DAB (inisial siswi) bersama temannya duduk di pojokan sambil main telepon genggam. Ia berkali-kali diingatkan oleh Malayanti untuk memperhatikan materi yang diberikan. Namun DAB tetap bergeming hingga akhirnya Malayanti menghampiri DAB dan mencubit siswi tersebut. Tak terima dicubit, ia pun mengadu pada orang tuanya yang kemudian melaporkan Malayanti ke polisi.
Dan masih banyak kisah lainnya yang serupa dengan ketiga cerita diatas. Bagaimana, anda sudah melihat perbedaan dari ketiga cerita terakhir dengan cerita saya tentang Bu Wid yang saya kisahkan diawal artikel?Â
Ketiga cerita terakhir nampak seperti antitesa atau kebalikan dengan cerita Bu Wid dan Bu Warsinah bukan? Mengapa demikian? Saya pun tak tahu persis alasannya. Apakah kemajuan teknologi sedemikian rupa membuat pergeseran perilaku siswa yang begitu tajam?Â
Ari adalah seorang rekan yang menjadi guru SD di sebuah sekolah swasta ternama di Tangerang. Sekolah tersebut memang sekolah mahal. Murid-muridnya adalah anak orang-orang kaya yang biasa berlibur keluar negeri setiap libur semester.Â
Ia pun mengeluhkan hal serupa, yakni kurangnya sopan-santun anak. Namun ia seolah tidak mampu berbuat banyak. Ia sudah diwanti-wanti untuk berhati-hati supaya jangan sampai ada komplain dari orang tua murid.
Maka tantangan guru masa kini memang lebih berat. Guru dihadapkan pada persoalan-persoalan lapangan yang pelik. Bagaimana mau mencerdaskan bangsa bila diberi hukuman sedikit saja sudah tak terima lalu melawan.Â
Saya khawatir anak-anak ini akan jadi bermental preman. Padahal dimana-mana berlaku istilah reward and punishment. Bagaimana nanti ketika sudah didunia kerja tak terima dihukum padahal ia melanggar peraturan.Â
Ini tentu akan merugikan orang itu sendiri. Ia tak akan dipakai dimanapun juga. Maka, bagi orang tua murid mari lebih obyektif. Anak-anak kita butuh diajarkan kebaikan.
Kadangkala memang harus keras untuk membentuk watak anak yang sulit diberikan pengertian. Itu semua demi membentuk generasi muda yang tangguh dan berakhlak mulia.Â
Tak perlu langsung naik darah ketika anak anda mengadu bahwa ia mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan dari guru. Bukan tak boleh komplain, tetapi setidaknya terlebih dahulu anda perlu melihat keseluruhan rangkaian peristiwanya.
Pendidikan adalah sebuah sarana. Sarana untuk membentuk kepribadian dan karakter. Sarana untuk membentuk akhlak dan budi pekerti luhur. Dan juga sarana untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Kesemuanya bermuara pada satu tujuan: masa depan yang gemilang.