Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Nrimo Ing Pandum", Petuah Sederhana Namun Sulit Dilakukan

12 Juni 2021   08:00 Diperbarui: 12 Juni 2021   21:00 26289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsep Nrimo Ing Pandum atau bersyukur atas apa yang dimiliki selalu diajarkan turun temurun di masyarakat Jawa. Foto: Igo Pieters via flickr.com

Begitulah bunyi lengkap pitutur ini. Bersikap nrimo itu dibarengi dengan usaha keras dan kerja nyata. Melakukan yang terbaik terlebih dahulu lalu menyerahkan hasilnya kepada Tuhan semesta alam. 

Nrimo ing pandum di dalam kepercayaan muslim sangat dekat dengan istilah tawakal dan ikhtiar. Jadi nrimo ing pandum itu menerima namun tetap dibarengi dengan kerja keras dan usaha nyata.

Maka sudah jelas ya, nrimo ing pandum tidak mengajarkan kita untuk menjadi malas dan hanya menunggu saja tanpa melakukan apa-apa.

***

Peribahasa adalah cara penyampaian sesuatu dengan cara yang unik. Penyampaian ini dapat membekas dan selalu diingat dengan mudah dalam sanubari manusia. Indonesia memiliki kultur budaya yang membuat peribahasa itu begitu hidup dalam ekosistem masyarakat yang berbudaya. Setiap suku budaya masyarakat memiliki kearifannya masing-masing. 

Dalam kearifan itu tertuang berbagai macam petuah kehidupan yang sarat makna. Dalam budaya Jawa, pitutur (petuah) banyak dipakai dalam nggulowentah (mendidik) orang dari kecil hingga dewasa. Nrimo ing pandum hanyalah satu dari sekian banyak pitutur lainnya. Ia mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, ikhlas, mampu menerima keadaan, serta sabar.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun