Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Tren "Thrifting" dan Baju Bekas Asal Singapura

30 November 2020   20:22 Diperbarui: 30 November 2020   20:34 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi thrifting. Gambar: Wowkeren.com

Tahun 2014 saya pernah bekerja di kota Batam, Kepulauan Riau. Setahun lamanya saya bekerja disana. Saya menempati kos sederhana di kawasan Legenda, Batam Center. 

Kos ini berada disebuah rumah seorang keluarga yang baik. Kamipun sudah seperti keluarga sendiri saking akrabnya. Didepan rumah kos tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak. 

Pasangan ayah dan ibu tersebut merupakan pedagang pakaian bekas impor. Kok impor? Ya, di Batam banyak sekali pakaian bekas impor yang berasal dari Singapura. Ini lantaran posisi Batam yang begitu dekat dengan negara tetangga, Singapura. Hanya satu jam lamanya ditempuh dengan kapal cepat (ferry) Batam - Singapura. 

Biasanya keluarga tersebut ke Singapura dua kali seminggu untuk urusan bisnisnya. Lalu pakaian bekas tersebut dikirim melalui pelabuhan harbour bay di kawasan Batu Ampar. 

Pakaian-pakaian bekas datang dalam karung besar atau bal. Mereka lalu menjualnya di pasar Legenda. Mereka memiliki kios disana. Namun tentu saja dari Singapura karung-karung yang berisi pakaian bekas tersebut dibawa terlebih dahulu ke rumah mereka. Mereka akan memilih dan memilah pakaian-pakaian yang masih layak untuk dijual. 

Jika masih bagus, pakaian tersebut bisa langsung masuk mesin cuci lalu disetrika. Namun jika masih banyak noda membekas, akan dibersihkan dahulu dengan bantuan asam sitrat. 

Kami dan para tetangga lainnya biasa "berburu" duluan untuk memilih pakaian-pakaian yang masih bagus dan layak pakai. Pakaian-pakaian itupun tidak sembarangan. Banyak diantaranya merupakan barang branded. Berapa harganya? Pakaian yang barunya bisa berharga jutaan rupiah itu dijual mulai dari 20.000-50.000 rupiah saja. Fantastis bukan? Soal model dan gaya masih beranilah diadu.

Batam memang diuntungkan dengan posisinya yang sangat strategis sebagai titik terdekat Singapura. Maka tak heran banyak sekali barang-barang second dari Singapura dijual ke Batam. Termasuk kendaraan (mobil). Jika anda berkunjung ke kota Batam, ada sebuah pasar yang terkenal menjual barang-barang second. 

Pasar tersebut bernama Pasar Aviari di daerah Batu Aji. Saya tidak tahu apakah kondisinya sekarang tetap ramai seperti dulu karena saya dengar barang-barang impor mulai dibatasi sejak tahun 2019. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan peraturan menteri terkait larangan impor pakaian bekas. 

Alasannya terkait safety dan kesehatan. Padahal kalau dipikir-pikir apa bedanya pakaian bekas impor dan lokal. Seandainya terkait dengan safety dan kesehatan seharusnya yang lokal pun juga dilarang. 

Alasan lain dikatakan bahwa impor tersebut merendahkan martabat bangsa. Okelah, terserah pemerintah saja sebagai pemegang kewenangan. Yang penting sediakan saja bagaimana solusinya untuk para pedagang. Karena dulunya pasar Aviari selalu ramai dengan pedagang dan pengunjung. Bahkan bisa dibilang disitu sebagai salah satu tempat wisata belanja di Batam.

Apa tidak masalah dengan pakaian bekas?

Bagi saya, sejauh barang tersebut masih bagus dan nyaman dipakai kenapa tidak. Harganya pun miring dengan kualitas bagus. Saya dulu sering membeli celana jeans dan jaket. 

Beragam model ada. Beragam merk terkenal ada. Bahannya juga bagus serta awet. Maka tak ada salahnya untuk membeli. Itu kalau di Batam dulu. Kalau sekarang karena sudah dilarang ya tidak lagi.

Thrifting memang sudah menjadi tren baru dalam aktivitas jual beli pakaian. Bagi penjual, thrifting itu mungkin bisa dikatakan seni. Mengapa? Karena ia harus pandai-pandai memilih baju yang masih layak digunakan. Kadangkala baju tersebut masih ada label harga atau bisa jadi merupakan hasil cuci gudang. 

Itu namanya baru hanya saja terlihat lama. Pakaian-pakaian ini lalu disulap menjadi baru sehingga bernilai tinggi. Bagi pembeli (yang masa bodoh dengan label), baju second ini mungkin bisa jadi keberuntungan jika bisa mendapatkan pakaian yang bagus, awet dan keren dipakai.

Jadi kesimpulannya bagi anda yang tidak terlalu masalah dengan label, baju second bisa menjadi alternatif. Tetapi bila anti dengan barang second ya tidak masalah. Tinggal datang ke mall atau buka aplikasi belanja daring lalu  beli yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun