompakan dengan pasangan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan berbagi pekerjaan rumah tangga karena begitu menikah, suka tidak suka orang akan akan diperhadapkan pada pekerjaan rumah tangga.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun