Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Lima Alasan Menonton Kartun Lokal bagi Anak-anak

22 November 2020   08:00 Diperbarui: 22 November 2020   14:56 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar salah satu adegan di serial animasi atau kartun lokal Sapo Jarwo dari kanal YouTube MD Animation.| Sumber: YouTube MD Animation via Kompas.com/SHERLY PUSPITA

Siapa yang tidak kenal dengan film-film kartun dan animasi seperti Doraemon, Crayon Sinchan, Spongebob, Teletubbies, Dragon ball, Marsha and The Bear, Upin Ipin, Shaun The Sheep, dan masih banyak lagi. 

Serial-serial tersebut merajai jelajah perfilman Indonesia pada zamannya. Bahkan sisa-sisa kesuksesan mereka masih bisa dinikmati hingga sekarang. 

Saya sendiri adalah penggemar serial Doraemon. Sewaktu kecil, tayangan ini seperti menjadi menu wajib tontonan setiap minggu pagi. Setelah itu diikuti dengan Power Rangers, Ultraman, dan Ninja Hatori. 

Lho? Kok impor semua ya? Benar, karena pada zaman itu setahu saya belum ada serial lokal untuk anak. Ada yang lokal seperti Bobo. Tetapi itupun baru sebatas disajikan melalui majalah. Belum ada yang difilmkan. 

Mungkin ini juga salah satu alasannya mengapa film Petualangan Sherina begitu booming pada zaman itu. Film tersebut rilis di bioskop ketika saya masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). 

Saya ingat begitu tingginya antusiasme masyarakat menyambut film tersebut. Bagi saya dan yang seangkatan generasi dengan saya, film yang disutradarai oleh Riri Riza tersebut merupakan film anak asli Indonesia pertama yang kami jumpai. 

Sebenarnya ada sajian-sajian untuk anak Indonesia hasil karya anak bangsa ketika itu (kurun waktu tahun 1995-2000), tetapi bukan dalam bentuk film, melainkan acara anak. Beberapa tayangan tersebut yakni lagu anak-anak (trio kwek-kwek, Mesiu, Chikita Meidy, Joshua Suherman). 

Kemudian ada acara anak seperti Pesta Ceria, lalu Tralala Trilili yang dibawakan oleh Agnes Monica. Acara-acara ini sebenarnya sangat digemari walaupun tidak sepopuler serial kartun-kartun impor. Sayangnya acara-acara tersebut berangsur hilang dari layar kaca.

Kembali ke topik tayangan kartun anak. Bagaimanapun serial kartun mendapatkan tempat tersendiri dihati anak-anak Indonesia dibandingkan dengan tontonan acara lainnya. 

Mengapa? Ini mudah dipahami. Karena bagi anak-anak yang masih kaya akan imajinasi, tontonan kartun tentu saja lebih menarik. Gambar-gambarnya unik. Ceritanya pun unik.

Ambil contoh Doraemon. Anak kecil mana yang tidak tertarik melihat kucing bisa berbicara dan terbang memakai baling-baling bambu. Dikantongnya banyak terdapat alat-alat yang bisa membuat keajaiban apa saja.

Anak-anak akan selalu menunggu-nunggu alat apa lagi yang akan keluar dari kantong Doraemon. Inilah kenapa kemudian Serial Doraemon begitu digemari. Bahkan diangkat dalam layar lebar melalui film Stand By Me yang sukses menyedot perhatian pengunjung bioskop Tanah air.

Sesungguhnya tak masalah menggandrungi tontonan kartun impor. Hanya terkadang kartun tersebut tidak sesuai dengan adat dan budaya ketimuran. Karena tentu saja film-film tersebut dibuat mengikuti budaya setempat. 

Untuk itu tak ada salahnya mulai melirik tontonan-tontonan kartun lokal. Saat ini anak-anak bangsa sudah mulai terbangun dari tidur panjangnya. Mereka mulai mengerjakan proyek-proyek pembuatan tayangan baik berupa kartun maupun animasi bagi anak-anak Indonesia. 

Beberapa kartun lokal asli Indonesia. Gambar: blogunik.com
Beberapa kartun lokal asli Indonesia. Gambar: blogunik.com

Kebetulan anak saya sudah mulai gemar menonton tayangan anak. Diusianya yang menginjak 2,5 tahun, ia mulai hafal dengan film-film anak yang ia tonton lewat kanal YouTube. Ia banyak menonton serial-serial kartun lokal seperti Bona Gajah Kecil dan Petualangan Nirmala. 

Bahkan anak saya sering menirukan adegan dalam film. Saya memperhatikan sendiri bahwa tayangan-tayangan tersebut menarik dan layak konsumsi anak-anak Indonesia. Maka saya ingin coba membagikan lima manfaat menonton film-film kartun lokal asli Indonesia.

1. Film lokal anak mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan budaya bangsa.

Contoh kecilnya adalah mencium tangan orang tua. Lalu bagaimana bedanya cara berbicara dengan orang yang lebih tua dan berbicara dengan teman sebaya. Hal-hal kecil ini akan tertancap penuh lho dalam memori anak-anak kita. Ingatan mereka jauh lebih tajam.

2. Pembelajaran yang disajikan berdasarkan isu yang faktual dan lekat dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya adalah antre, membuangnya sampah pada tempatnya, meminta maaf ketika salah, dan mengucapkan kata "tolong" saat meminta bantuan kepada orang lain.

3. Ada nilai-nilai sejarah yang diajarkan.

Terkadang film-film lokal anak juga mengangkat cerita sejarah. Baik itu sejarah merebut kemerdekaan seperti Battle of Surabaya maupun sejarah pada masa kerajaan. Pengetahuan sejarah itu penting bagi anak-anak untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.

4. Mengangkat budaya lokal

Karena buatan orang Indonesia sendiri, tentu saja film-film kartun lokal juga sering mengangkat kearifan lokal seperti Si Juki yang mengangkat budaya Betawi, lalu Knight Kris yang mengangkat unsur budaya Jawa. 

Selain itu dalam serial Bona Gajah Kecil juga pernah mengangkat makanan khas daerah seperti ubi Cilembu. Jadi kesimpulannya film-film kartun lokal mengangkat apa yang ada disekitar kita.

5. Percakapan yang digunakan dalam Bahasa Indonesia.

Anak dapat sekaligus belajar bahasa dengan menonton film. Sajian linguistiknya kaya dengan diksi. Bandingkan dengan apabila anak Anda menonton tayangan Upin Ipin misalnya yang percakapannya menggunakan Bahasa Melayu. Marsha and The Bear dalam bahasa Inggris dan Rusia. Atau Shaun the sheep yang bahkan minim percakapan. 

Bagi anak-anak dibawah 5 tahun yang bahkan masih belajar kosakata, menonton film-film tersebut berpotensi membuat mereka rancu karena sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari yang mereka dengar. Beberapa kasus bahkan membuat anak mengalami speech delay (terlambat berbicara).

Masih bingung rekomendasi film kartun maupun animasi lokal untuk anak-anak anda? Tenang..., ada banyak kok sebenarnya. Pilihannya antara lain Adit Solo Jarwo, Kiko, Riska dan Si Gembul, Keluarga Somat, Petualangan Si Unyil, Petok Si Ayam Kampung, Syamil dan Dodo, D.O.A, Bona Gajah Kecil, Petualangan Nirmala.

Bagaimana, tertarik?

Semoga artikel ini bermanfaat. Selamat menonton. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun