Anak adalah anugerah. Ia merupakan kado spesial yang ditunggu-tunggu bagi pasangan yang sudah menikah. Anak dipandang sebagai berkah tersendiri.Â
Bayangkan ketika Anda mendapatkan promosi jabatan atau menjadi juara dalam sebuah kejuaraan, olimpiade misalnya. Senang bukan?
Tetapi kebahagiaan mendapatkan buah hati lebih dari itu. Istri baru dinyatakan hamil dalam tes kehamilan saja sudah senang bukan kepalang, apalagi ketika si jabang bayi lahir ke dunia, wah itu sungguh luar biasa rasanya.
Bagi perempuan yang sudah menikah, hamil barangkali merupakan momen yang sudah sangat diidamkan. Dulu ketika kami baru menikah, baru satu bulan saja istri saya sudah mulai gusar, "Kok aku belum hamil ya...".Â
Dua bulan tiga bulan sudah mulai senewen (baca: uring-uringan) setiap berbicara menyangkut kehamilan. Bersyukur bulan keempat, istri dinyatakan hamil.Â
Saya masih ingat betapa bahagianya kami waktu itu. Rasanya luar biasa ketika istri mengandung calon anak pertama kami. Kebahagiaan itu tak dapat dilukiskan hanya dengan kata-kata.Â
Maka kehamilan itu sungguh sangat kami jaga dengan sangat hati-hati hingga anak pertama kami lahir. Momen kelahiran tak kalah menegangkan sekaligus mengharukan.Â
"Kami sudah jadi orangtua!", teriak kami sekencang-kencangnya. Saya sudah dipanggil "ayah". Sungguh tiada ucap syukur yang sebanding dengan berkat yang sudah kami terima. Saya yakin tak hanya kami, jutaan orangtua di seluruh dunia pasti merasakan hal yang sama.
Namun sekarang, bagaimana bila wanita yang sudah menikah tak kunjung hamil? Bila pasutri yang sudah bertahun-tahun menikah tak juga diberkati dengan kehadiran anak? Berat pasti.Â
Bila mengingat bagaimana istri saya dulu baru sebulan belum hamil saja sudah gusar, saya memahami bila kemudian sepasang suami istri terutama istri yang mungkin terguncang atau stres.Â
Belum lagi kalau dihujani pertanyaan dari kerabat, "Sudah isi belum?". Apalagi kalau pertanyaan itu datang dari orangtua atau mertua. Duhh, level stres auto naik. Secara psikologis, menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti itu jelas tidak nyaman. Meskipun konteksnya hanya bercanda.