Dear Diary,
Aku belum pernah menulis di kanvasmu. Namun K menantangku. Mungkin K ingin supaya aku lebih peka mendengarkan suara hati. Apa kabarmu diary? Kita belum pernah bertemu. Sebab sedari kecil memang aku tidak pernah tertarik memiliki buku catatan pribadi. Apalagi catatan itu berisi tentang curahan hati. Sekalipun aku orang yang cenderung introvert, namun aku tak suka menceritakan kegelisahan pada selembar kertas.
Aku berharap semoga perkenalan kita menjadi awal perjumpaan yang baik. Aku ingin kita sama-sama memiliki kesan yang baik supaya kita bisa berteman baik. Apakah aku akan menulis di berandamu lagi? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Sebab sejatinya menulis diary bukanlah kebiasaanku.
Diary,
Perjumpaan kita sepertinya memang dimasa yang kurang baik. Waktu-waktu ini merupakan masa yang berat ditengah tragedi pandemi yang sedang berlangsung. Ini adalah tragedi kemanusiaan.Â
Dunia telah kehilangan lebih dari 2 juta jiwa yang tak sanggup bertahan melawan ganasnya virus hingga harus merelakan nyawanya. Jutaan orang berjuang dalam keterbatasan ketika mereka kehilangan pekerjaan.Â
Sudah lebih dari setahun dan keadaan belum membaik. Hari-hari ini justru angka-angka statistik meningkat tajam, memberikan luka dan meninggalkan duka yang mendalam.
Diary,
Kamu tahu obat untuk penyakit ini belum ditemukan. Manusia hanya bisa menyiapkan imun tubuh yang kuat supaya bisa bertahan ketika virus menyerang. Manusia dituntut untuk memiliki pertahanan yang terbaik dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir, serta selalu menjaga jarak. Demikian pula menambah multivitamin harian untuk memperkuat imun.Â
Namun kamu tahu diary, memakai masker seharian penuh itu tidak nyaman. Terasa sumpek. Berdiam diri dirumah saja itu juga membosankan. Mungkin ini pulalah yang membuat protokol kesehatan menjadi kendur. Kawan-kawan menjadi lengah. Lalu makhluk kecil itupun datang. Tapi apa boleh buat, protokol kesehatan tetap harus diterapkan. Tidak ada pilihan sebelum vaksin dan obat ditemukan.
Apalagi kemudian beberapa sektor mulai meronta-ronta. Covid-19 telah memukul sektor ekonomi. Bila ini terus berkepanjangan, dikhawatirkan ekonomi akan semakin terpuruk.
Diary,
Kamu tahu vaksin sudah datang. Bulan ini bahkan sudah mulai disuntikkan. Namun ada saja suara sumbang yang mengiringinya. Vaksin dianggap tidak aman. Covid-19 dianggap hanya isu buatan yang sebenarnya tidak pernah ada. Itu asumsi yang sangat berbahaya. Usaha pengendalian penyebaran covid-19 bisa jadi sia-sia. Berapa banyak lagi yang harus menjadi korban?
Namun kamu tahu diary,
Vaksin adalah solusi terbaik untuk saat ini. Dunia butuh vaksin. Kekebalan untuk melawan virus harus tercipta. Mari jangan kuatir. Vaksin telah melalui serangkaian tahapan uji. Vaksin aman digunakan. Dunia harus dilepaskan dari ketakutan terhadap bahaya virus covid-19. Kesehatan masyarakat harus dipulihkan.Â
Dengan demikian, vaksin nantinya secara tidak langsung akan menggerakkan roda perekonomian yang ambruk. Pariwisata akan bangkit, beragam industri akan pulih kembali, dan pekerjaan akan kembali tercipta.
Diary,
Aku tidak akan panjang lebar lagi. Aku hanya bisa berharap dan berdoa agar vaksin ini menjadi obat penyembuh bagi dunia. Aku membayangkan semuanya akan kembali normal dengan hadirnya vaksin.
Semoga....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI