Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tak Melulu Kuliah Agar Sukses, Ambil Sertifikasi Keahlian Juga bisa Sukses

15 November 2020   09:20 Diperbarui: 15 November 2020   09:25 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pula kemungkinan untuk sukses.

Begitulah kira-kira anggapan di masyarakat kita sekarang. Karenanya kemudian orang menggapai pendidikan setinggi-tingginya. Apakah salah? Tidak. Sekolah itu tentu saja baik. 

Tidak ada yang salah dengan orang mengejar pendidikan formal yang tinggi. Asal jangan seperti pejabat-pejabat bergelar profesor doktor yang keblinger itu. 

Sah-sah saja mengejar gelar akademik. Meraih pendidikan tinggi adalah salah satu cara untuk sukses. Maka tak heran bila kemudian calon-calon mahasiswa yang mendaftar di perguruan-perguruan tinggi ternama setiap tahun selalu membeludak. 

Universitas-universitas unggulan seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Diponegoro (Undip) selalu laris manis diserbu calon mahasiswa. 

Tidak hanya universitas lokal, beasiswa luar negeri juga selalu jadi magnet ampuh. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang, Australia hingga negara tetangga Singapura menjadi tujuan utama mahasiswa Indonesia diluar negeri.

Latar belakang merekomendasikan sertikasi keahlian (SKA)

Meraih mimpi melalui pendidikan formal tentu saja bisa dilakukan. Banyak pula lulusan perguruan tinggi yang sukses. Namun apakah gelar menjamin seseorang sukses dalam karir? Belum tentu. 

Faktanya, banyak sekali mereka yang lulus dari perguruan tinggi menjadi pengangguran terbuka. Dilansir dari data BPS (Badan Pusat Statistik) yang ditulis oleh detik.com pada Mei 2020, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 6,8 juta orang. 

Dari jumlah tersebut, 12,49 persennya merupakan lulusan perguruan tinggi. Bila dikonversikan dalam angka, artinya ada 850 ribu lulusan perguruan tinggi menganggur. 

Itu yang terbuka, belum yang menjadi pengangguran tidak langsung. Kepala BPS Suhariyanto merinci pengangguran dari universitas sebanyak 5,73 persen. Dan dari lulusan diploma 6,76 persen. Data selengkapnya dapat dilihat disini.

Saya dibesarkan dari keluarga pengajar. Ayah ibu saya dua-duanya guru PNS. Kakak saya satu-satunya juga sekarang menjadi dosen PNS. Hanya saya yang keluar jalur, bekerja di swasta. Jadi dalam keluarga selalu menekankan untuk mengejar pendidikan formal setinggi-tingginya. 

Suatu kali perusahaan tempat saya bekerja memberi kepercayaan serta kesempatan pada saya untuk mengikuti sertifikasi keahlian (SKA) sebagai Welding Inspector (WI). 

Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sebuah lembaga resmi pemerintah dibawah kendali Presiden langsung. Pelatihan ini benar-benar membuka mata saya akan pentingnya sertifikasi keahlian ketika kita bekerja. 

Penting rasanya untuk saya bagikan kepada orang lain. Saya sendiri adalah lulusan sarjana strata satu (S-1) dari jurusan teknik. Pernah seorang teman bertanya pada saya, "kamu nggak pengen lanjut S-2?". Saya menjawab demikian, "Kalau saya punya rejeki, saya memilih untuk mengambil sertikasi keahlian (SKA) yang lain untuk memperlengkapi sertifikasi yang sudah saya miliki". 

Memang setelah mengikuti sertifikasi, saya berkesempatan bergabung dalam komunitas WI. Melalui komunitas tersebut, kami banyak berbagi cerita dan pengalaman. 

Kesempatan untuk "naik kelas" terbentang luas. Banyak peluang didepan mata. Apalagi di sektor oil and gas, anda tidak perlu lagi meragukan gaji bila anda berkecimpung disana. 

Saya ambil contoh saja dibidang migas, ada banyak sertifikasi keahlian yang dibutuhkan: Welding Inspector, Welding Engineer, Piping Inspector, Pipeline Engineer, Welder certificate, Sertifikat AK3 Migas, coating Inspector, boiler and vessel Engineer, keahlian DT & NDT, dan lain sebagainya. 

Sertifikat ini pasti menjadi persyaratan mutlak. Dalam bidang yang lain seperti akuntansi, pariwisata, keguruan, jurnalisme dan lain-lain saya kira sama saja.

Pentingnya Sertifikasi Keahlian

Penulis mengikuti sertifikasi welding Inspector. Dokpri
Penulis mengikuti sertifikasi welding Inspector. Dokpri

1. Keahlian (skill) kita sebagai pekerja diakui.

Sertifikat itu seperti SIM. Sejago apapun anda mengemudikan kendaraan, bila tidak memiliki SIM, anda tetap tidak boleh mengemudi. Sama halnya sertifikat. Ketika anda memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Misalnya kelistrikan. Namun tidak memiliki sertifikat keahlian, skill anda dibidang kelistrikan tidak diakui.

2. Keahlian itu sangat dibutuhkan dalam pekerjaan.

Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang ahli tentu hasilnya akan berbeda daripada dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya.

3. Memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan karir.

Orang yang memiliki sertifikasi keahlian biasanya dicari. Nah, ini tentu akan membuka peluang untuk karir meningkat.

4. Potensi upah lebih tinggi.

Sertifikat keahlian menjadi nilai tambah ketika melakukan negosiasi gaji. Semakin tinggi keahlian, semakin tinggi juga seseorang akan dihargai.

5. Dalam mencari kerja, Sertifikat keahlian menjadi keunggulan kompetitif.

Dalam melamar kerja, orang dengan sertifikat keahlian lebih unggul dibanding kandidat tanpa sertifikat. Maka peluang untuk diterima juga lebih besar.

6. Memiliki komunitas yang menunjang perkembangan karir.

Saat ini saya pikir semua sertikasi keahlian memiliki komunitas. Komunitas ini membantu kita menemukan peluang karir. Biasanya jika ada informasi atau kebutuhan SDM, seseorang akan cenderung mencari dalam komunitasnya karena lebih dipercaya.

Syarat mengikuti sertifikasi keahlian

Nah, sekarang pertanyaannya apakah ketika kita ingin mengambil sertikasi keahlian (SKA), minimal harus mencapai level pendidikan tertentu? Ada yang mensyaratkan demikian, ada yang tidak.

Kalau dibidang oil and gas, beberapa sertikasi keahlian yang saya sebutkan diatas, tidak mutlak harus lulus dari perguruan tinggi. Ada beberapa klasifikasi yang diperbolehkan untuk mengikuti sertifikasi. 

Misalnya, untuk lulusan sarjana bisa langsung mengikuti sertifikasi. Untuk lulusan diploma, minimum pengalaman 2 tahun. Sedangkan untuk lulusan SMA/SMK minimal 3 tahun dalam bidang kerjanya. 

Maka sekarang kepada tim saya, saya mendorong mereka bila punya rejeki tidak ada salahnya untuk berinvestasi dengan mengambil sertikasi keahlian. 

Khususnya bagi mereka yang mungkin berat secara keuangan untuk lanjut kuliah atau mereka yang merasa sudah termakan usia. Selain biayanya lebih terjangkau, waktunya lebih singkat dan sangat baik untuk masa depan mereka. Hasilnya bisa langsung dirasakan. 

Saya sering mengatakan pada mereka, "Jangan heran bila suatu saat kamu menjumpai mereka yang lulusan SMK gajinya lebih tinggi daripada mereka yang bergelar sarjana. Itu karena mereka memiliki sertifikat keahlian".

Wasana Kata

Sukses adalah mimpi setiap orang. Jalan untuk menuju kesuksesan bisa ditempuh melalui berbagai cara. Tidak selalu dengan cara mengejar pendidikan formal yang tinggi, tetapi juga dengan mengambil sertikasi keahlian (SKA). Semoga artikel ini bermanfaat.

Salam hangat dan sukses selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun