Begitulah bunyi lengkap pitutur ini. Bersikap nrimo itu dibarengi dengan usaha keras dan kerja nyata. Melakukan yang terbaik terlebih dahulu lalu menyerahkan hasilnya kepada Tuhan semesta alam.Â
Nrimo ing pandum di dalam kepercayaan muslim sangat dekat dengan istilah tawakal dan ikhtiar. Jadi nrimo ing pandum itu menerima namun tetap dibarengi dengan kerja keras dan usaha nyata.
Maka sudah jelas ya, nrimo ing pandum tidak mengajarkan kita untuk menjadi malas dan hanya menunggu saja tanpa melakukan apa-apa.
***
Peribahasa adalah cara penyampaian sesuatu dengan cara yang unik. Penyampaian ini dapat membekas dan selalu diingat dengan mudah dalam sanubari manusia. Indonesia memiliki kultur budaya yang membuat peribahasa itu begitu hidup dalam ekosistem masyarakat yang berbudaya. Setiap suku budaya masyarakat memiliki kearifannya masing-masing.Â
Dalam kearifan itu tertuang berbagai macam petuah kehidupan yang sarat makna. Dalam budaya Jawa, pitutur (petuah) banyak dipakai dalam nggulowentah (mendidik) orang dari kecil hingga dewasa. Nrimo ing pandum hanyalah satu dari sekian banyak pitutur lainnya. Ia mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, ikhlas, mampu menerima keadaan, serta sabar.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H