Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Berharap Meningkatnya Profesionalisme Klub Liga Indonesia Pasca Akuisisi Artis

14 Juni 2021   08:06 Diperbarui: 14 Juni 2021   08:16 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu per satu figur publik terlibat dalam akuisisi klub sepakbola liga Indonesia. Mulai dari Kaesang Pangarep yang mengakuisisi Persis Solo, Raffi Ahmad membeli RANS Cilegon FC, hingga Gading Marten yang mengakuisisi klub kebanggaan kota Tangerang, Persikota. Berita ini tentu saja menarik perhatian masyarakat. Media nasional ramai-ramai memberitakan beralihnya beberapa klub tersebut ke tangan figur publik.

Kita tentu sudah akrab dengan kabar-kabar miring yang sering menimpa persepakbolaan tanah air. Mulai dari skandal pengaturan skor, tawuran antar suporter, hingga gaji yang telat dibayarkan. Kabar miris itu sering menghiasi tajuk utama pemberitaan persepakbolaan nasional.

Klub-klub Indonesia memang sampai kini masih kesulitan dalam mencari dana segar guna mengarungi perhelatan kompetisi liga. Hanya beberapa klub saja yang memiliki keuangan yang sehat seperti Bali United, Persib Bandung, Persija Jakarta dan Arema Malang. Selain itu masih kerap terdengar melalui pemberitaan media dimana klub kesulitan keuangan.

Mencari sponsor memang bukanlah hal yang mudah. Salah satu pemasukan terbesar klub masih didapat dari hasil penjualan tiket penonton. Mungkin faktor inilah yang menyebabkan kompetisi liga terhenti selama pandemi lantaran tidak diperbolehkannya pertandingan dengan penonton.

Sponsor tentu saja terkait dengan sisi komersial. Tidak hanya menguntungkan bagi klub, tetapi juga harus menguntungkan juga bagi pihak pemberi sponsor. Masalahnya berinvestasi di sepakbola Indonesia dianggap belum begitu menguntungkan. 

Tidak seperti diluar negeri, klub itu seperti gula-gula yang menarik semut untuk datang. Merk-merk ternama merapat dengan begitu mudah. Di Jersey, anda hanya akan melihat satu atau dua sponsor utama. 

Tentu saja sponsor ini memberikan dana segar terbesar. Sponsor-sponsor lainnya hanya dapat kita lihat di  panggung interview maupun di papan pinggir lapangan. 

Di Indonesia? Jersey penuh dengan sponsor. Sekilas banyak sponsor merapat ya. Tapi mengapa klub masih kesulitan keuangan? Ya karena walaupun banyak namun tidak banyak dana yang digelontorkan. Sekali lagi, investasi di sepakbola tanah air belum menarik.

Kita berharap bergabungnya para publik figur bisa meningkatkan profesionalisme klub, dari sisi apa?

1. Mendatangkan sponsor dengan nama besar yang dimiliki

Bagaimanapun sponsor akan terkait dengan image klub. Tak mungkin kan anda menanamkan investasi pada sesuatu yang punya image kurang baik? Oleh karena itu, untuk mendatangkan investasi, klub harus membuat image sebagus mungkin. 

Dalam hal akuisisi klub oleh figur publik, saya pikir klub sudah memiliki modal yakni nama besar di figur publik. Nama besar mereka diharapkan dapat menaikkan kepercayaan para investor. 

Apalagi klub-klub ini pasti mendapatkan atensi lebih dari media. Meskipun hingga saat ini belum terdengar sponsor yang merapat pada klub-klub yang diakusisi oleh para artis.

2. Manajemen yang profesional

Publik figur yang merapat memiliki latar belakang sebagai pengusaha. Mereka ini menjalankan bisnis dengan mengelola organisasi. Modal ini bisa mereka pakai untuk membentuk manajemen klub yang lebih baik dan profesional. 

Contohnya Raffi Ahmad yang merekrut Darius Sinathrya sebagai COO (Chief Operational Officer) RANS Cilegon FC. Intinya apa yang pernah mereka bangun bisa ditularkan pada klubnya sekarang.

3. Pengelolaan sisi bisnis yang lebih baik

Dari sisi bisnis komersial, para publik figur jelas berpengalaman karena mereka sudah mengelola bisnis sebelumnya. Pengelolaan bisnis yang baik diharapkan bisa meningkatkan kesehatan keuangan yang ujung-ujungnya berimplikasi pada prestasi klub.

***

Takbisa dipungkiri, uang menjadi modal utama dalam klub mengarungi kompetisi tanah air. Semakin kaya klub, semakin besar potensi prestasi yang diraih. Rasanya itu sudah menjadi rahasia umum.

Kekurangan dari akuisisi klub oleh publik figur mungkin pada kurangnya pengalaman mereka didunia sepakbola. Bagaimana bisa meniru klub-klub diluar negeri mengelola tim demi tercapainya prestasi. Sepakbola memang tidak hanya berbicara masalah sederhana. Ada pembinaan yang berjenjang, sport science, hingga infrastruktur. Para publik figur ini dihadapkan pada tantangan membentuk klub agar bisa berprestasi.

Mampukah? Sebagai insan yang cinta bola, mari doakan mereka sukses. Kesuksesan mereka boleh jadi berpengaruh pada prestasi sepakbola nasional.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun