Bintang berkelana ditengah malam
Menyatu dengan gemericik air yang terus mengalir setelah didera kerasnya hujanÂ
CahyaMu mengalun bak permata didalam bahtera
Terus bertahta menyelimuti alam raya
Namun sepi..
Aku terdiam merasakan getirnya hati
Merongrong hingga ke ulu bagai tercabik duri
Aku terus memandangi wajah langit
Lalu tiba-tiba kawanan meteor nyata berjatuhan ke ujung bumi
Disana mungkin ada lagi yang mati
Sudah terlalu banyak tangis dan tragis
Tanpa jiwa pernah sanggup direngkuh
Sudah terlalu banyak bualan kepalsuan
Yang menjadi penutup atas mata batin yang tersisa
Kebatilan meraja, kesombongan tak mengenal usia
Aku menahanmu dengan erat, tapi tak sanggup, lalu kamu terjatuh
Dan aku hanya bisa menatapmu dari ketinggian
Semoga bahagia, engkau telah menjadi insan mahardika...
#Tangerang, 17 Oktober 2020
#Hari ke-97
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H