Nasi telah menjadi bubur. Bagaimanapun Gubernur Nurdin Abdullah ternyata tetaplah manusia biasa. Kasus ini membuktikan bahwa siapapun bisa jatuh terjerembab dalam lubang korupsi. Ternyata perilaku korupsi didalam birokrasi pemerintahan kita masih saja terjadi. Tidak hanya pejabat 'tanpa prestasi' saja, tetapi pejabat yang terkenal bersih dan kaya prestasi pun bisa jatuh. Nampaknya pergantian rezim masih menyisakan PR besar yang selalu sama: Korupsi, kolusi, dan nepotisme.Â
Perilaku koruptif dalam birokrasi pemerintahan masih menjadi penyakit yang sukar disembuhkan. Kepentingan pribadi atau golongan nampaknya tidak bisa sungguh-sungguh dihilangkan. Mungkin memang begitulah politik. Semua dilaksanakan atas dasar kepentingan.Â
Akhirnya sebagai masyarakat kita hanya bisa berharap agar penegak hukum dapat mengungkap kasus ini hingga ke akarnya. Siapa saja yang terlibat. Mengapa korupsi itu bisa terjadi. Mungkinkah Gubernur Nurdin Abdullah bertindak sendirian? Adakah orang kuat lainnya yang terlibat?
Semoga ini menjadi pelajaran yang amat berharga. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H