Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Yang Kerja Keras Belum Tentu Berhasil, Yang Kerjanya Cari Muka Belum Tentu Gagal

10 Februari 2021   12:33 Diperbarui: 10 Februari 2021   12:57 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pegawai yang cari muka. Gambar: beritagar.id

Yang kerja keras belum tentu berhasil, yang kerjanya cari muka belum tentu gagal.

Begitulah fenomena yang acapkali terjadi dalam dunia kerja. Mencari muka itu jamak terjadi di sekitar kita. Anda mungkin juga memiliki rekan kerja yang gemar cari muka. Bahasa kasarnya mereka yang suka menjilat atasan. Mereka ini golongan orang yang suka menyenangkan atasan. Atau lebih dikenal dengan istilah ABS (Asal Bapak Senang). Anda mungkin merasa risih atau tak habis pikir dengan tipe orang yang demikian. Anda mungkin beranggapan orang yang seperti ini tidak akan sukses. Mereka tidak akan bertahan lama. Tapi nanti dulu. Karena tidak semuanya berakhir dengan tragis.

Baiklah, kali ini saya akan bercerita. Ini real terjadi dalam dunia kerja yang saya alami. Anda mungkin juga mempunyai cerita yang mirip. Saya memiliki dua orang rekan kerja. Saya sebut saja namanya Arjuna dan Subali. Keduanya memiliki posisi level yang sama dalam perusahaan. Arjuna ini adalah tipe pekerja keras. Ia juga seorang pekerja yang smart dan brilian. Ia tipe orang yang sangat loyal bagi perusahaan. Waktu baginya adalah kesempatan untuk mengabdi. Ia adalah pekerja yang tak ragu pulang sampai larut malam bila memang dikejar deadline pekerjaan. Sumbangsihnya bagi perusahaan tidak bisa dibilang kecil. Ia menangani berbagai proyek yang mendatangkan uang yang tidak sedikit bagi perusahaan.

Lain Arjuna, lain pula dengan Subali. Ia adalah tipe pekerja santai yang hanya sibuk ketika pekerjaan tersebut ada kaitannya dengan bos. Ia adalah orang yang gemar mengakui pekerjaan yang ia sendiri bahkan tidak menyentuhnya. Ia mengklaim prestasi yang seharusnya menjadi milik orang lain didepan bos. Parahnya ia sering mengekspose kesalahan orang lain di depan forum supaya ia mendapatkan nama didepan bos. Orang-orang dikantor menyebutnya sebagai sekretaris pribadi direktur meskipun jabatan aslinya bukan itu. Itu karena ia menempel pada bos. Itu terlalu kentara. Semua orang di kantor bisa melihat itu. Malahan pekerjaan yang menjadi tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) sendiri kerap tidak terselesaikan dengan baik. Tetapi semuanya itu ditutupi dengan prestasi-prestasi lain yang ia laporkan langsung kepada bos. Tapi ya itu tadi: hasil kerja orang lain. Akhirnya bos pun hanya tahu bahwa ia baik.

Bagaimana nasib Arjuna dan Subali?

Ini menariknya. Arjuna tidak berkembang. Perannya di kantor terlihat kurang menonjol. Penghargaan kerja pun tak diterima dengan semestinya. Walaupun berprestasi, ia terlihat sama saja dengan karyawan lain yang kerjanya biasa-biasa saja. Malahan banyak tuduhan-tuduhan miring yang dialamatkan kepadanya. Anehnya, bos justru termakan dan ikut terprovokasi dengan suara-suara miring tersebut.

Lalu bagaimana dengan Subali?

Subali berkibar. Perannya semakin sentral dalam organisasi karena ia mendapatkan kepercayaan penuh dari bos. Ia sangat menonjol dalam berbagai kesempatan. Karirnya meningkat dengan pesat. Ia menerima penghargaan seolah-olah ia adalah pegawai teladan. Bahkan ia diberikan wewenang yang semakin luas termasuk mengawasi bagian-bagian lain. Lucu, tapi sungguh-sungguh terjadi.

Disclaimer

Artikel ini tidak bertujuan untuk merendahkan orang-orang yang telah bekerja keras meraih mimpi dan kesuksesan. Saya tidak mengatakan bahwa bekerja keras itu tidak baik. Kerja keras, kompetensi, loyalitas, kejujuran. Tentu saja itu semua adalah hal yang positif. Saya hanya memaparkan fakta unik dalam dinamika kerja yang nyata terjadi. Faktanya adalah banyak orang bekerja dengan mencari muka. Terkadang justru mereka mengalahkan orang yang rajin. Mereka sukses bukan karena prestasi. Melainkan dengan cara yang tidak elegan. Sukses dengan cara mencari muka itu bukanlah sebuah cara yang elegan.

Untuk itu baiklah jika kita bekerja dengan prestasi. Supaya kita meninggalkan nama yang baik. Semuanya itu memang pilihan. Apakah kita ingin dikenang karena kecerdikan kita dalam mencari muka atasan atau karena kompetensi yang unggul.

Selamat bekerja.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun