Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Bila Target Kerja Tidak Tercapai?

16 Oktober 2020   08:09 Diperbarui: 17 Oktober 2020   12:41 2662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang yang bekerja pasti memiliki target. Target itu sendiri adalah tujuan yang ingin dicapai. Dalam lini perusahaan, setiap pegawai dituntut untuk mencapai suatu target bagi dirinya. 

Tak hanya di bidang swasta, saya pikir di segala lini dalam pekerjaan menetapkan target bagi pegawainya. Entah anda seorang PNS, seniman, atau bahkan freelancer yang punya target pribadi. 

Anda pasti mempunyai target yang ingin dicapai. Nah, target ini kemudian menjadi KPI (Key performance index) yang akan menjadi dasar performance appraisal (penilaian kinerja). 

KPI sendiri sangat berkaitan dengan job description (uraian pekerjaan) kita sebagai pegawai. Apa yang tertuang di situlah yang akan dinilai. Penilaian kerja sendiri dilakukan sesuai periode yang telah ditentukan. Misalnya kalau di perusahaan ditempat saya bekerja dilakukan performance appraisal setiap tahun sekali. Penilaian ini juga sekaligus berpengaruh pada persentase kenaikan gaji. Semakin tinggi nilai, semakin tinggi pula persentase kenaikannya.

KPI, apa urgensinya?

Setiap perusahaan pasti mempunyai visi. Ini seperti mimpi besar yang ingin diwujudkan. Mengarahkan setiap insan yang bekerja didalamnya. Kapalnya hendak berlayar kemana. Ada cita-cita dari bisnis yang hendak diwujudkan. 

Contohnya di perusahaan kami, visi utamanya adalah menjadi perusahaan kelistrikan yang terkemuka. Maka keseluruhan dari roda kegiatan usahanya menggiring kami untuk membuat perusahaan menjadi terkemuka dan handal dibidang kelistrikan. 

Nah, KPI dapat dikatakan merupakan kepanjangan dari visi perusahaan. KPI sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama, KPI departemen. Misalnya departemen marketing, departemen produksi, dan departemen QC. Tentu saja ini berpatokan pada visi perusahaan. Kedua, KPI personal. Merupakan turunan dari KPI departemen. Apa yang menjadi tujuan dari departemennya, itu yang menjadi referensi kerja pegawai yang bersangkutan. 

Contoh, di departemen saya yakni QC, salah satu KPInya adalah menurunkan customer complain (keluhan pelanggan) dari 2 persen menjadi 0,8 persen. Karena KPI departemen seperti itu, maka salah satu poin KPI saya adalah memberikan training atau pengarahan kepada operator supaya meningkatkan skill operator. Ini baru bisa dianggap berhasil bila rejection rate tiap operator bisa diturunkan. Rejection rate adalah tingkat kegagalan produk yang dibuat oleh operator. 

KPI, apa isinya?

KPI mencakup 2 hal, sisi softskill dan hardskill. Softskill diantaranya attitude, kedisiplinan, serta loyalitas. Sedangkan hardskill terkait kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Contohnya kemampuan dalam mengoperasikan mesin. 

Contoh KPI sudah saya singgung sedikit dalam tulisan saya di atas. Apabila anda seorang guru mata pelajaran. KPI anda misalnya tidak pernah terlambat masuk kelas. Itu yang pertama. Yang kedua, meningkatkan nilai rata-rata mata pelajaran matematika siswa kelas 6 dari 7,5 menjadi 8,5. 

Itulah KPI. Sesuatu yang dapat diukur. Terlambat masuk kelas itu bisa diukur berapa persentasenya. Demikian juga nilai siswa bisa kelihatan terang-benderang ukurannya. Nah KPI inilah yang digunakan oleh kepala sekolah dalam menilai kinerja guru.

Bagaimana jika KPI tidak tercapai?

KPI sekali lagi merupakan penilaian kinerja pegawai. Dapat dikatakan apabila KPI tidak tercapai berarti target tidak tercapai. Tidak mencapai target tentu saja berpengaruh pada performance perusahaan juga. Nah, bila memang target kerja kita tidak tercapai....

1. Akui kegagalan

Tak perlu malu untuk mengakui kegagalan. Manusia bisa saja gagal, kemudian belajar dari pengalaman. Atasan akan lebih senang bila kita dengan jujur mengakui kegagalan karena artinya kita tahu bagian mana yang masih lemah dan butuh untuk di-improve supaya tidak gagal lagi. Dibandingkan dengan kita sibuk mencari-cari alasan mengapa gagal. Malah tidak hanya cari alasan, tapi juga mengkambing hitamkan orang lain. 

Kalau kita tak bisa berintrospeksi, kegagalan berulang akan timbul dikemudian hari karena tidak ada tindakan nyata untuk mengevaluasi kegagalan. Atau tindakan yang diambil tidak sesuai dengan penyakit yang menimbulkan kegagalan.

2. Evaluasi diri sendiri

Entah itu target departemen atau target pribadi yang tidak tercapai, mari dengan rendah hati melakukan evaluasi. Melihat disetiap proses demi proses seperti menarik benang. Mengurutkan dari proses yang terakhir ke yang awal. Dimana proses yang salah. 

Dari 5 urutan proses misalnya, saya yakin tidak semuanya jelek. Mungkin hanya 1 atau 2 yang membuat proses menjadi tidak efektif. 

Kalau dalam ilmu Quality, dikenal dengan analisa pareto diagram. Kita buat paretonya dan analisa cari penyebab kegagalan tertinggi. Lalu fokus perbaikan di poin itu saja. Bila berhasil akan memperbaiki 80 persen kesalahan. 

Artinya akan meningkatkan tingkat keberhasilan sampai 80 persen. Daripada fokus ke semua hal yang nantinya malah membuat hasilnya tidak efektif.

3. Bertanya

Kutu diseberang lautan nampak, tapi gajah dipelupuk mata tidak nampak. Itulah bila kita tidak mau bertanya. Merasa diri sudah hebat. Karena itu tak perlulah malu bertanya. Bahkan kepada bawahan ataupun orang yang lebih muda. Orang lain biasanya lebih obyektif. Mereka bisa melihat sisi mana yang masih lemah dan butuh diperkuat. Terkadang mereka juga punya solusinya.

4. Berjiwa besar untuk menerima konsekuensi

Kegagalan tentu saja akan menimbulkan konsekuensi. Dari yang paling ringan sampai paling berat. Tak perlu berkecil hati karena semua orang pernah melakukan kesalahan. 

Jadikan kegagalan sebagai cikal bakal untuk memperbaiki diri. Kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda. Seperti lirik dalam sebuah lagu Via Vallen: Kuat dilakoni, Yen ora kuat ditinggal ngopi. Maksudnya kalau kita kuat, lanjutkan dengan gigih. Kalau tidak kuat, berhenti sejenak untuk rehat dan menenangkan pikiran.

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Seekor keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tetap semangat, stay positive. Semoga jerih payah kita menjadi berkat.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun