Susi adalah seorang karyawan cleaning service di sebuah perusahaan swasta di Kota Tangerang. Ibu satu anak ini tinggal bersama suami dan putri semata wayangnya di sebuah kontrakan kecil yang terletak di dekat kawasan industri. Kontrakan ini terdiri dari beberapa pintu yang hanya memiliki akses sebuah gang kecil.Â
Beberapa bulan yang lalu bersama dengan suaminya, ia memutuskan untuk membeli sebuah mobil baru LCGC. Lantaran kontrakannya tidak bisa menampung kendaraan roda empat, maka mobil barunya sering diparkir di depan perusahaan tempatnya bekerja. Kebetulan ibunya berjualan makanan dengan warung semi permanen disitu. Agak sayang sebetulnya, mobil baru itu kepanasan dan kehujanan diluar. Susi adalah potret orang yang memandang bahwa membeli mobil itu lebih prioritas ketimbang rumah. Ya, Susi belum punya rumah tetapi sudah memiliki mobil.
Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan itu. Hidup memang pilihan. Manusia bisa memilih apa yang hendak dimiliki. Selama tidak merugikan orang lain sah-sah saja. Apa yang dilakukan Susi adalah hal yang sah-sah saja. Semua kembali pada pribadi masing-masing. Namun fenomena ini membuat saya tergelitik untuk menelisik lebih jauh. Mari kita lihat fakta lainnya, sejak diluncurkan pada bulan Maret 2021 yang lalu, diskon pajak mobil alias PPnBM nol persen mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat.Â
Mengutip berita dari katadata, Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) merilis data penjualan mobil baru di Indonesia pada Maret 2021 mencapai 84.910 unit, melonjak hingga 72,6%Â dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 49.202 unit. Itu baru diatas kertas di bulan Maret ya. Faktanya sekarang, kalau anda membeli mobil di dealer, anda harus siap-siap menunggu antrian (inden) karena unitnya tidak tersedia. Apalagi kalau bukan karena saking banyaknya orang yang membeli mobil baru! Beberapa saudara dan teman mengalami ini. Beli mobil bak membeli kacang goreng. Jadi di Indonesia ini sebenarnya banyak orang kaya. Sekalipun masih dalam masa krisis ekonomi, nyatanya kantong orang-orang Indonesia masih tebal.
Sekarang mari kita bandingkan dengan rumah. Pada Maret 2021, selain memberikan relaksasi kendaraan, pemerintah juga memberikan insentif berupa pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk properti. Dengan demikian, harga rumah bisa turun sekitar 10 % untuk rumah dengan harga maksimal 2 miliar rupiah. Saya belum menemukan data pasti angka penjualan rumah, namun berdasarkan cerita dari rekan-rekan tenaga pemasaran, tetap saja sulit untuk menjual rumah. Bahkan untuk unit yang ready saja masih banyak yang belum terjual. Tak perlu jauh-jauh, rumah-rumah baru yang sudah berdiri megah di area perumahan saya masih belum terjual hingga kini. Sedangkan mobil baru banyak berseliweran di jalan.
Lalu mengapa orang lebih memilih membeli mobil dibanding punya rumah?
1. Prestise (gengsi)
Memiliki mobil dipandang sebagai prestise tersendiri. Status sosial seseorang bisa terkerek naik. Lebih bergengsi. Suka tidak suka itu adalah anggapan dalam masyarakat kita. Dalam kehidupan sosial masyarakat, semakin kaya orang akan semakin dihormati.
2. Aktualisasi diri atau pengakuan
Hal ini khususnya bagi para milenial. Orang-orang ini masih butuh ruang untuk aktualisasi diri. Butuh pengakuan dari orang lain. Memiliki mobil bisa dipandang hebat. Masih muda sudah memiliki mobil sendiri.
3. Transportasi yang nyaman